Follow Me

Wednesday, August 8, 2012

Hikmah di Sekitar Decit Printer


Bismillah... 

Lembar demi lembar kertas keluar perlahan dari sebuah printer dengan decit khas miliknya. Deretan huruf dan spasi terjajar rapi membentuk paragraf demi paragraf, tercetak di atas kertas tadi. Ini ketiga kalinya aku harus mencetak surat yang sama dalam satu hari. Kiranya kertas bertuliskan surat undangan ini bisa segera di tandatangani dan segera dikirim ke tujuan, ternyata masih ada beberapa kesalahan yang harus diperbaiki.

Sedikit geram dan kesal memang, saat pertama kali merasakan menjadi sekertaris dan harus mencetak ulang sebuah surat sampai berkali-kali.

***

Satu hari penuh nampaknya belum cukup untuk mengurus surat undangan acara STB (Silaturahim Tokoh Bangsa). Jumlah surat yang dibuat memang lumayan banyak, sekitar seratusan lebih, namun masih kurang dari dua ratus.

Mungkin sekilas terkesan mudah, tinggal memeriksa surat kemudian mencetakk, tapi kenyataannya? :P hehe. Here are some lesson i get from becoming a secretary at STB.

Teliti
Lihat dengan seksama. Selusuri kata demi kata, karakter demi karakter. Kesalahan bisa muncul di mana saja, dibagian yang kita kira tak mungkin terlewat.

Sabar
Salah-salah terus? Harus berulang kali memperbaiki? Pasti ada rasa jenuh, kesal dan mungkin geram. Tapi cobalah untuk bersabar. Tak ada yang bermaksud untuk mengerjaimu. Bisa jadi memang dirimu yang salah dan kurang teliti. Jika sudah agak jenuh, tarik nafas perlahan dan luruskan niat.

Mendengarkan
Mendengarkan adalah ketika bukan hanya telinga yang terbuka, tapi juga hati. Mendengarkan artinya tidak membiarkan pesan demi pesan masuk telinga kanan lalu keluar di telinga kiri. Tapi meresapi dalam hati. Karena setiap kritik atau masukan yang ditujukan pada kita, adalah untuk kebaikan diri kita.


***

Printer dihadapanku menggerung keras, tak lagi berdecit seperti yang biasa ia lakukan. Suaranya parau, membuat setiap telinga yang mendengar khawatir. Termasuk aku yang kini menahan nafas menunggu sebuah kertas keluar dari mulutnya. Aku menghela nafas pelan, saat melihat garis yang seharusnya menyambung itu terputus-putus. Sudah lebih dari tiga kali ku-maintain printer di hadapanku, tapi tak kulihat perbedaan yang berarti. Ku tekan tombol on/off di ujung kiri badannya, 'mungkin ia lelah, take a rest then'.

Wallahu A'lam

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya