Follow Me

Wednesday, August 17, 2016

Reblog: Tak Terungkap

Bismillah.

Berkunjung ke link asli, karena ada orang yang ga sengaja lewat post tersebut. Hanya ingin me-reblog tulisan lama yang ditulis saat duduk di bangku SMA dulu. Mungkin akan ada tambahan di bawahnya, entahlah.

***

Pernahkah kamu merasa terlalu banyak hal yg memenuhi pikiranmu?
Merasa kamu harus bicara pada seseorang? Mendiskusikan itu..

Pernahkah kamu merasa terlalu banyak perasaan yg tercampur baur di hatimu? Merasa perasaan tadi perlu di ekspresikan, dituangkan kepada seseorang sebelum mereka meluap.
Curhat.. kepada sahabat atau cukup dalam diary.

Pernahkah kamu merasakan itu semua? Too many things in your head, and too many feelings in your heart. Tapi anehnya, lidahmu tak bisa mengungkapkan semua itu lewat suara. Anehnya, bahkan jarimu tidak bisa menuliskan semua itu di atas kertas.
Kamu butuh untuk mengungkapkan itu, namun tak bisa melalui lisan tak bisa melalui tulisan. Seolah pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan itu tak teraba oleh bahasa. Tak dikenal oleh fonem.

***


#fiksi

Ada saat-saat dimana apa yang ada di otak dan hatinya tak bisa terungkap. Otaknya berusaha merangkai kata, lidahnya berusaha melisankannya. Pita suaranya memang bergetar. tapi yang muncul hanya kata-kata tak beraturan, tata kalimat yang kacau, dan plot yang diulang-ulang. Bukan itu yang ingin ia ungkapkan, kalimat-kalimatnya berputar tanpa menyentuh konteks yang ia ingin sampaikan. Dan di saat-saat seperti itu, mata bening gadis itu mulai memanas, memunculkan air yang mendesak bendungan kelopak mata, kemudian mengalir deras... membuat sosok di hadapannya ikut kehabisan kata.

"Saya nggak ngerti, saya berusaha untuk mengerti namun penjelasanmu tidak rasional," ucap sosok di hadapannya.

Seperti seorang bayi yang tidak bisa berkomunikasi, seperti itulah gadis itu. Seorang bayi yang lapar namun tidak bisa memberitahu ibunya lewat kalimat, akhirnya hanya bisa menangis, berharap sang Ibu mengerti apa yang dirasakannya. Gadis itu pun begitu, meski ia sudah belajar bahasa, meski ia tidak bisu, tapi di situasi seperti ini ia hanya bisa menangis. Ia tahu, sosok di hadapannya tidak salah tidak mengerti dirinya. Hanya saja.... ada hal-hal tak terungkap yang tidak bisa ia bahasakan, meski berulangkali ia coba tuliskan atau ucapkan.

The End.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya