Follow Me

Wednesday, August 15, 2012

Meragukan Diri, Menengok Hati


-muhasabah diri-

Bismillah..
Jujur aku takut, teramat takut untuk sekedar menulis satu paragraf bertema Ramadhan. Jika kau bertanya mengapa, jawabku mungkin hanya gelengan kepala. Nothing. I just can't tell you the detail.

***
Ramadhan ini, tentu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pertanyaannya adalah, apakah perbedaan yang ada lebih ke arah positif, atau? Tak berani aku melanjutkan pertanyaan tadi pada diri. Takut mendengar yang kedua sebagai jawabannya.

Tinggal tiga hari lagi, insya Allah Ramadhan akan berakhir. Sudahkah kau menggunakan waktu yang tersisa untuk ibadah terbaik? Atau kau justru disibukkan dengan hal-hal duniawi nan semu, tentang baju lebaran, kue lebaran, buka bersama yang justru membawa lebih banyak mudhorot?



Apakabar imanmu hari ini? Apakah ia lebih kokoh dari hari-hari sebelumnya? Sudah siapkah diri melangkah keluar dari bulan Ramadhan dan menyongsong sebelas bulan lainnya?

Ramadhan ini adalah bulan tempat hati, jiwa dan raga ditempa, dilatih dan dipersiapkan. Agar kelak di sebelas bulan lain, kita dapat bertahan dan istiqomah. Agar kelak di sebelas bulan lainnya, kita tak mudah goyah lantas tumbang dihempas ujian demi ujian.

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa" (2:183)

"Agar kamu bertakwa", sudahkah diri bertakwa setelah hampir sebulan penuh kita berpuasa? Sudahkah diri mematuhi semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya? Jika dirasa belum, bolehlah meragu pada diri. Bagaimana puasa kita yang hampir sebulan itu? Apakah hanya sekedar menahan haus dan lapar? Jika dirasa belum, bolehlah bertanya pada diri. Bagaimana kabar target Ramadhan yang dengan semangat kau rancang di awal? Apakah sudah bisa tercapai, atau sudah lupa pernah membuatnya?

Ramadhan tinggal menghitung hari? Relakah kau membiarkannya pergi begitu saja? Boleh jadi ini Ramadhan terakhirmu. Karena, "Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati" (QS. 3 : 185).
 
***

Jujur aku takut, menulis kata demi kata ini. Tapi jika tidak kutulis, aku jauh lebih takut lagi. Mengatakan yang tidak kita lakukan itu dimurkai Allah, tetapi mengatakan kebenaran itu sebuah kewajiban. Maka ijinkan tulisan ini sebagai muhasabah diri, sebagai cambuk untuk hati, agar tak lengah, agar selalu tertuju padaNya.

Wallahu a'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya