Bismillah.
Sudah lama, aku tidak bertemu momen atau peristiwa yang membuatku tergerak menulis puisi. Tapi hari ini, alhamdulillah diberikan kesempatan seperti itu.
So I sat there at the rainbow colored swing outside a quiet kindergarden. Writing this while waiting to be picked up. *bener gak sih bahasa inggrisnya dijemput? -.- kok pas nulis berasa kaya jadi paket yang siap diantar haha.
***
Jika ada yang membaca ini, dan mencoba menerka kejadian apa di balik puisi ini. Jangan terlalu dalam berimajinasi. Aku kadang hanya sedang ingin mendramatisir perasaan negatifku, berusaha menangkap emosi tersebut dalam kata abstrak. Kebetulan juga sedang di masa-masa sensitif, jadi semakin menjadi.
Oh ya, bicara tentang puisi. Beberapa waktu yang lalu ada yang berkunjung ke postingan keempat terlama di blog ini. Maybe me, or someone else who later regret it. Tapi karena kunjungan tersebut, aku jadi "naik mesin waktu", dengan membaca ulang tulisan lama di blog ini. Mulai dari saat aku SMP kelas 9, lalu SMA kelas 11.
Aku ingat saat itu aku di lab komputer, yang letaknya di sebelah sekre pramuka, di sebelah selatan lapangan. Saat itu kami diberi tugas membuat blog. Boleh pake multiply, blog, dan beberapa penyedia blog lain. Termasuk blogspot. Lalu aku menulis, ditutup puisi.
Membaca tulisan lama di blog ini membuatku menertawakan diriku di masa lalu. Aku saat muda dulu. Aku yang dulu menulis banyak puisi karena sering merasakan derik rasa aneh dan baru di masa-masa itu.
Aku juga tersenyum, membaca betapa emosionalnya aku saat menulis puisi selepas dilantik jadi pengurus. Rasanya begitu berat, ditinggal pergi kakak-kakak kelas yang biasanya membimbing. Apalagi saat itu aku merasa sendiri, karena kebanyakan teman satu divisiku naik jabatan jadi pengurus inti, sedangkan aku merasa ditinggal sendirian di divisi tersebut *why I can't remember the name of the division? Kayanya ada pendidikannya gitu deh. Found it, glad I write about it. It's IK (Ilmu dan Kreativitas), salah satu prokernya nerbitin majalah, pas aku jadi pengurus malah gak diizinin bikin majalah, akhirnya buat buletin.
Baca juga: Nostalgia MSDM + IK
Aku juga dibuat tersenyum, saat membaca betapa optimis dan penuh mimpinya aku pas muda dulu. Sampai aku menulis puisi berjudul Tujuh Asa Terindah. Padahal kalau diingat-ingat, aku menulis puisi itu tanpa dasar apapun. Hanya dari imajinasi saja. Aku tidak punya 7 asa yang ingin kugapai. Aku cuma ingin menggunakan frase "asa terindah", karena saat itu sering denger lirik dengan frase itu. Tapi saat membaca ulang isinya, aku melihat diriku sudah sedikit tahu sedikit getirnya dunia, bedanya dulu pandanganku masih tajam, sehingga bisa kutulis bait-bait itu.
Akan terus berlari walau lumpuh bersarang di kaki
Akan terus melompat gapai bintang di langit,
Walau aku tau, langit berlapis tujuh..
Karena akupun..miliki tujuh asa terindah.
***
Tidak banyak momen atau peristiwa yang menggerakkan jemari menulis bait, dalam puisi yang jauh dari puitis. Semoga di momen yang tidak banyak itu, aku tidak menghentikan jemariku untuk bergerak. Merangkai kata meski bukan diksi yang indah. Merangkul makna meski lengan barisnya tak lagi selentur dulu.
Sekian. Mari menulis puisi, jika terbata, mungkin perlu awali dengan membaca lebih banyak puisi. Lalu biarkan kamu bereksperimen dengan kata dan rasa dalam hati. ^^ Bye!
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya