Bismillah..
27 Mei 2014,
Penghuni Asrama Salman ITB 2013/2014 berkunjung ke Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi, Bandung. Panti sosial ini
dihuni oleh 28 nenek dan beberapa pengurus panti. I know it's too late.. A very
late story to tell. Tapi tidak mengapa, karena kisah lama, bisa jadi baru kita
petik hikmahnya sekarang. Ya, sekarang. Saat kita diwajibkan
"pemanasan" menulis non fiksi.
***
Pertanyaan di atas
adalah sebuah pertanyaan yang kudapati setelah berkunjung ke panti jompo.
Setiap orang mempunyai jatah umurnya masing-masing. Dan jika masa tua kita
alami, kiranya kelak dimana kita menjalani hari-hari? Di rumah, sendiri, dan
anak-anak kita berada di luar kota, sibuk mengurus ini itu. Atau bahkan di
panti, karena mereka tidak sanggup merawat kita dan menitipkan kita ke tempat
berkumpul orang-orang tua. Atau kita dirumah, dan anak-anak kita silih berganti
menemani kita. Mereka memahami kewajibannya sebagai anak, untuk merawat kita,
saat kita sudah beranjak tua, pikun dan semakin seperti kanak-kanak.
Masa Tua Mereka, Kelak Dimana?
Sekarang
pertanyaannya kita balik. Mari kita ajukan pertanyaan sama namun kita berperan
sebagai anak. Kita adalah anak orang tua kita, ada diantara kita adalah anak
tunggal, anak pertama, anak bungsu, anak perempuan satu-satunya, anak laki-laki
satu-satunya dan lain-lain. Mari bertanya sejenak, saat ini bagaimana kabar ibu
dan ayah? Bagaimana kabar hubungan kita dengannya? Hangatkah? Atau dingin?
Dekatkah atau jauh?
Kita mungkin tidak
menyadari, bahwa hari demi hari berlalu, kita sibuk dengan segala macam
hal. Kita tidak menyadari, bahwa
berlalunya hari demi hari, juga berarti kedua orang tua yang semakin tua. Wajah
mereka tidak sesegar seperti sewaktu dulu kita digendong, di antar ke sekolah.
Wajahnya kini mulai dipenuhi lekukan-lekukan. Rambut mereka kini tidak sehitam
sewaktu kita diajari mereka membaca, mengaji alif ba ta tsa. Rambutnya kini
mulai didominasi warna putih dan kelabu.
Dan saat itu
terjadi.. Bagaimana sikap kita? Dan jika waktu terus berlalu, mereka semakin
menua, dan sedikit demi sedikit kemampuannya menjadi lemah. Matanya mulai tidak
bisa melihat sejernih saat ia melihatmu masuk SMA favorit. Telinganya, mulai
tidak bisa mendengar getaran gelombang suara yang terlalu lemah. Otaknya mulai
tidak bisa mengingat banyak hal. Ia mungkin akan bertanya hal yang sama
berkali-kali dalam rentang waktu puluhan detik.
Dan saat itu
terjadi. Dimana kelak kita memposisikan mereka? Masihkah mereka menetap di hati
kita, sehingga tidak ada sedikit pun sepetik rasa ingin menjauhkan mereka dari
kehidupan kita. Adakah saat itu, kita rela tetap berada dekat dengannya, meski
ia kini tidak bisa ke kamar mandi sendiri. Kita harus menuntunya, dan
merawatnya seperti saat ia merawat kita saat masih bayi?
***
Masa Tua Kita, Kelak Dimana?
Masa Tua Mereka, Kelak Dimana?
Dan sebelum kita
menjawab pertanyaan di atas, mari kita
sejenak tadabbur sebuah firman Allah.
( 23 ) Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.
QS
Al Isra ayat 23
"Over
and over again. One thing after the next, after the next, after the next about
parents, parents, parents, parents. Just one thing about Allah. And several
things about parents. And just imagine how serious this matter is. But still,
the thing to appreciate is Allah mention Himself name first. And one of the
lesson in that is.. You're really not gonna be able to be good to your parents
if you're not trully a slave & a worshipper of Allah. If you're not doing
that first part, you're gonna be failing the next part. So any of you are
messing up with your relationship with your parents. What is that tell you? It
tells you're not really slave of Allah yet. You haven't really done that DO
yet. Because the later would be easier for you, if you fulfill the
former." - Nouman Ali Khan*
"Berkali-kali.
Dari satu hal ke hal berikutnya, berikutnya dan berikutnya tentang orang tua,
orang tua, orang tua, orang tua. Hanya satu hal tentang Allah (kalimat pertama ayat 23) . Dan beberapa hal
tentang orang tua. Bayangkan betapa pentingnya hal ini. Namun perhatikan, satu
hal yang berharga adalah Allah menyebut nama-Nya pertama kali (di awal). Dan
salah satu pelajaran dari hal tersebut adalah. Kamu tidak dapat berlaku baik kepada
orang tuamu jika kamu belum menjadi hamba Allah yang sebenar-benarnya.
Jika kamu tidak melakukan bagian
pertama, kamu akan gagal melakukan bagian selanjutnya. Maka siapa pun dari kalian yang
hubungan dengan orang tua-mu kacau. Hal itu menunjukkan apa? Hal itu
menunjukkan kamu belum menjadi sebenar-benarnya hamba Allah. Kamu belum
benar-benar melakukannya. Karena tahap selanjutnya akan lebih mudah untukmu,
jika kamu dapat memenuhi tahap sebelumnya.
Ah.. Mungkin sebelum
kita bertanya tentang bagaimana hubungan kita dengan orang tua. Sebelum
bertanya tentang bagaimana sikap kita selama ini kepada mereka. Mari kita
menjawab pertanyaan di bawah ini.
Khaifa imanukunna? Apa kabar iman kita?
Allahua'lam bishowab
*diambil dari Video
NAK berjudul : Respect Your Parents - Nouman Ali Khan- Quran Weekly
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya