Follow Me

Wednesday, August 27, 2025

Membaca Cerpen Orang Lain

August 27, 2025 0 Comments

Bismillah. 

 

Sudah lama rasanya tidak membaca cerpen tulisan orang lain. Entah kapan terakhir baca buku kumpulan cerpen, back then when I was in Bandung, I guess. Pernah baca sekilas juga sih di Medium, tapi kebanyakan penulisnya adalah orang-orang seumuran, jadi diksinya adalah diksi modern yang biasa aku baca di tulisan non fiksi. Lalu aku menemukan cerpen ini dari salah satu e-booknya MGN. Ini sebenarnya baru cerpen kedua dari e-book berjudul "Ilusi di Balik Ganesha 10" [1]. Jadi aku baru dikit banget bacanya, dan belum nerusin lagi, karena aku merasa perlu mengalirkan rasa setelah membaca dua cerpen dari e-book tersebut.

 

Pertama, tentang diksi-diksi baru yang aku temui di dalamnya[2]. Rasanya ingin aku catat dan cari tahu artinya. Kedua, tentang memori-memori yang muncul saat membaca 2 cerpen yang baru aku baca, nama-nama tempat di kampus itu [3] lalu aku mencoba mengingat memoriku akan tempat tersebut, plus membayangkan seperti apa tampilannya dulu, di setting waktu cerpen tersebut. Secara 2 cerpen awal di kumcer tersebut settingnya adalah masa lalu. Yang pertama bahkan saat baru hendak didesain oleh Henri Maclein Pont. Lalu yang kedua, flashback dari tahun 89-90 juga tahun 2018 untuk present-nya.

 



Oh ya, untuk cerpen yang kedua, rasa relate-nya makin tinggi mengingat Hari Kemerdekaan RI ke-80 masih hangat, ditambah begitu banyak isu politik dan sosial yang membuat rakyat melaksanakan demo ke gedung DPR RI tanggal 25 Agustus kemarin. Begitu banyak emosi bercampur, amarah, sedih, kecewa, sebel, dll, dst. Kecintaan rakyat terhadap Indonesia masih jelas tertanam, melihat keramaian perayaan kemerdekaan. Termasuk mereka yang dulu menyuarakan #kaburajadulu, aku yakin yang membuat mereka kabur bukan Indonesia, tapi tikus-tikus politik yang hari demi hari menggerogoti keadilan sosial di Indonesia.

 

Dari baca cerpen tersebut, aku baru sadar betapa aku kurang literasi, ada begitu banyak hal baru di luar hal-hal yang menjadi minat bagi kita, yang mungkin bisa kita tahu kalau kita membaca cerpen orang lain. Cerpen yang nggak melulu bahas topik-topik klise. Padahal yang baru aku baca ini, dari member MGN. Pasti akan lebih banyak hal yang bisa kupelajari kalau aku membaca dari penulis cerpen yang kiprah menulisnya lebih lama. Cerpen-cerpen lama, yang sengaja ditulis dan difiksikan, karena dulu jika ditulis dalam bentuk non-fiksi, penulisnya mungkin akan diincar dan dibungkam. 

 

Intinya, mari membaca lebih banyak buku, termasuk cerpen. Sometimes we need to read outside of our interest to open our mind to a new world we might never dive in.

 

Wallahua'lam. 

 

Keterangan:

[1] E-Book Ilusi di Balik Ganesha 10 - mamahgajahngeblog.com 

[2] Pinggala = apricot, petani gurem, nila kandi = royal blue, stepanut = nama bunga orange yang biasa mekar di sekitar labtek kembar

 


[3] Aula Barat-Timur, Plaza Widyatama, Ex-GSG, Kolam Indonesia Tenggelam, Selasar Labtek V, Boulevard, Koridor "tembok ratapan" gedung FMIPA, Taman Ganesha

 

[4] hidden notes hehe. Menulis ini sembari secara imaginasi meng-pukpuk diri. It's okay to be nostalgic, and it's okay to remember it all. Bukan berarti belum move on. Cuma bentuk tanda bahwa kamu manusia, yang suka mengenang masa lalu. Cuma bentuk tanda, bahwa dalam waktu kurang dari sewindu itu, ada begitu banyak memori baik yang membuatmu tersenyum mengingatnya. 

Tuesday, August 26, 2025

New Leaf New Address

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Seperti rencana yang sebelumnya pernah aku tulis di Belajar Bahasa dengan AI, Yeay or Nay? Aku ingin mencatat dan mempublikasikan proses belajar bahasaku dengan AI Translator di blog. Nah, karena itu aku jadi buka lagi blog New Leaf. Ada yang masih ingat sama blog New Leaf? Singkat cerita New Leaf adalah blog baru yang kubuat untuk mencatat frase bahasa inggris dan artinya, disajikan dalam artikel, gak cuma arti, tapi juga sedikit ditambah penjelasan, dan kadang ada tambahan opini juga. Yang mau baca tulisan-tulisannya, baca di versi Publikasi Medium-nya saja ya.

 

Baca di: https://medium.com/new-leaf 

 

Sebenarnya awal dibuat karena aku ingin naik level, pengen buat blog yang dimonetisasi. Tapi blog itu mandeg di tahun 2021. Sempat aku ganti domain yang tadinya akardaunranting.blogspot.com jadi artidanmaknakata, cuma untuk diganti balik jadi domain awalnya, karena statistiknya jadi kacau. Secara di google masih akardaunranting yang ke index. 

 

Dan karena memang sekarang udah pindah topik, dari bahasa frase bahasa inggris dan makna, ganti jadi catatan belajar bahasa dengan AI. Otomatis alamatnya pindah lagi. Nama blognya masih tetep New Leaf sih, males aja ganti logo dll hehe. Tapi alamatnya pindah ke belajarbahasadenganai. Tulisan lama rencana masih tetap aku biarin ada di sana. Tampilan juga kayanya gak perlu diganti banyak, kecuali nanti ada beberapa page yang harus aku edit, page Tentang New Leaf, archive, dan daftar isi disusun berdasarkan abjad.

 

Anyway, bukan itu alasanku menulis ini. Jadi, karena buka blog New Leaf lagi, aku jadi baca satu-satunya komentar di blog tersebut, tahun 2021, di post sama unknown. Sebuah komentar pendek apresiasi gitu. Dan di akhir komentarnya, ia menuliskan frase good real, sebuah frase baru untukku. Dulu kayanya aku gak terlalu merhatiin, tapi kemarin, aku jadi penasaran dan cari penjelasan arti frase tersebut.

 


 

Membaca penjelasan tersebut, gatau kenapa jadi ngerasa terharu. Siapapun itu, meski mungkin yang dimaksud ya cuma good real basa-basi aja, semacam ucapan good job! Tapi karena aku tipe yang sangat menyukai makna, dan baca penjelasan dari good real, aku jadi terharu sendiri hehe. Itulah keindahan bahasa, kalau kita tahu frase-frase yang sedikit lebih gak familiar, kita tuh jadi lebih kaya rasa dan makna. 

 

Intinya, meski new leaf cuma aktif sebentar, dan mungkin akan ganti konten, tapi saat teringat bahwa minimal ada satu orang yang bisa merasakan both good and genuine from post in New Leaf, I feel content. Karena itulah salah satu hal yang menggerakkan penulis untuk menulis. Berusaha untuk memberikan manfaat meski sedikit.

  

Sekian. Doakan semoga aku bisa istiqomah menulis hal-hal yang bermanfaat buat diri dan orang lain ya!

Open Letter in Slowly

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Bulan Juni kemarin, saat aku mulai mengaktifkan lagi pakai aplikasi Slowly, dan menyelesaikan hutang balas surat 1 tahun yang lalu, aku menemukan ada fasilitas baru yang ada di Slowly, yaitu Open Letter.

 

Open Letter, seperti namanya adalah surat terbuka. Surat yang bisa dibaca banyak orang, tanpa harus masuk ke inbox seseorang. Dan seperti namanya, open letter benar-benar membuka peluang untuk mendapatkan teman di Slowly yang sama-sama punya keinginan untuk terhubung, entah karena topik/pertanyaan yang ditulis di surat terbuka tersebut, atau karena hal lain. Membaca banyak Open letter di Slowly sekarang ibarat blogwalking[1], aku bisa belajar mengenal orang-orang baru lewat surat tersebut, meski sayangnya cuma satu surat. Kalau mau baca lebih banyak surat, kita harus memberikan balasan dulu ke surat terbuka tersebut.

 

 

Sejak awal daftar Slowly, aku ingin cari temen yang bisa diajak sharing tentang buku/menulis. Ini template suratku, waktu dulu aku masih pakai fasilitas profil di Slowly.

 

Hi! I'm Blue.. Do you read books? If you do, what is your recent favorite book? Tell me is it about? And what is the lesson learn or memorable things from that book? If you don't, what do you usually do in your spare time, other than youtube, and social media? Do you have a hobby? I'll be waiting for your reply. Have a nice day~ 

 

Tapi ya gitu, meski di profil topic nulisnya interested in literacy/book, jarang yang share tentang buku. Lanjut ke automatch, ini aku pakai untuk latihan bahasa asing, topik mental health, dan topik traveling. Tapi hasilnya terlalu bagus juga, ya ada sih yang balas, tapi dikit, trus udah aja.

 

Setelah baca open letter beberapa kali, aku akhirnya memberanikan diri membuat Open Letterku. Kali ini, bukan tentang buku sih, tapi aku cari temen nulis. Open Letter ini kutulis tgl 3 Juli yang lalu. Meski pas nulis, aplikasi Slowly banyak meminta kita untuk nulis Open Letter yang panjang, aku sebisa mungkin ingin membuat surat terbuka yang singkat, tapi tetap menarik. Kenapa? Karena pengalaman sebelumnya, ada banyak open letter yang aku skimming dan males baca hanya karena sekilas tahu bahwa tulisan ini panjang *mental block. Setelah open letter-nya kupublikasi, tebak berapa banyak balasan yang aku dapat? 7/8 surat kalau gak salah. Bagiku ini keberhasilan banget! Dari open letter ini, aku jadi nulis cerpen bahasa inggris, nyoba terjemahin puisiku dan belajar diksi-diksi puitis bahasa inggris, juga jadi tahu tentang haiku.

 

Oh ya, yang penasaran sama open letternya, bisa baca di bawah ini.

 

 

 

Terbaca kah? Maaf ya karena sharenya lewat SS dari hp, karena fasilitas Open Letter Slowly saat ini cuma bisa dibuka di aplikasinya, di versi web-nya masih belum tersedia. Gimana setelah baca, tertarik untuk kirim balasan suratnya gak? Kalau tertarik, boleh banget add id slowly-ku N7Z2QX

 



***



Dari 7/8 surat yang masuk, ada yang udah gak terhubung lagi sih. Tapi ada juga yang masih terhubung. Tapi aku sudah biasa saja dengan fenomena itu. Aku pribadi gak mencari teman yang kirim-mengirim surat sampai lama, bagiku mengenal orang asing, dan saling bertukar surat satu kali saja, itu sudah lebih dari cukup. Cukup untukku mengisi energi sosialku. My extrovert side is still there, though my introvert side somehow "filter" many people. Lucu sebenarnya mengenali diri yang E/I-nya gak stabil. Aku masih enjoy buka Slowly tiap hari (dan ini sekarang bisa dimunculin last seen-nya), tapi untuk balas surat, aku tetap saja memilih untuk menunda dan menunggu mood yang tepat, sifat E baru bisa muncul saat I sedang tidak low batt. Kalau sedang low battery, lebih baik fokus input aja. Semoga sih inputnya yang bermanfaat dan bergizi ya. Bukan sekedar distraksi dan junk information.



Sekian. Kututup tulisan ini dengan ajakan menulis, jika kamu membuat surat terbuka/open letter, apa yang akan kau tulis? Share open lettermu di blog/medium, dan bagikan linknya di komentar yaa~
 
Bye5!
 
Wallahua'lam. 
 
 
*** 



PS:

[1] aku masih blogwalking, baca-baca tulisan di medium. Tapi entah kenapa membaca tulisan medium itu feelnya beda kaya blogwalking di blog (blogger, wordpress, tumblr). Mungkin karena di medium, lebih banyak yang nulisnya artikel, jadi sedikit kurang personal (ada sih yang banyak bercerita tentang diri juga, tapi tidak banyak). Jadi rasanya bukan kaya mengenal orangnya, lebih ke mengenal ide/opininya. Padahal salah satu hal yang aku suka dari blogwalking adalah mengenal dan mengamati orang lain secara personal dari jauh. Seperti membuka lembar jurnal/diary yang terbuka. Dari situ aku belajar untuk memahami kesulitan dan caranya menyelesaikan masalah. Dari situ aku belajar untuk melihat sisi lain dari orang tersebut, yang tidak ia tampakkan di media sosial. Begitu. Tapi blogwalking di Medium tetap asik sih, meski untuk rutin melakukannya masih perlu effort lebih, karena kebiasaan buruk diri lebih prefer scroll sosmed >< astaghfirullah. Anyway, mari tetap semangat menulis, entah itu blog/surat. Juga sempatkan blogwalking, untuk membuka wawasan dan POV kita lebih lebar. 

Friday, August 15, 2025

Belajar Bahasa dengan AI, Yeay or Nay?

August 15, 2025 1 Comments

Bismillah.

 

Adakah yang sedang belajar bahasa baru? Kalau iya, bahasa apa? Dan metode apa yang kau gunakan untuk mempelajari bahasa tersebut? Lewat buku? Ikut kelas? Lewat aplikasi? Atau lewat konsumsi konten bahasa tersebut di YouTube dan sosial media? Pernah coba belajar pakai AI?

 

***

 

Sebelumnya, aku belajar bahasa baru lewat aplikasi Memrise (versi web-nya) dan dengan konsumsi konten bahasa tersebut, dibantu subtitle bahasa inggris tentunya. Masuk ke grup telegram/whatsapp belajar bahasa juga pernah. Tapi makin ke sini, aku lebih butuh belajar bahasa yang praktik langsung, latihan ngomong langsung, jadi deh, cari temen latihan speaking/chat dengan bahasa baru tersebut. Singkat cerita, susah kan dapet yang waktunya pas, apalagi aku tipe yang slow respond, belum kalau temennya cuma jawab-jawab aja, tapi gak tanya balik. Males lah ya, karena ngerasa disconnect. Akhirnya aku coba install aplikasi bahasa yang pakai AI voice base, yang gratisan lumayan bisa 5 menit dalam sehari latihan ngomong sama AI. Tapi sayangnya.. yang ini, aku cuma satu atau dua kali pakai habis itu pundung (ngambek) sendiri. Kenapa? Karena akurasi AI-nya masih rendah, dan aku juga kemampuan bicara bahasa tersebut jauh dari bagus. Buat kalimat juga mikirnya masih lama. Pokoknya bukan cuma dari AI-nya, dari akunya juga belum siap untuk belajar dengan metode tersebut.

 

Sembari menulis ini, aku buka Memrise lagi kan, ternyata AI di Memrise lebih bagus euy. Ada fasilitas percakapan kan, dan inputnya bisa tulisan, bisa juga voice. Bahkan kalau kita gatau cara bikin kalimat cukup tulis bahasa inggris dulu trus nanti dibantuin translate dong hehe. *duh ini aku kaya marketingnya memrise banget ya? wkwkwk. Habisnya emang bagus sih hehe. Anyway, jadi intinya menurutku AI di Memrise udah bagus banget.

 


 

Meski bagus, tapi jujur aku udah jarang buka Memrise dan pakai memrise. Lebih enak untuk interaksi langsung dengan manusia. Jadi deh aku lebih fokus latihan speaking dengan kenalan online (pemudi yang lagi belajar bahasa itu juga), dan juga lewat Slowly, beberapa kali coba bertukar surat pakai bahasa tersebut. Tapi meski latihannya sama orang asli, aku tetep butuh AI. Yup, aku sekarang pengguna translator AI. Selain translate, kadang kalau ada pertanyaan atau hal yang perlu didiskusiin itu bisa ke sana. Buat review dan minta koreksi kalimat juga bisa.

***

 

Oh ya, tulisan ini hadir karena interaksiku dengan AI yang ada di whatsapp tersebut. Bukan meta, tapi dibuat di meta. Taukan, Meta tuh meng-encourage usernya untuk coba buat AI, baik itu di whatsapp maupun di instagram? Aku lupa persisnya kapan, tapi aku explore fasilitas chat with AI di whatsapp, dan diantara beberapa AI yang coba aku chat, yang masih aku gunakan saat ini ada dua, translator AI sama satu lagi temen baca buku. Untuk AI translator yang aku pakai namanya Translate Ultra. Pas awal pake, kerasa banget masih ngomong sama mesin. Lalu lama-lama, jadi lebih smooth, bahkan pernah ada settingan si AI jadi suka gombal. Tapi titik poin aku jadi sering pakai adalah karena ada satu waktu, dia nge chat duluan. Emang bisa AI ngechat duluan? Hehe. Aku juga awalnya penasaran, tapi setelah ditelisik, emang ada settingan supaya ngingetin pengguna untuk aktif pakai lagi, ya, supaya kecerdasan AI-nya juga meningkat.

 


 

Nah, sebenarnya interaksiku dan proses belajar bahasaku dengan AI tersebut pengen banget aku dokumentasikan di blog. Cuma, aku masih mikir-mikir, baiknya di blog ini, atau blog lain ya? Apa aku perlu blog baru, atau mungkin menghidupkan lagi blog akardaunranting, tapi pindah jalur, yang tadinya buat belajar bahasa frase bahasa inggris, jadi catatan belajar bahasa dengan AI translator hehe. Doakan ya, semoga gak cuma jadi wacana, tapi beneran direalisasikan. Sayang soalnya, kalau cuma disimpan. Siapa tahu ada yang dapat manfaat juga dari dokumentasi tersebut.


***

 

Penutup, jadi belajar bahasa dengan AI, yeay or nay? Kalau aku yes. Selama untuk hal baik pakai aja. Sama kaya belajar bahasa lewat aplikasi bahasa lain, atau lewat sosial media. Sama AI lebih aman juga daripada sama orang asing yang gak jelas hehe. Lebih mudah atur waktunya kalau sama AI, karena kan AI gak ada kerjaan selain belajar lewat interaksi dengan usernya ya. Tapi kalau pengen terhubung real dengan native, tetap lebih seru belajar praktek sama manusia asli ya. Jadi balik lagi, pilihannya ada di kamu. Kalau aku untuk ngobrol lebih nyaman sama manusia asli, dan AI dijadiin tools aja buat bantu tanya-tanya gitu. Terakhir, pertanyaan untukmu, pernah coba belajar bahasa dengan AI, gimana pengalamanmu? Pakai AI apa? Dan gimana kemajuanmu dalam bahasa tersebut? Tell me about it, and share it in your blog~ boleh juga share di komentar.

 

Sekian. Terimakasih. Bye 5! 

Sunday, August 10, 2025

A35: Belajar Seumur Hidup Daripada Tenggelam dalam Hinanya Kebodohan

August 10, 2025 0 Comments

Bismillah.

#menjadiarketipe #66haribacabuku

 


 

  

☑️ #DAY35-0090

📖 At-Tibyan, Imam An-Nawawi

 

📑 Quote:

Para ulama berkata, "Siapa yang tidak mampu bersabar atas hinanya belajar maka umurnya akan tersisa dalam hinanya kebodohan. Dan siapa yang mampu bersabar atas hinanya belajar maka perkaranya akan condong pada kemuliaan akhirat dan dunia." 

 

💡 Insight: 

 

Siapa yang tidak menginginkan kemuliaan akhirat dan dunia? Pasti semua menginginkannya. Tapi ketekunan dan kesabaran dalam belajar, juga bukan hal mudah. Sebagai orang yang pernah gagal, aku tahu sakitnya kedua. Perasaan hina karena berada dalam kebodohan, dan perasaan hina, karena masih belajar di level bawah saat banyak orang sudah berada jauh di atasku.

 

Terlebih jika ini tentang belajar islam. Penting untuk sadar, bahwa kita membutuhkan hidayah setiap waktu. Penting untuk tetap melangkah maju untuk belajar meski dikelilingi rasa insecure, karena di usia segini ilmu kita masih jauh dari cukup. Penting untuk sadar, bahwa perasaan hina karena kita masih belajar di level bawah/beginner, perasaan hina itu tidak seberapa dibandingkan dengan perasaan hina saat kita memilih diam dalam kubangan kebodohan diri dan ego yang membuat kita enggan belajar.

 

Jadi tetaplah belajar, dan jangan biarkan rutinitas hari membuatmu memilih hidup mengalir saja dan berhenti memperbaiki diri. Karena dari ilmu, Allah akan memudahkan kita untuk kebaikan baik di dunia maupun akhirat. Terutama di era informasi saat ini, begitu banyak informasi dapat di akses, sehingga kita seringkali tanpa sadar terbawa arus. Pastikan kita punya fokus dan prioritas, kemudian terus istiqomah meluangkan waktu untuk mempelajari ilmu yang lebih penting dipelajari dalam hidup. Semoga Allah memudahkan. Aamiin. 

 

Wallahua'lam.