Bismillah.
"Gimana caranya teh?", ingin aku protes pada ukhti cantik nan shalihah pemilik blog Mentari Pagi. Dulu.. meski jarak jauh, tapi masih ingin dapet inspirasi dari tulisan-tulisannya. Sekarang.. jarak jauh, ga bisa baca tulisannya, cuma bisa baca kalimat singkat yang artinya "Sampai jumpa di dunia nyata!"
Aku tidak tahu alasan utama mengapa blog ukhti yang rajin diisi dan isinya pun bergizi tiba-tiba berubah jadi seperti itu. Pasti ada niat baik dari pemiliknya kan? Hehe. Semoga yang bertemu denganmu di dunia nyata lebih bisa dapet banyak manfaat, atau setidaknya sama, seperti saat blog ukhti masih penuh tulisan. Aamiin.
***
Kalau aku agak berbeda dengan teteh tsb, aku termasuk tipe orang yang ga suka ngajak ketemu di dunia nyata. Kalau bisa lewat komunikasi di dunia maya, kenapa harus bertemu dan bertatap muka? Terutama komunikasi antara non-mahram.
Bagiku, blog ini, lewat tulisan di sini, aku bisa menyampaikan apa yang ga bisa aku sampaikan secara lisan. Seriusan... kalau kamu bertemu denganku di dunia nyata, cerita yang terlantun dari lisanku pasti lebih muter-muter dan random sambung sana sini, dibanding dengan tulisan yang ada di sini. Atau sama aja? Tulisanku sering muter-muter juga kah? Hehe..
Intinya, menurutku aku lebih lihai bicara lewat jemari ketimbang lewat lisan. Selain faktor keberaturan, ada juga faktor emosi, aku kalau bicara cenderung meluap-luap ngikutin emosi, seringkali melukai telinga dan hati pendengar. Kalau lewat tulisan, kan ga ada intonasi, ga ada penekanan atau volume, jadi in syaa Allah lebih aman bagi pembaca. Walau aku yakin, pasti diantara tulisanku ada juga yang menyakiti pembaca meski aku ga bermaksud begitu. Maaf ya.. kalau banyak salah.
***
Setelah di bagian pertama aku bahas tentang stimulus tulisan ini dibuat, dan bagian kedua aku bahas tentang diriku yang prefer bertemu di dunia maya ketimbang di dunia nyata, yang terakhir izinkan aku sedikit menulis pengingat pribadi terutama. Here we go...
"See you in real life", satu frase tadi mengingatkanku bahwa di sini1 bukan 'real' life. Ini dunia maya.
"See you in real life", satu frase tadi mengingatkanku bahwa di sini2 bukan 'real' life. Ini dunia fana yang tak kekal lagi melalaikan.
Semoga kelak jika bertemu di 'real life', kita bisa bertemu lagi di tempat yang lebih baik, di tempat yang sama dengan Rasulullah dan sahabatnya, di Jannatullah. Aamiin.
Allahua'lam
Aamiiin, ya Rabbal'aalamiin
ReplyDeleteDuh, tersipu dibilang cantik bel :"3