Menyalin tulisan lama, untuk pengingat diri.
Back then I wrote it in the blue notebook. Tulisannya acak-acakan, menggambarkan kondisi diri dan hati yang tidak baik-baik saja. Entah ditulis tahun, bulan dan tanggal berapa. Kemungkinan saat fase aku 'kehilangan diriku'.
***
Ini bukan tentang "sakit hati" yang lebih sering dimetaforkan sebagai sakit karena cinta. Ini tentang hati yang mengeras hampir mati. Ini tentang hati yang begitu gelap karena noda dosa.
Hatiku yang sakit. Dan tidak ada orang lain yang melihatnya. Allah berkali-kali memberikan aku obatnya, memberikan aku kesempatan untuk kembali pada-Nya. Namun berulangkali juga aku tak mau meminumnya. Berkali juga aku melangkah untuk kembali namun kemudian berbalik.
Hati ini sakit, sudah begitu keras nan hampir mati. Sehingga lantunan ayat-Nya tak juga melunakkannya. Sehingga tiap bacaan dan hafalan hanya berhenti di tenggorokkan.
Iman seolah hanya di lisan, dan sholat seolah hanya gerakan tubuh. Hati ini yang sakit, sehingga kehidupanku terlihat seperti zombie.
Aku butuh konsultan, psikolog, terapist, ustadzah atau siapapun yang bisa membantuku. Tentu saja Allah cukup menjadi penolong hati yang sakit ini. Tetapi aku sudah tidak bisa mengendalikan diri. Izinkan bantuan Allah juga tersalur lewat orang lain.
Dan tangis yang berlinang saat ini... Semoga bukan tangis palsu. Semoga kali ini yang terakhir, sebagai bentuk taubatku pada-Nya.
فَفِرُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا
قُلْ يَـٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Yaa Muqallibal Quluub.. Tsabbit Qalbi 'Ala Dinik.
***
Kubuka halaman sebelumnya. Sepotong tulisan bernada sama kutuliskan. Tertanggal 14 Agustus 2011.
Seolah tulisan-tulisan di buku catatan ini mengingatkanku. Begitulah iman, naik dan turun. Begitulah hati, kadang sehat, dan tak jarang sakit.
Cz it hurts me so.
***
Semoga saat hatiku sakit, aku tak berhenti menulis. Tidak harus di sini. Boleh di secarik kertas, dengan tulisan tangan yang sulit dibaca bahkan oleh diri. Tidak mengapa. Karena Allah Maha Mengetahui apa yang ada di hatiku. He knows. But He still wants to hear our voice. Romantic, isn't it?
Tetaplah berdoa, dalam bisikan kecil. Dalam bahasa kalbu. Dalam tulisan-tulisanmu.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya