i'm sorry -.- |
Bismillah.
Sembari menunggu final badminton ganda campuran Olimpiade Rio 2016, aku mengunjungi beberapa blog. Menurutku cara paling mudah untuk membuat jemariku bergerak dan menulis adalah blogwalking. Atau kalau kata Larry L. King, cara untuk jadi penulis cuma ada tiga: tulis, tulis ulang, kalau ga tulis ulang, baca.
Jadi di salah satu blog yang udah lama ga aku kunjungi, mulailah aku baca sepuluh postingan terakhir -ga baca semua sih, sebagian ada yang cuma skimming. Nah di akhir tulisan yang dipost bulan Mei lalu, si pemilik blog menulis kalimat ini, "Pernahkah kamu mengalami hal demikian? Cerita dong, jangan baca doang…"
Dari kalimat penutup tadilah jemari dan otakku mulai terpancing untuk menulis ini. Tentang silent reader, dan tentangku.
Jujur untuk blogwalking aku termasuk tipe yang lebih banyak jadi silent reader, daripada tipe yang sering meninggalkan jejak komentar agar si pemilik blog berkunjung balik. Tapi untuk sosmed lain, aku biasanya agak reaktif, walau sekarang lagi kumat sakit ansosnya.
Dulu, ya.. ga terlalu lama sih. Dulu aku termasuk yang suka aktif di grup-grup sosmed, aktif mengemukakan pendapat terutama di forum homogen (perempuan semua). Pernah tahu rasa "sakit"-nya jadi orang yang seolah ngobrol sendiri di grup yang isinya lebih dari dua orang. Pernah jadi orang yang nangis-nangis cuma gara-gara merasa keluar dari "batas hijab".
Tapi sekarang, aku justru yang jadi silent reader. Yang lebih suka ga merespon. Yang suka buka grup cuma untuk ngilangin notif. Yang lebih milih ga buka app sosmed, walau ratusan pesan menumpuk. Yang....
Maaf, maaf. Tapi saat ini aku lebih suka sendiri. Jikapun gatal ingin membalas komentar di blog tersebut, tetap ditahan dan milih nulis di sini. Meski yang bersangkutan ga bakal baca, karena ga pernah kenal. Hehe.
Ah, jadi ingat kata seorang teteh... aku termasuk seorang coward, yang cuma berani ngomong di belakang. Aku cuma seorang coward, yang berani menyuarakan suara di sini.
***
Hehe, ga jelas banget tulisannya. Biar agak jelas izinkan nambah tulisan, manjang-manjangin dikit tentang tipe-tipe silent reader. Udah dari Maret lalu jadi draft di OneNote dan belum di edit-edit.
1. Silent Reader Amateur
Mengapa amatir? Mungkin karena baru mencoba menjadi silent reader, belum banyak berpengalaman, atau mungkin juga tidak sesuai dengan karakternya. Kamu tahu? Di dunia asli, maksudnya dunia non-maya, kan kita bisa liat tuh ada orang yang cerewet sama pendiam, atau bahasa lainnya, yang aktif bicara sama yang pasif. Biar seimbang, hehe, soalnya kalau istilah yang pertama 'cerewet' konotasinya asa negatif, kalau yang kedua gantian kata 'pasif' yang konotasinya agak negatif.
Silent reader tipe ini bisa dikenal dengan ketidak-konsistenannya. Maksudnya apa? Maksudnya dia dalam kurun waktu misal 3 bulan jadi silent reader, kemudian di suatu momen tiba-tiba dia aktif menanggapi. Fluktuatif bahasa kerennya, ababil bahasa galaunya.
Saya termasuk tipe silent reader ini karena aslinya, dulunya saya termasuk orang yang terlalu aktif di sosmed, dan di forum dunia maya. Di dunia maya harus di underline, karena kalau di forum ketemu secara fisik aku hampir selalu jadi silent listener *bener ga bahasa inggrisnya? Hehe. Coward, bisa dibilang gitu. Jadi inget satu tulisan yang mungkin masih harus aku baca lagi, tentang berbicara di 'belakang' forum (baca di sini).
2. Silent Reader Pertengahan
Ini yang menurutku paling pas sih. Menjawab secara japri pertanyaan di grup oleh satu orang. Selalu di belakang layar tapi tetap memberi manfaat.
3. Silent Reader Pro
Ini yang nyebelin. Hehe. Pengalaman pas lagi cerewet-cerewetnya di forum sosmed dan ga ada yang respon karena semua milih jadi silent reader. Sekarang sih kalau inget Cuma senyum dan ketawa dalam hati. Kalau dulu... Hahaha misuh-misuh gitu, sampe "benci" sama para silent reader. Aneh memang, tapi Cuma karena silent reader tipe ini, aku nangis-nangis sendiri tanpa ada satu orang pun yang tahu. Wkwkk. Ah, kenapa dulu nangis ya?
Silent reader tipe ini bisa dikenal dengan ketidak-konsistenannya. Maksudnya apa? Maksudnya dia dalam kurun waktu misal 3 bulan jadi silent reader, kemudian di suatu momen tiba-tiba dia aktif menanggapi. Fluktuatif bahasa kerennya, ababil bahasa galaunya.
Saya termasuk tipe silent reader ini karena aslinya, dulunya saya termasuk orang yang terlalu aktif di sosmed, dan di forum dunia maya. Di dunia maya harus di underline, karena kalau di forum ketemu secara fisik aku hampir selalu jadi silent listener *bener ga bahasa inggrisnya? Hehe. Coward, bisa dibilang gitu. Jadi inget satu tulisan yang mungkin masih harus aku baca lagi, tentang berbicara di 'belakang' forum (baca di sini).
2. Silent Reader Pertengahan
Ini yang menurutku paling pas sih. Menjawab secara japri pertanyaan di grup oleh satu orang. Selalu di belakang layar tapi tetap memberi manfaat.
3. Silent Reader Pro
Ini yang nyebelin. Hehe. Pengalaman pas lagi cerewet-cerewetnya di forum sosmed dan ga ada yang respon karena semua milih jadi silent reader. Sekarang sih kalau inget Cuma senyum dan ketawa dalam hati. Kalau dulu... Hahaha misuh-misuh gitu, sampe "benci" sama para silent reader. Aneh memang, tapi Cuma karena silent reader tipe ini, aku nangis-nangis sendiri tanpa ada satu orang pun yang tahu. Wkwkk. Ah, kenapa dulu nangis ya?
Ini tipe silent reader yang bener-bener jadi silent reader, ga sama sekali nge respon, ga peduli berapa kali namanya disebut di forum online itu. Entah memang ga baca, atau bingung ga tau harus respon apa, atau gimana... Aku sendiri sampai sekarang ga tahu.
Mungkin. Mungkin mereka baru mau respon kalau di japri. Tapi ga jamin juga,..
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya