Follow Me

Thursday, December 19, 2019

Problem

Bismillah.


Setiap manusia hidup berkawan dengan masalah. Mulai dari saat ia bayi sampai kelak dijemput ajal. Semakin bertambah usia, semakin meningkat pula kompleksitas masalah yang ia hadapi. Dan sikap yang kita ambil saat bertemu dengan masalah, akan mempengaruhi diri kita, terutama kesehatan mental kita.

Bulan November kemarin saya menghadiri acara dengan tema terkait kesehatan mental. Yang mengisi adalah Eka Widiasari, M.Psi, seorang psikolog juga dosen Psikologi di IAIN Purwokerto. Berdasarkan pengamatan dan pengalamannya, beliau mengatakan bahwa salah satu penyebab penyakit mental adalah sikap yang kita pilih saat ada problem dalam hidup kita.

Orang yang sehat mentalnya menyikapi problem dengan menerima dan menghadapinya, mencari solusi untuk menyelesaikannya.

Sedangkan sikap menghindari atau menolak problem akan memicu munculnya gangguan jiwa. Orang-orang yang terus menghindari problem dan enggan menerima apalagi menghadapinya, jika dilakukan terus menerus biasanya kelak akan mengalami gangguan kecemasan (anxiety). Sedangkann sikap menolak problem akan menyebabkan gangguan depresi.

Bu Eka memberikan analogi problem itu ibarat lari keliling lapangan, dan kita diharuskan untuk menghadapinya. Hari pertama, kita diharuskan lari satu keliling lapangan. Orang yang menerima dan menghadapi problem akan melakukannya. Ia mungkin baru pertama kali lari keliling lapangan, setelah satu putaran, ia merasakan tubuhnya panas, berkeringan, mungkin gemetar dan lemas bahkan juga mual, tapi ia melakukannya. Lalu saat hari kedua, ia diharuskan lari dua keliling lapangan, dan ia memilih melakukannya (menerima dan menghadapi problem tersebut), rasa pusing dan mual tidak lagi ia rasakan. Badannya sudah mulai terbiasa.

Sekarang bayangkan jika seseorang memilih untuk menghindar dan menolak untuk lari keliling di hari pertama. Kemudian problemnya tiap hari meningkat, kini ia harus lari empat keliling lapangan. Problem yang dihindari dan ditolak itu tetap ada, dan harus terselesaikan, maka ketika situasi memaksa ia bertemu problem tersebut, bagaimana kondisinya? Seseorang yang bahkan lari satu keliling saja tidak pernah, tiba-tiba harus lari keliling empat kali.

Mendengar penjelasan Bu Eka aku banyak berkaca, pada tahun-tahun lalu saat aku pernah memilih menghindari sebuah masalah. Hasilnya memang kecemasan, dan rasa cemas tersebut yang sempat membuatku menghilang dari peredaran. Dan memang benar, saat kita belajar untuk menerima dan menghadapi problem, maka kecemasan tersebut pelan-pelan bisa diatasi. Though there's a process to overcome it. Dealing with anxiety, is not easy for someone who has run from their problems for years.

***

Setiap masalah dalam hidup kita, hadir untuk memberikan pada kita pelajaran berharga. Tapi jika kita terus menerus menghindari atau menolaknya, sekecil apapun masalah tersebut, ia bisa membuat kesehatan mental kita memburuk. Maka sambutlah problem dengan sikap yang benar, sekecil apapun suatu masalah, kita harus berusaha menerima dan menghadapinya. Jika pun terasa sulit, jangan ragu untuk meminta bantuan. Baik kepada Allah Sang Pemberi Kemudahan, juga pada manusia yang bisa menjadi wasilah kemudahan dari Allah sampai ke kita.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya