Follow Me

Wednesday, May 18, 2022

Sacrifice

Bismillah.


Beberapa hari ini aku banyak memikirkan tentang kata ini, pengorbanan.


Ada dua tulisan yang memicu pemikiran tentang keyword tersebut. Pertama, sebuah tulisan orang lain, yang kusimpan di diary-ku, kusalin, dari archive tulisannya. Bukan untuk diplagiasi tentunya hehe, tapi untuk disimpan sebagai pengingat untuk diri. Tulisannya berisi nasihat tentang prioritas waktu, bahwa jika kita benar-benar cinta, seharusnya prioritas itu ada. Di akhir, ia menuliskan sebuah pertanyaan retoris. 'Bukankah cinta butuh pengorbanan?'


Dari tulisan pertama ini, aku belajar, bahwa aku masih cuma mengucap cinta di lisan, tapi masih belum benar-benar berkorban waktu untuk memprioritaskannya. Rasanya malu, karena hingga detik ini, aku masih tertatih untuk mengamalkan nasihat yang dituliskan bertahun-tahun yang lalu.


Yang kedua, aku membaca tulisan lamaku. Sebuah fiksi. Sebenarnya saat pertama membacanya, aku tidak fokus pada pesannya, aku rasanya ingin mengkritik diriku, karena tulisan itu aneh, terlihat jelas belum diedit sebelum dipublish, pun di dalamnya, ada hal-hal yang saat ini aku tidak setuju. But after some times thinking about that keyword. Akhirnya aku belajar untuk memaknai lagi lesson learned-nya dan mencoba mengabaikan tulisanku yang berantakan.


Beberapa diantaranya, yang ingin kuhighlight dari tulisan fiksiku itu...


Kalau ingin mendapatkan sesuatu kamu harus berkorban. Berkorban tenaga, pikiran, uang, waktu, dll. Minimal kamu harus bergerak. Dan saat kamu bergerak, artinya kamu harus berpindah. Dan saat kamu berpindah, artinya ada yang harus kamu tinggalkan.


Juga ini...


"Hidup itu butuh pengorbanan. Termasuk orang yang mengira tidak melakukan pengorbanan apa-apa. Ada yang mengorbankan visi hidupnya, untuk kesenangan sesaat. Ada yang mengorbankan masa mudanya, untuk masa tua yang penuh penyesalan."


Aku dibuat bertanya-tanya, am I one of them? Do I sacrifice something so precious for unworthed things? Tiba-tiba teringat surat al-ashr, sungguh benar Kalamullah. Kita, manusia, benar-benar merugi terutama tentang waktu. Let's not dwell on the negative feeling that we have lost so many things, and focus on fixing what we can do. Allah has taught us the way, we just have to walk upon it. Mari perbaiki iman kita, perbanyak amal shalih kita, dan juga... saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.


Yang ketiga dan keempat ini artinya, kita harus mengelilingi diri kita dengan orang-orang shalih, meski kadang berada disekeliling mereka, kita--i mean, aku, dibuat minder karena kekurangan dan kelemahan diri. Yang harus kita ulangi, lagi dan lagi. Allah tidak pernah membandingkan kita dengan orang lain. Allah see us as one. Satu individu. Allah see our effort, Allah see our progress, even if it's so so slow. That's why, he choose the word 'ahsanu 'amala', better, not best.


إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةًۭ لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا

[Surat Al-Kahfi (18) ayat 7]


Dunia ini, memang dibuat menyilaukan, dan penuh distraksi. Let's remind each other often, so that we don't become blind by it.


Terakhir, semangat menulis! Untuk siapapun, menulislah, meski untuk diri sendiri. Kita tidak pernah tahu, barangkali Allah perjalankan seseorang untuk melihat dan membaca tulisan kita, kemudian mendapatkan manfaat dari sedikit yang kita tulis. Barakallahu fiikum untuk siapapun, yang tulisannya pernah kubaca, dan aku mendapat banyak manfaat darinya. Semoga Allah selalu menjaga dan melindungimu. Aamiin.


Wallahua'lam.





No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya