Follow Me

Friday, September 19, 2025

#ResetIndonesia dengan Literasi: Apa Kabar Pendidikan Kita?

September 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

#buku #nukilbuku 

 

#daribuku Your Journey to be The Ultimat3 U - Rene Suhardono.

Baca salah satu tulisan dari buku ini jadi keinget, salah satu cara #ResetIndonesia selain harus melek ttg kondisi politik dan sosial. Juga harus melek tentang pendidikan. Concern pertama yang dipilih Jepang usai bom Hiroshima Nagasaki. 

Berikut beberapa quotesnya:



🎒🎒🎒🎒🎒🎒🎒🎒



"Beberapa karakteristik inti pengajaran pendidikan dasar justru bertentangan dengan realitas kehidupan.

Seingat saya dulu, jawaban benar hanya satu untuk setiap soal yang ditanyakan, selebihnya salah atau dianggap menyimpang. Metodologi juga hampir selalu sama dengan rangkaian seperti ini: diketahui - ditanya - rumus - jawaban.

.
.
.

Pada kenyataannya, jawaban benar bisa lebih dari satu, metodologi bisa sebanyak bintang di langit, kerja bareng alias kolaborasi adalah bentuk terbaik dari suatu usaha, dan kebenaran apa pun harus senantiasa diuji."



💼💼💼💼💼💼💼 

 

"We were all born creative, bold and rich with ideas, but our education system failed us. Sistem pendidikan yang kita kenal sekarang adalah peninggalan era revolusi industri abad ke-19. Pendidikan adalah kepanjangan tangan industri untuk memenuhi pasokan tenaga kerja yang ditetapkan sesuai kebutuhan spesialisasi tertentu. Sejak saat itu, sistem pendidikan menganut pola spesialisasi tunggal. Bentuk dan jenis pekerjaan pun terkotak-kotak berdasarkan disiplin keilmuan tertentu."

 

📱💻📱💻📱💻📱💻📱
 

 

Technology has given us the right tools, but we haven't got the right mindset.

 

🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩

 

"....bahwa ia sudah tidak lagi bekerja, tetapi berkarya, kami mengharapkan greget yang sama juga dirasakan oleh mayoritas angkatan kerja Indonesia. Bekerja = berdaya. Bekerja = berkontribusi. Apa pun untuk Indonesia yang lebih baik!"

 

👓📖👓📖👓📖👓📖👓

 

Real education should liberate us, not enslave us. True education should be about self-empowerment, not mediocrity.

 

*** 

 

Bagaimana perasaanmu saat membaca kutipan-kutipan di atas? Apa kabar pendidikan kita? Apa yang bisa kita lakukan untuk bisa memperbaikinya? Padahal... kita gak punya kekuasaan untuk mengubah hal-hal besar. Tapi bukan berarti kita gak bisa mengubah dari hal-hal kecil kan? Masih ada yang belum baca transkrip since when did "small" means useless?


Lakukan perubahan dari hal kecil, sesederhana membangun kebiasaan membaca untuk diri, kemudian dalam keluarga. Sesederhana, belajar parenting dan pelan-pelan mencoba mempraktekkannya, jika sudah punya anak. Sesederhana, menulis dan membagikan insight yang kita dapatkan dari hasil membaca dan belajar kita. Dan berbagai cara lain. Bahkan sesederhana like dan share konten-konten edukasi yang baik.

 

Jujur menulis ini rasanya berat, takut tersendat lalu jatuh dan terjembab karena masih jauh praktek dari teori. Tapi jika tidak menulis ini, apa yang kubaca, takutnya mudah dilupakan, atau menetap sebagai teori bertumpuk yang tidak dipahami dengan baik. Sungguh aku tidak mau, seperti perumpamaan yang digambarkan Allah dalam surat Al Jumuah, keledai yang susah payah membawa tumpukan buku di punggungnya.

 

Penutup. Doa. Rabbizidni 'ilma warzuqni fahma. Allahumma inna nas-aluka 'ilman nafi'an wa rizqan thayyiban wa 'amalan mutaqabbalan.  

 


Aamiin.

 

Wallahua'lam. 

#ResetIndonesia dengan Literasi

September 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Belum lama ini ada grup baru dari salah satu komunitas baca yang pernah aku ikutin. 22HBB, atau 22 hari baca bareng? singkatannya lupa. Tapi setauku ini semacam challange baca yang aku dapet infonya dari aku SRC (Salman Reading Corner). Aku pernah ikut 2 kali dari panitia yang sama, yang pertama challange Ramadhan, trus habis itu 22HBB batch berapa gitu lupa batchnya hehe V. Jadi dibuat grup baru dengan nama "22HBB Family - Book Sharing". Yang minat gabung bisa klik link. Kan tadinya tuh kepisah-pisah ya tiap batch grupnya.

 

Jujur waktu tahu ada grup ini aku udah excited banget, karena emang butuh tempat buat diskusi buku. Karena kan grup whatsapp baca tiap hari yang aku buat (https://chat.whatsapp.com/JcBDKKPti1WKtM71zq3xaz) fokusnya lebih ke lapor baca buat ngebangun habit baca. Belum ada program diskusinya.

 

17 Agustus dibuat, 39 orang bergabung, 1 September, berbagai kejadian demo dan segala komplikasi di dalamnya membuatku memberanikan diri untuk angkat suara. Ya, kan wadahnya udah ada, tinggal diaktifkan aja. 


Lalu 2 September


 

Dari situ, tim panitia langsung buat ide #ResetIndonesiaBookChallenge. Banyak yang ikutan dan pasang buku-buku yang hendak dibaca. Fokusnya lebih ke buku-buku yang membuat kita lebih melek ke politik dan sosial. Dan katanya, salah satu tokoh ada yang ikutan ngerepost story yang dibuat oleh tim 22HBB. Walaupun aku pribadi gak terlalu kenal sama beliau. Tapi bagusnya, aku jadi tertarik untuk baca karya Ahmad Tohari yang tertera di sana.

 

 

Sebenarnya daripada share challenge begitu, aku lebih tertarik nyimak sharing dan diskusi tentang buku terkait. Aku teringat pernah denger sharing buku Animal Farm dari salah satu pertemuan di komunitas the Lady Book (back then when I was still a member).

 

Dan alhamdulillah jalan juga sih sharing bukunya, ada yang share kutipan dari novel Entrok-nya Okky Madasari, ada juga share insight yang dia dapet setelah baca novel Tan. Dari sini juga aku jadi sadar tentang bahasan Tan Malaka dan Mandilog yang sedang viral. Yang jujur aku pribadi gak ngikutin hal tersebut. Bahkan ada yang share tulisan Muhammad Abduh Negara yang memberikan ide untuk muslim muda untuk mempelajari dan mengkristalkan pemikiran Natsir atau Hamka atau Cokro. Yang jujur menurutku, untuk bisa terjadi hal itu, ada banyak banget PR dari internal anak muda islam sendiri. Apalagi aku banyak mengingat masa-masa kuliah saat melihat banyak aktivis islam yang sedihnya terkotak-kotakkan oleh harakah/organisasi dan clash sesama aktivis muslim, bukannya duduk bareng di hal-hal yang bisa dibahas bersama, dan untuk yang beda, ya jalan masing-masing aja tanpa perlu memperpanjang debat.

 

Oh ya, ini juga ngingetin aku sama salah satu komunitas baca yang awal-awal aku kenal. Namanya dulu IMLA, kalau gak salah pengurusnya itu anak UIN luar kota, jatim bukan ya? haha lupa. Tapi dari komunitas ini aku jadi banyak tahu sharing tentang Hamka. Yang pada waktu itu jujur aku buta banget sama buku-buku "berat" yang membahas itu, aku dulu, dan mungkin sampe sekarang masih di zona nyaman baca-baca bukunya cuma self improvement, buku islam yang efek langsungnya lebih ke perbaikan ranah pribadi (sirah, quran, akhlak) belum sampai baca-baca buku yang mendorong untuk melakukan perbaikan di ranah lebih luas seperti masyarakat, sosial, ekonomi, politik, dll. Dan tentu aku masih baca buku-buku fiksi ringan, bukan buku fiksi berat yang bahas tema serupa.

 

Baca juga: IMLA (Indonesia Muslim Literacy Action) 

 

***

 

Ada pun aku, meski belum ikutan #ResetIndonesiaBookChallenge, ada beberapa hal dari bacaanku yang mungkin masih nyambung sama semangat #ResetIndonesia dengan Literasi. Seperti beberapa hal di bawah ini: 

 

Pentingnya Sikap untuk Memperjuangkan Keadilan


"Banyak orang tidak bisa membedakan antara ranah hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) serta ranah hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas).
.
.
.

Seorang guru, dokter, atau siapa pun dengan profesi apa pun tidak salah jika meminta hak dan menuntut kehidupan yang layak. Sebab, memang dalam hubungan antarmanusia, setiap orang, di samping dilimpahi kewajiban, ia juga punya hak yang dilindungi oleh berbagai peraturan dan kebijakan. Jika ia merasa tidak dipenuhi dengan baik, jalan yang bisa ditempuh adalah memperjuangkan hak tersebut.

 

Apakah itu berarti dia tidak ikhlas dan rida terhadap rezeki dari Allah Swt.? Tidak berarti demikian! Ia tidak rida atas perilaku buruk sesama manusia terhadapnya (dalam hal ini kegagalan pemenuhan hak), tetapi bukan berarti ia menyalahkan Tuhan. Justru ia tidak berlindung dengan menjustifikasi bahwa semua yang ia terima sudah menjadi takdir. Sebab jika demikian, sama saja ia menganggap bahwa Allah Swt., tidak adil terhadapnya. Boleh jadi, pikiran seperti itu justru akan membuatnya merasa berhak menyalahkan Tuhan atas penderitaan atau kesalahan yang sebenarnya disebabkan oleh dirinya sendiri.


Orang yang membela haknya justru sedang menjelaskan bahwa ketidakadilan itu dibuat oleh manusia bukan oleh Tuhan. Oleh karena itulah ia berusaha membuat perubahan di ranahnya yaitu ranah hubungan manusia. Bukan begitu saja mengalamatkan semuanya pada takdir Allah Swt., seolah-olah itu adalah sesuatu yang tidak bisa diusahakan oleh manusia. Lebih parah lagi, hal itu menyiratkan seolah-olah Allah Swt., "merestui" ketidakadilan terjadi kepada hamba-Nya."


#daribuku *Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata* - Urfa Qurrota Ainy, S.Psi., PT. Elex Media Komputindo 

 

***

 

Ada satu lagi yang aku sharing di sana, dari buku berbeda, tapi karena ini sudah panjang, aku pisah di postingan selanjutnya ya..

 

Semoga Indonesia bisa menjadi lebih baik, lewat anak-anak mudah yang bangun dan sadar terhadap literasi. Mulai dari satu halaman buku, mulai dari diskusi di lingkaran kecil dalam komunitas, semoga nanti makin meluas dan besar impact-nya sampai bisa benar-benar #ResetIndonesia. Menulis ini mengingatkanku akan salah satu pengingat tentang masa/zaman yang buruk akan bangkit generasi terbaik. Jadi jangan hanya berhenti bersuara dan beraksi dalam bentuk demo, tapi juga lanjutkan dalam bentuk mendidik diri lewat literasi. Gak cuma literasi tentang politik, sosial, tapi juga pendidikan. Gak cuma literasi yang memisahkan urusan dunia dengan agama, tapi juga literasi yang menyadarkan kita bahwa islam itu mencakup semuanya, gak cuma ranah pribadi dan ibadah yang sifatnya ritual, tapi juga termasuk urusan-urusan ummat. Gak cuma buku-buku dan kitab-kitab buatan tokoh-tokoh terkenal, tapi juga membaca kalamullah Al Quran secara vertikal, lebih mendalam, lebih banyak tadabbur, lebih banyak membuat kita sadar lalu berdoa, rabbana ma khalaqta hadza bathila, subhanaka, faqina 'adzabannar. Aamiin.

 

Wallahua'lam bishowab.

 

*** 

 

PS: Sebenernya ini bukan grup satu-satunya Book Sharing yang aku gabung. Ada juga grup book sharing dari Buibu Baca Buku, tapi sifatnya cuma berbagi rekomendasi buku. Dan jujur aku di sana aku gak berani vocal, secara membernya 500 dan pastinya merupakan pembaca buku yang lebih wow daripada aku, yang super slow dan masih moody baca bukunya. 

Monday, September 15, 2025

Kenapa Harus Menuntut Ilmu?

September 15, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Prolog. In syaa Allah aku mau mencatat dan bagiin resume dari hasil baca buku Ma'aalim Fi Thariqi Thalabil Ilmi di grup ini. Oh ya, judul versi bahasa indonesianya buku ini : "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" - Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan, Darus Sunnah.



Awal kenal buku ini adalah dari komunitas RSC (Rahmah Study Club). Singkat cerita aku daftar dan jadi member RSC 6. Ikut matrikulasi dari Sept-Nov 2024. Udah lulus matrikulasi. Sebelum sesi study group yang asli, ada sesi spesial bahas buku tersebut. Tapi sedihnya aku down imannya, dan gak bisa ngikutin perjalanan pembahasan buku itu. Tapi sempet mulai buat resume, dari kajian, dan juga bagian awal buku.

 

1 tahun berlalu, masih belum ada kemajuan. Untuk mempercepat proses pulihku, dan biar inget lagi adab dan kiat dalam menggapai ilmu, izinkan aku share di sini ya. 

 

***

 

Berikut ini resume Muqaddimah dari buku tersebut yang aku ambil dari ceramah di youtube.

 

Adab dan Cara Menggapai Ilmu: Muqaddimah

Thursday, January 9, 2025

8:03 PM

 

Resume oleh: Isabella Kirei

 

Hikmah memulai menulis kitab dengan basmallah :

 

  1. Mengikuti kitabullah Al Quran Al Karim

 

  1. Mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam dalam menulis surat

 

  1. Untuk mengharapkan keberkahan (littabarruk)

 

  1. Untuk meminta pertolongan kepada Allah (listi'anah)

 

 

Keutamaan ilmu dan kemuliaan mendapatkan ilmu dan orang-orang yang berilmu:

 

  1. Manusia akan merasa tenang/lapang hatinya saat melihat para penuntut ilmu di majelis-majelis ilmu. Dan mereka meninggalkan kenikmatan tidur dan menjauhi kasur-kasur pada waktu ketika manusia sedang nikmat berada di kasur mereka. Dan mereka juga meninggalkan kenikmatan-kenikmatan lain dan mengutamakan perkara yang menjadi keselamatan di barzakh dan akhirat.

 

Allah memuji orang-orang yang memiliki ilmu. "Sesungguhnya orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Allah, hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu (ilmu agama Allah)".

 

Artinya semakin tinggi ilmunya, seharusnya semakin tinggi rasa takutnya kepada Allah. Inti dari ilmu adalah rasa takut kepada Allah. Bukan ilmu yang bermanfaat banyak hafalan, tapi ilmu yang mengantarkan kepada rasa takut kepada Allah.

 

Rasulullah adalah orang yang paling berilmu dan yang paling takut kepada Allah.
 

Takut melanggar perintah Allah, takut kepada neraka, dll.

 

  1. Ilmu merupakan sebab datangnya keridhaan Allah, datangnya kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.

 

Allah akan menyelamatkan orang-orang yang berilmu dari fitnah. Kisah tentang Qarun di Quran contohnya.

 

Ketika fitnah sedang melanda, tidak diketahui kecuali oleh orang yang berilmu. Saat sudah selesai, baru semua orang menyadarinya.

 

  1. Ilmu adalah warisan para nabi

 

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ada 40 keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta. Mengapa kita tidak berebut untuk mendapatkan warisan para nabi?

 

  1. Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal

 

Apabila seseorang telah meninggal, terputus semua amalnya kecuali 3 hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang shalih.

 

Harta bisa bermanfaat kalau dijadikan amal shalih, digunakan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Tapi kalau cuma disimpen aja, gak bermanfaat untuk akhirat

 

  1. Allah tidak meminta Nabi-Nya meminta tambahan apapun selain tambahan ilmu

 

Di surat Thaha, Allah memerintahkan Rasul untuk berdoa robbi zidni 'ilma.

 

Keutamaan ilmu: ilmu quran dan sunnah. Ilmu syar'i. dan juga ilmu yang bermanfaat buat manusia, setelah ilmu syar'i.

 

  1. Orang yang dipahamkan agama oleh Allah adalah orang yang dikehendaki kebaikan

 

Sebaliknya, jika tidak mudah paham ilmu agama. Menangislah.

 

  1. Orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya.

 

Derajat di sini, bisa di dunia, tapi terutama di akhirat

 

Ada hadits dan kisah-kisah para ulama yang ditulis di kitab ini, yang menunjukkan tentang keutamaan menuntut ilmu.

 

  1. Diantara perkataan Ibnu Qayyim Al Jauziyah, "Seluruh pujian yang ditujukan kepada seorang hamba yang disebutkan oleh Allah di dalam Al Quran Al Karim, itu semua merupakan hasil atau buah dari ilmu.

 

Sebaliknya, seluruh celaan yang ditujukan kepada seorang hamba di dalam Al Quran Al Karim, itu semua berasal dari kebodohan terhadap ilmu"

 

Ini menunjukkan keistimewaan dari ilmu agama yang bermanfaat.

 

 

Sumber: Ma'aalim Fi Thariqi Thalabil Ilmi (Mukkaddimah) - Ustadz Ahmad Rasyid Bazher


Wallahua'lam bishowab.

Friday, September 12, 2025

You're not Expected to Save Gaza neither Indonesia nor The World

September 12, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

I stumble upon this videos on @thefutureofcongo, and I am moved to write the transcript of the video.

 

 

*** 


Since when did "small" means useless?



With the current genocide that is taking place in Gaza… the famine and the war in Sudan, the continuous suffering of innocent people in Congo and the situation of all opressed people around the world--


there's this feeling a lot of us get. that we are supposed to do something huge. That if what we do doesn't end the war or feed thousands of people, then there's no point.


I think the problem is that, we have been taught to judge things purely based off of result, and that is a very problematic framework. Because nowhere in the Quran, nor the Prophetic tradition are we told that Allah Subhanahu wa ta'ala judges us based on what we accomplished.


But Allah does say in the Quran that, "There is nothing for man, except for what he strives for".


So the point is effort, not accomplishment. This might be harsh to say, but you're not expected to save Gaza -- nor are you expected to end the war in Sudan, or rebuild the Congo.


But you are expected to care, you are expected to try, and you are expected to do something-- even if it seems little or insignificant.


We act not because we are guaranteed results-- but because there's a moral and spiritual obligation. Even if you don't see the fruits of your seeds.


The Prophet Sallallahu 'Alaihi Wasalam says that if the day of judgement is established, and a person has a sapling in his hand, and he is able to plant it… then he should plant it. It’s the day of judgement!! You will probably not see the fruits of what you've just planted, but you are still commanded to do so.


Hajar 'alaihi salam did not find Zamzam water by sitting down and crying. She ran through Safa, and Marwa multiple times looking, and seeking for water. And Allah Subhanahu wata'ala blessed her with water, not through her running, but because of it. That is sa'y-- that is effort.


Maryam 'alaihi salam during childbirth, was commanded by Allah Subhanahu wata'ala that she should shake the trunk of the tree towards her-- realistically speaking, not a single human being much less a woman in labour would be able to shake a trunk of a tree to the point that dates would fall from it… the point of the command was not the shaking of the tree, it was about the effort, it was about obeying Allah Subhanahu wata'ala, and most importantly trusting him.


I highly recommended that everybody looks up the concept of Sa'y in Islam, it’s really profound and beautiful. One of the other dillemas we fall into in this regards is we feel discouraged when we don't see an immediate result in the things that we do. But the question is; Are you serving the cause or are you just addicted to seeing the results of your actions? Because I'm sorry to say bro, but.. It's not about you!!


Sumaya radhi Allahu anha never got to see Medina. 

The companions who died during the Battle of Badr and the Battle of Uhud never got to see the Conquest of Mecca.

Does that mean that they failed? Definitely not! We look up to them, we name our children after them, and we say about them radhi Allahu anhum. Because it's never about the accomplishment, it's about the effort.

I say to you: "Share that post to your story, repost the video, talk about it in your school, try and bring as much awareness as you can about all these situations and many others and know that if you died trying, you died successful!

 

***

 

Aku juga coba nerjemahin transkrip di atas, tapi manual dan banyak kekurangan. Barangkali ada yang mau baca, boleh juga dikoreksi kalau ada yang salah.

 

***


Sejak kapan hal kecil berarti sia-sia?


Dengan kondisi genosida terkini di Gaza… kelaparan dan perang di Sudan, dan penderitaan berpanjang pada penduduk di Kongo dan situasi dari semua rakyat yang tertindas di seluruh dunia--


Ada hal seperti ini yang banyak dari kita rasakan. Bahwa kita seharusnya melakukan sesuatu yang besar. Bahwa jika apa yang kita lakukan tidak menghentikan perang atau memberi makan ribuan orang, maka semua sia-sia.


Masalah utamanya adalah, kita terbiasa diajarkan untuk menghakimi sesuatu hanya berdasarkan hasil, dan itu adalah kerangka pemikiran yang sangat bermasalah. Karena tidak ada dalam Al Quran atau sunnah Rasulullah yang mana kita diberitahu bahwa Allah subhanahu wata'ala menghakimi kita berdasarkan pencapaian kita.


Tapi Allah menyebutkan dalam Quran bahwa, "Seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya". (An Najm ayat 39)


Jadi poinnya adalah usaha/ikhtiar, bukan pencapaian. Dan ini mungkin agak kasar untuk dikatakan, tapi kamu tidak diharapkan untuk menyelamatkan Gaza -- (atau Indonesia -pen) atau diharapkan untuk mengakhiri perang di Sudan, atau membangun Kongi.


Tapi kamu diharapkan untuk peduli, kamu diharapkan untuk berusaha, dan kamu diharapkan untuk melakukan sesuatu-- bahkan jika itu terlihat kecil atau tidak signifikan.


Kita melakukan sesuatu bukan karena kita punya jaminan akan hasilnya-- tapi karena ada kewajiban moral dan spiritual. Bahkan jika kamu tidak melihat buah dari benih yang kau tanam.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda bahwa jika hari kiamat terjadi, dan seseorang memiliki biji/benih di tangannya, dan ia mampu untuk menanamnya… maka ia harus menanamnya. Padahal itu hari kiamat!! Kamu mungkin tidak akan melihat buah dari apa yang baru kau tanam, tapi kamu masih diperintahkan untuk melakukan itu.



Hajar 'alaihi salam tidak menemukan air Zamzam dengan duduk diam dan menangis. Ia berlari di antara Safa dan Marwa beberapa kali untuk mencari air. Dan Allah Subhanahu wata'ala memberikan rahmat padanya dengan air, bukan melalui larinya, tapi karena itu. Itulah yang disebut sa-i -- itu adalah usaha.



Maryam 'alaihi salam saat proses melahirkan, ia diperintahkan Allah Subhanahu wata'ala untuk menggoyangkan batang pohon ke arahnya -- jika bicara realistis, tidak ada seorang manusia, lebih lagi seorang wanita yang sedang melahir dapat menggoyangkan batang pohon sampai buah kurma jatuh darinya… poin utama dari perintahnya bukan menggoyangkan pohon, ini tentang usaha, ini tentang menuruti perintah Allah Subhanallah wata'ala, dan yang terpenting percaya dan yakin pada-Nya.


Saya sangat merekomendasikan setiap orang untuk mencari tahu dan memahami konsep Sa-i dalam Islam, konsep ini sangat mendalam dan indah. Salah satu diantara berbagai dilema yang kita tenggelam di dalamnya adalah kita merasa putus asa saat kita tidak melihat hasil langsung/hasil yang segera pada hal yang kita lakukan. Tapi pertanyaannya adalah; apakah kamu melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu, atau untuk melihat hasil dari apa yang kamu lakukan? Karena, maaf untuk mengatakannya, tapi ini bukan tentangmu!!



Sumaya radhiyallahu anha tidak pernah melihat Madinah.



Para sahabat radhiyallahu anhum yang syahid dalam Perang Badar dan Perang uhud tidak pernah menyaksikan peristiwa Penaklukan Mekah.



Apakah itu artinya mereka gagal? Tentu saja tidak! Kita mencontoh mereka, kita memberi nama anak-anak kita dengan nama mereka, dan kita menyebut mereka radhiyallahu anhum. Karena ini tidak pernah tentang pencapaian/hasil, ini tentang usaha/perjuangan.



Saya katakan padamu: "Bagian postingan itu di storymu, repost videonya, bicarakan tentang itu di sekolahmu, dan usahakan dan berikan awareness/kesadaran sebisa mungkin tentang situasi-situasi ini (Gaza, dll) dan ketahuilah bahwa jika kamu mati saat sedang berusaha, kamu mati dalam keadaan sukses."

 

***

 

Terakhir, penutup. Teruntuk setiap orang yang sering putus asa karena merasa tak berdaya, yang merasa usahanya terlalu kecil, yang masih begitu peduli melihat berbagai kejadian dan peristiwa di dunia dan Indonesia, tapi juga ragu apa yang harus dilakukan dan sering tergilas arus dan lupa untuk konsisten dalam usaha dan dosa sekecil apapun itu di matamu/di mata orang lain. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi bagian dari yang berjuang dan berusaha, sungguh lebih baik menjadi debu, pasir, yang semoga jadi adonan semen yang baik untuk membangun peradaban. We might not see the result, but Allah never ignore any effort even the smallest and the hidden one.

 

Wallahua'lam bishowab.