Bismillah.
*warning* abstrak, curcol
Abaikan judul yang hiperbol. Abaikan juga tulisan ini, hanya akan berisi curhat saja. Ini, salah satu alasan kenapa aku memilih untuk "lari" dan "sembunyi" lagi.
***
Saat ketentuannya kubaca, dan salah satu syaratnya wajib menerbitkan di sana, sebagian hatiku berontak. Aku, meski masih jemariku masih belum banyak menulis untuk projek buku solo, tapi angan-anganku sudah melayang jauh. Aku sudah memikirkan target penerbit juga. Mulai dari cari yang sevisi, cari yang buku terbitannya bagus-bagus, juga yang desainnya bagus, termasuk juga, yang harga jualnya murah. Ada beberapa tempat dan pertimbangan. Jadi ego itu muncul, karena syarat itu.
Tapi pemikiran itu aku usir, belum aja coba. Dan benarlah, hari kedua, aku sudah ambruk. Hari ketiga, tidak mau mengakui kegagalan, dan malah memilih untuk lari dan sembunyi. >< I haven't learn, and I hate that.
I stuck writing the second topic/subtopic. Kalau aku baca tulisan hari pertamaku, dari sudut pandang pembaca, dan peserta kelas, aku melihatnya dalam bentuk buku esai personal atau novel non fiksi. Tapi saat menulis yang kedua, tiba-tiba gaya bahasaku berubah seolah ini buku motivasi. It's the same problem I have actually. I haven't found the right form that I want for my first draft.
Sulit untuk menuliskan buku ini.. rasanya aku ingin asal saja, mengambil tulisan dari blog ini, mengeditnya, dan mencoba merangkainya, tanpa benar-benar memilih tema yang seragam. Tapi.. bukan itu kan yang aku inginkan? Hmm
Let's think for a moment, and do more action. Instead of just run or hide, please face it and fix it! Didn't you want to finish one this year?
Barangkali ada yang baca sampai akhir dan nyesel bacanya. Let me share a quote. Hopefuly this help you to forgive me for wasting your time reading this post.
Aku tersenyum-senyum saja. Dia tidak tahu bagaimana penderitaanku seperti setrikaan mondar-mandir ke kos Bang Togar dan mengurut dada melihat tulisanku berkali-kali dicoretnya dengan spidol merah. Tapi melihat tulisanku sekarang terpampang di majalah kampus, semua rasa capek dan kesal rasanya terbayar lunas. Benar seperti kata Imam Syafi'i, "Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang."
#daribuku "Ranah 3 Warna" - A. Fuadi
Terakhir, semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap dan semua urusan kita. Aamiin. Semangat menulis^^
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya