Follow Me

Thursday, June 19, 2025

Rasa Aneh Saat Mencoba Aktif Kembali di Blog

June 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

#curcol

 

Pernahkan kau vakum lama di blog, hanya muncul satu dua kali dalam sebulan. Lalu kemudian ingin aktif lagi. Dan saat melakukannya, bagaimana perasaanmu? Kalau blog tidak terbayang, mungkin coba ganti kata blog dengan sosial media. Misal kamu tipe yang cuma post di sosmed, cuma update story satu dua kali dalam sebulan. Tapi dulu pernah aktif dan sering muncul beberapa kali dalam sepekan. Setelah lama vakum, dan ingin aktif lagi, bagaimana perasaanmu?

 

Aku... aku merasa aneh. Jujur setiap kali hendak membuat postingan terbaru, meski dengan bahan dari tahun 2022, aku dibuat bertanya-tanya, apa aku gak ngepost kebanyakan? Apa gak keseringan? Kan kemarin udah publish tulisan baru, apa nunggu 3 hari lagi ya? Ini dimasukin ke draft aja? Padahal kan harusnya publish-publish aja, gak ada yang protes juga kok. Gak menuhin timeline orang kok. Kan ini blog, jalan sunyi hehe. Begitu pula di medium, mau import banyak tulisan dari blog ini dibuat mikir hehe. Karena aku tahu, bagusnya melakukan apapun itu sedikit tapi istiqomah. Jujur aku takut aja, kalau banyak post/publish tapi kemudian ngilang dan vakum lagi hehe. Tapi ini overthinking gak sih? hehe. Padahal, banyak juga yang posting di medium setiap hari.

 

***

 

Anyway, udah sih, cuma mau curhat itu aja. Pengingat untuk diri agar gak overthinking, dan melanjutkan keaktifannya. Mumpung lagi semangat, dioptimalkan saja rasa semangat itu. Abaikan rasa aneh yang mengganggu. Let's write more post, let's publish more writing, here and in medium. SemangKA! 

 

Wallahua'lam.

Wednesday, June 18, 2025

A34: Cinta yang Menghasilkan Karya

June 18, 2025 0 Comments

 Bismillah.

 #menjadiarketipe

 


 

☑️ #DAY34-0090

 

📖 Kitab Cinta dan Patah Hati, Sinta Yudisia


📑 Quote:


Taj Mahal bukan sekedar simbol kemegahan seorang ratu. Bersamanya tergambar kesetiaan seorang lelaki yang selama 22 tahun mencurahkan segenap sisa hidup untuk mengenang seorang istri yang selalu mendampingi suami suka duka, rela mengandung hingga belasan benihnya, tak pernah meninggalkan suami saat menjalankan tugas dan mati mempersembahkan buah cinta mereka lahir ke dunia.

 

💡 Insight:

 

Aku belum tahu banyak tentang Taj Mahal sebelum membaca buku ini. Ternyata, rasa cinta yang mendalam, kesedihan ditinggal istri yang "berpulang" terlebih dahulu, tidak selalu membawa hal-hal negatif. Mungkin banyak yang memilih untuk tenggelam dalam emosi negatif, menutup diri, terjerat depresi karena yang tercinta telah pergi terlebih dahulu ke alam barzakh. Tapi Taj Mahal, bangunan yang sering kita dengar karena termasuk 7 Wonders of the World, menjadi bukti cinta yang menghasilkan karya.

 

Ini menjadi pengingat untuk kita, yang pernah, sedang, atau kelak merasakan naik turun gejolak cinta. Jadikan emosi dan energi yang dibawa cinta itu untuk menghasilkan karya. Karya apapun. Bisa jadi tulisan, bisa jadi lukisan, bisa jadi seperti Taj Mahal, berupa bangunan.

 

Jujur, kalau cuma mendefinisikan cinta dan melihat cinta dari novel cinta atau drama cinta yang picisan, kita mungkin gak akan tahu, bahwa ada cinta yang bisa menghasilkan karya. Cinta yang impact-nya lebih dari sekedar hal-hal remeh. Cinta yang mendorong kita menghasilkan karya. Let's find and do that kind of love!

 

Wallahua'lam. 

Friday, June 13, 2025

Masihkah Matamu Berkaca Setiap Membaca Berita Saudaramu Di Sana?

June 13, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

-Muhasabah Diri- 

 

Sebelumnya aku membuka sosial media untuk menemukan berita terbaru dari kabar saudara kita di sana. Sebelumnya, tanpa jeda tangan tergerak untuk share berita tersebut ke story. Tapi saat berita berita yang muncul memenuhi perasaan negatif, perasaan tidak berdaya, kesedihan, amarah, dll. Aku memilih untuk menghindar. Menutup mata. Meski tetap tidak bisa tidak tahu, karena di belakang kepalaku, aku tahu, menutup mata tidak menjadikan kejadiannya tidak terjadi. Saudara kita di sana, masih di sana, masih berjuang dalam rasa lapar, rasa sakit, dan begitu banyak kata deskripsi lain yang membayangkannya saja sudah membuat hati sedih. Tapi anehnya, hati mereka masih kokoh dalam keimanan yang seimbang antara khauf dan raja, takut dan asa.

 

Saat ini, aku lebih banyak diam saat kudengar dan kubaca berita tentang saudara kita di sana. Bibirku tertutup rapat, lidahku kelu, jemariku hanya mampu menekan ikon hati, tidak ada lagi semangat membagikan berita seperti dulu, karena rasa bersalah itu begitu berat. Menilik saat-saat aku menutup mata dan pura-pura tidak tahu akan apa yang terjadi di sana, dan ketidakberdayaanku, dan betapa lemahnya imanku. Karena jangankan memikirkan mereka, memikirkan diriku saja, aku masih kalah, kalah oleh sisi gelap diri, oleh dosa dan kesalahan yang berulang dikerjakan.

 

***

 

Berita tentang saudara kita di sana berganti, kau lihat orang-orang yang lebih banyak bersuara, yang lebih sibuk bekerja, dan melangkah. Lalu kau melihat kaca dan refleksi dirimu yang berdiam diri dengan penutup mata di kepala.

 

Aku hanya ingin bertanya padamu, adakah matamu berkaca-kaca saat berita tentang saudaramu kau baca dan kau dengar? Adakah hatimu tergerak, untuk mengufukkan doa yang tulus, doa yang tidak tergesa?

 

Wahai diri, kau boleh lemah, lalu terdorong arus. Kau bisa saja kehilangan kesadaranmu, lalu terjatuh dalam lubang kenistaan. Tapi saat kau terbangun dan mulai mengumpulkan kesadaranmu, jangan kau berdiam diri. Bahkan dalam kondisi lemah, kau seharusnya bisa bergerak dan mencoba keluar dari arus. Bahkan dalam kondisi baru jatuh, kau seharusnya bisa mengumpulkan azzam untuk bangkit dan keluar dari keterjatuhanmu. Bukankah oksigen masih Allah berikan secara gratis? Bukankah kamu masih bisa mendengar panggilan adzan yang merdu mengajakmu kembali dan meminta pada-Nya? Kemenangan ini hanya bisa diraih jika kau meminta dengan tulus pada-Nya, menunjukkan dengan kerja nyata dalam amal. Karena Allah tidak melihat besar kecil atau banyak sedikit.

 

Bukankah kau masih ingin berada di jalan yang sama dengan saudara-saudaramu di sana? Jalan lurus yang menanjak ini... jalan orang-orang yang telah diberi nikmat. ya, jalan ini bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan jalan mereka yang tersesat.

 


sumber gambar

Wallahua'lam bishowab.

Thursday, June 12, 2025

Goodbye to 1m1c

June 12, 2025 2 Comments

Bismillah. 


Rasanya belum lama aku setor ke web 1m1c. Lalu pengumuman itu hadir di grup WhatsApp.

 

***

 

Padahal yang bikin aku semangat nulis bukan curcol adalah keinginan posting tulisan kutipan/insight buku untuk 1m1c. Yang bikin aku aktifin lagi twitter juga 1m1c. Jujur berat banget rasanya harus berpisah dengan komunitas yang udah nyaman. Tiba-tiba teringat lagi sabtulis, my first blog community.

 

Setelah 1m1c gak ada, harus gabung komunitas blog apa? Tadi sempet googling dan nemu forum komunitas blogger.com, tapi itu sifatnya forum, dan lebih banyak ke teknis. Mana aku bukan blogger yang suka teknis. Gak cari adsense dan gak utak-atik SEO juga. Pure nulis karena suka nulis. Dan gabung komunitas karena lumayan bisa blogwalking atau ada motivasi nulis yang lebih rapi karena di setor ke komunitas bukan dibaca sendiri aja hehe. Atau nanti cari di instagram deh. Pasti ada sih. Cuma, semoga aja bisa dapet yang cocok.

 

***

 

Oh ya, sebenarnya ada KBM (Komunitas Blogger Medium), tapi jujur aku di sana silent reader aja. Bukan kontributor juga. Jujur kalau di Medium suka insecure, beda visi soalnya. Banyak yang nulis di Medium untuk profesional. Sedangkan aku di Medium, cuma perpanjangan tangan dari blog ini. Semoga jadi lebih banyak yang baca tulisan tentang buku dari blog ini di Medium. Karena platform blogger makin tua, dan gak banyak yang tanpa sengaja akses blog orang, kecuali emang kenal orangnya, atau dari komunitas blogger.


Anyway... terimakasih kepada 1m1c yang telah menemaniku menulis di blog. Terima kasih buat anggota-anggotanya yang sering "congkak" di grup, dan itu jadi pengingat untukku agar menulis juga. Terima kasih untuk co founder dan pengurus 1m1c. I will miss you all so much. Terutama balasan email dari 1m1c tiap kali aku selesai setor tulisan blog ke web 1m1c.

 


 

Mari tetap semangat dan terus menulis~ Seperti yang selalu diingatkan 1m1c, menulislah walau #1minggu1cerita.

 

Bye~ 

 

***

 

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Saturday, June 7, 2025

Menghapus Jejak

June 07, 2025 2 Comments

Bismillah.


Menghapus jejak di dunia maya itu pilihan. Bisa jadi pilihan yang baik, agar lebih fokus pada karya di dunia nyata. Tapi jujur, jika diizinkan bertanya, aku ingin bertanya, mengapa? Apalagi jejak yang dipilihnya untuk dihapus, bukan suatu aib, pun bukan jejak yang buruk. Tapi apa yang bisa kulakukan? Selain cuma bertanya mengapa, dan selesai. I'm good at staying outside the line. I won't cross the line. Seperti hal-nya aku tidak suka jika ada yang mengatur-atur hidupku. Aku juga tidak ingin menjadi orang yang sok tahu kemudian berpanjang lebar meminta orang lain untuk tidak menghapus jejaknya di dunia maya.

 

Jika saja aku punya keberanian untuk bertanya, tapi beginilah aku, memilih bertanya sendiri di sini. Which is 99,99% guaranteed tidak akan sampai pada yang seharusnya ditanya. 

 

***

 

Berbeda dengan yang memilih untuk menghapus jejak. Aku, sejak dulu, hampir selalu memilih untuk tidak menghapus jejak. Jikapun suatu saat nanti menghilang, biarkan menghilang dengan sendirinya. Tenggelam oleh triliunan data.

 

Sebenarnya, yang lebih aku takutkan bukan terhapusnya data. Tapi terbawa arus dan hanya menjadi konsumen di era informasi dan data berebut meminta perhatian. Itu yang lebih menakutkan. Bukannya menjadi kreator, yang minimalnya bermanfaat untuk diri sendiri. Tapi sekedar jadi follower, menghabiskan waktu-waktu berharga tergilas algoritma, termakan hoax, dan menjadi sia.

 

So let's not give up even if it's scary, how close you are with that description you just write. Mari lebih banyak membaca dan menulis, sesederhana apapun. Sepelan apapun. Mari minimal sesekali keluar dari arus dan mencoba mencerna dan mengurai yang ada di kepala, juga apa yang dirasakan hati. 

 

Terakhir, sebuah kutipan dari novel diary minni,

 

Bilaku harus seperti mereka, akulah buih itu
bilaku mengikuti mereka, akulah debu pada angin.
bilaku kehilangan diriku sendiri, akulah kelopak bunga
ditinggal gugur kembang dan keindahannya

 

Mari tidak menjadi seperti itu. Jia you!