Follow Me

Sunday, August 9, 2020

5 Langkah Agar Tidak Hidup Terpaksa

Bismillah.



Siapa sih yang mau hidup dalam keterpaksaan? Tentu tidak ada. Tapi bagaimana caranya, agar kita tidak hidup dalam keterpaksaan?

***

1. Kenali diri 


Hal pertama yang harus kita lakukan agar tidak menjalani hidup dengan rasa terpaksa adalah mengenali diri. Saat kita mengenali diri, kita jadi paham apa yang kita sukai, apa yang membuat kita bersemangat. Sebaliknya, kita juga tahu apa yang tidak kita sukai, apa hal yang tidak bisa kita toleril/kompromikan. Kita paham di area mana kita akan merasa terpaksa dan hal itu akan membuat kita merasa tersiksa. Kita juga tahu, di bagian ini, meski kita tidak suka, tapi kita bisa saja tetap melakukannya. Saat kita tahu preferensi kita, kita jadi lebih bisa membuat pilihan. Kita tidak sekedar mengikuti arus, sampai terbawa ke tempat yang membuat kita merasa terpaksa.

2. Tentukan fokus atau tujuan hidupmu

Ini masih berkaitan dengan langkah pertama. Saat kita mengenali diri, kita bisa menentukan fokus atau tujuan hidup kita. Bidang apa yang ingin kita pelajari, dunia apa yang ingin kita tekuni, kontribusi apa yang akan kita berikan. Saat sudah punya fokus dan tujuan hidup yang spesifik, kita akan mudah melakukan cara nomer 3, yang akan menghindarkan kita dari rasa terpaksa.

Saat kita memiliki fokus dan tujuan hidup, kita akan mulai membuat rencana, mengisi hari kita dengan kegiatan yang akan menjadi tangga yang mengarahkan ke tujuan kita. Bukan orang lain atau tuntutan sosial yang mengarahkan kita harus jadi apa, tapi kita sendiri yang menentukan fokus dan tujuan hidup kita. Karena kita sudah berusaha mengenal diri kita. Karena kita sudah terlebih dahulu memiliki tujuan, akan dibawa kemana hidup kita.

3. Berani untuk berkata tidak

Salah satu hal yang membuat orang yang hidup dalam jerat rasa terpaksa, adalah tidak bisa/tidak berani berkata tidak. Saat kita menjadi "yes men", memilih untuk mengikuti pilihan orang lain, serta terbawa arus kebanyakan orang, kita akan sering merasa terpaksa. Sebaliknya, dengan kita berani berkata tidak, kita akan bisa menghindari situasi dan kondisi yang membuat kita merasa terpaksa.

Tapi keberanian untuk berkata tidak ini bergantung pada kekuatan kita untuk berkata ya pada tujuan/fokus hidup kita. Stephen R. Covey, dalam buku 7 Habits menuliskan,
"Anda harus bisa memutuskan prioritas utama Anda dan memiliki keberanian --dengan menyenangkan, sambil tersenyum, tanpa rasa menyesal-- untuk berkata "tidak" pada hal lain. Anda bisa melakukannya dengan memiliki kata "ya" yang lebih besar dan menggebu-gebu dalam diri Anda."


4. Ubah perspektif saat realita menghantam

Jika sudah melakukan tiga hal di atas, tapi realita menghantam? Ya, kita tidak bisa naif, bahwa hidup tidak hanya dipenuhi dengan hal-hal yang kita sukai. Kita akan, dan pasti menemui hal yang membuat kita merasa terpaksa. Dan jika itu terjadi, apa yang bisa lakukan? Yup, jawabannya adalah dengan cara mengubah perspektif kita.

- pikirkan sisi positif dari hal yang membuat kita terpaksa tersebut

- yakinkan diri, bahwa bisa jadi hal tersebut menjadi batu loncatan kita untuk menuju tujuan kita

- pahami bahwa kesulitan dan kemudahan itu hadir beriringan

- berprasangka baik bahwa ada pelajaran hidup yang cuma bisa kita dapatkan dari pengalaman dan perasaan terpaksa

Ada yang mau menambahkan perspektif lain? Boleh jawab di kolom komentar ^^

5. Pelajari cara untuk merdeka


Rasa terpaksa adalah salah satu bukti bahwa jiwa kita tidak merdeka. Tidak merdeka, sehingga tidak bisa memilih. Dan cara paling ampuh agar kita bisa berdamai dengan rasa terpaksa dalam hidup adalah dengan belajar memerdekakan jiwa.


Tahukah, bahwa manusia, dalam hidup akan selalu menjadi 'budak' sesuatu. Entah sesuatu itu orang, atau perusahaan, termasuk juga uang, popularitas, bahkan hawa nafsu diri. Dan satu-satunya cara untuk merdeka adalah dengan menghamba pada-Nya. Menjadi hamba-Nya akan membebaskan kita dari perbudakan lain.

Kita tidak lagi menghamba pada uang, karena kita tahu bahwa Allah Maha Memberi Rezeki. Kita tidak lagi bucin, karena kita tahu Allah mampu membolak-balik hati manusia. Kita tidak lagi merasa terpenjara di dunia yang penuh ketidaksempurnaan, karena kita tahu, kita di dunia untuk bekerja, dan memetik buahnya nanti di akhirat.

***

Oh ya, ini bulan Agustus, bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Jangan cuma rayakan kemerdekaan dengan memasang bendera merah putih. Maknai kemerdekaan dengan rasa syukur. Kalau bukan karena perjuangan darah dan tinta para pahlawan, berapa banyak keterpaksaan yang harus kita derita?

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya