Follow Me

Wednesday, November 20, 2013

Belajar dan Berproses

 
-opini, muhasabah diri-

Bismillah...

Alkisah seorang perempuan sedang duduk, asik membaca sebuah buku ditangan kanannya. Seorang perempuan lain -temannya-, menghampirinnya. Disela-sela kalimatnya, ia sempat berkata.

B : "mendingan aku nggak usah baca tulisan itu"
A : "......."

***

Jadi ini tentang ilmu yang seharusnya diamalkan, dan ketidakmampuan kita (*lebih tepatnya diri).
"Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)." (an Nisaa: 66)
Pernahkah kita merasa menyesal mengetahui ilmu baru? Ya, menyesal.. karena merasa ketika kita mengetahui-nya, kita jadi memiliki kewajiban untuk melaksanakannya?


***

Perempuan yang tadi membaca, tersenyum kepada temannya. Perlahan ia mencoba menjelaskan kepada temannya, bahwa betah dengan kondisi "tidak mengetahui", bisa juga menjadikan kita dosa. Dosa karena tidak mencari tahu, apa yang seharusnya kita ketahui.

Ia memaklumi kegelisahan temannya. Karena ia juga pernah merasakan hal yang sama. Kegelisahan seseorang yang sudah tahu ilmu-nya, namun keterbatasannya membuat ia belum bisa sepenuhnya mengamalkan ilmu tersebut.

"Allah Maha Tahu... Ia tahu keterbatasan kita dalam melaksanakan perintahNya," ucapnya dengan nada rendah. Hati-nya bergemuruh, ia tahu.. apa yang akan ia ucapkan sebenarnya lebih ia tujukan pada dirinya sendiri.

"Allah melihat proses kita memperbaiki diri. Bukankah seseorang yang membaca Al Quran dengan terbata memperoleh dua pahala?"

Teman-nya mengangguk pelan, mengiyakan. "Dan ingatkah kisah pembunuh 100 jiwa yang akhirnya diampuni, karena ia telah mencoba melangkah, berhijrah untuk bertaubat?" Anggukan teman-nya makin mantap.

"begitu pun kita...."

***


Ini tentang belajar dan berproses. Ini tentang keterbatasan diri, bahwa ketika sebuah ilmu sampai kepada kita, ada jeda, ada selang. Ya, ada masa-masa proses, untuk bisa mengamalkannya ke dalam laku. Karena memang bukan hal yang mudah. Dan Allah-pun memaklumi itu, bahkan Allah memberikan balasan bagi ia yang mau belajar dan berproses.

Ini tentang belajar dan berproses. Kita ambil contoh tentang kewajiban menutup aurat.

Ingatkah kita? Bagaimana keadaan kita saat baru mengenal tentang hijab? Awalnya... kita hanya 'sekedar' menutup saja, belum memperhatikan bagaimana pakaian yang syar'i. Selanjutnya, kita kemudian belajar, berproses. Mencoba bertahap meninggalkan pakaian-pakaian yang ketat, meninggalkan pakaian-pakaian yang menerawang. Awalnya mungkin kerudung kita masih sebatas penutup kepala. Namun kita kemudian belajar, berproses. Mencoba memanjangkan kerudung, sedikit demi sedikit, menjadi menutupi dada, menutupi pinggul.

Ya, kita berlajar dan berproses. Dan kita percaya, Allah Maha Tahu akan keinginan kita untuk terus dan terus memperbaiki cara berpakaian kita. Allah Maha Tahu akan kegelisahan kita.... saat kita masih merasa sulit meninggalkan celana, hingga akhirnya kita memilih masih menggunakan celana, namun kini kita memilih yang tidak ketat. Allah Maha Tahu kegelisahan kita... saat kita masih merasa sulit untuk memakai kerudung "selebar itu", hingga akhirnya kita memilih untuk memanjangkan kerudung kita "selebar ini". Allah Maha Tahu, ini hanya perihal keterbatasan kemampuan kita dalam mengamalkan ilmu yang sudah kita dapat.

Ini tentang belajar dan berproses. Kita bisa ambil contoh tentang interaksi dengan mereka yang bukan mahram.

Ingatkah kita? Bagaimana keadaan kita saat baru mengenal tentang interaksi lawan jenis yang seharusnya? Saat itu barangkali, kita belum tahu, bahwa tidak ada "pacaran" dalam islam. Ya, saat itu kita masih biasa-biasa saja bersentuhan dengan lawan jenis. Dan saat kita tahu ilmu-nya, sedangkan kita merasa belum bisa mengamalkannya. Apakah lebih baik kita tidak tahu ilmu-nya? Kemudian kita berselimut alibi "belum tahu ilmu-nya"? Sungguh... lebih baik kita tahu ilmu-nya, kemudian kita belajar, berproses. Allah Maha Tahu kegelisahan kita, saat akhirnya kita "memutuskan" hubungan itu. Allah Maha Tahu masa-masa berat bagi kita, saat kita baru pertama kali memantapkan prinsip "tidak berjabat tangan dengan lawan jenis". Sungguh... Allah Maha Tahu...

***

"Jangan pernah menyesal, mengetahui hal yang memang seharusnya kita ketahui." perempuan pertama berbisik dalam hati-nya. Ia melanjutkan monolognya,

"Jika yang kita ketahui adalah tentang perintah Allah dan Rasul-Nya (sholawat serta salam untuknya). Kemudian kita belum bisa mengamalkannya. Maka bertekadlah, bahwa aku akan belajar mengamalkannya, meski sedikit demi sedikit. Ya, jika ini tentang perintah Allah dan Rasul-Nya (sholawat serta salam untuknya), dan kita belum mampu melaksanakannya. Maka istighfar-lah, kemudian panjatkan doa kepada-Nya, semoga Allah memberikan kekuatan untuk taat kepada semua perintah-Nya.

dan Jika yang kita ketahui adalah tentang larangan Allah dan Rasul-Nya (sholawat serta salam untuknya). Kemudian kita belum bisa meninggalkannya. Maka bertekadlah, bahwa aku akan belajar meninggalkannya, meski sedikit demi sedikit. Ya, jika ini tentang perintah Allah dan Rasul-Nya (sholawat serta salam untuknya), dan kita belum mampu meninggalkannya. Maka istighfar-lah, kemudian panjatkan doa kepada-Nya, semoga Allah memberikan kekuatan untuk terhindar dari bermaksiyat kepada-Nya."

***

Kita, memang harus sering-sering berdoa.

Seperti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam, yang sering berdoa kepada Allah “Ya Muqallilbal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik.”

Atau seperti doa dalam surat Ali Imran ayat 8, “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”

***

Terakhir, jangan pernah ragu untuk terus mendekat kepada-Nya. Ingatlah hadist ini :

"Aku menuruti keyakinan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu menyertainya bila ia mengingat-Ku. Maka jika ia mengingat Daku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya didalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku ketika dia sedang berada di tengah-tengah khalayak ramai, niscaya Kuingat dia di dalam kumpulan orang yang lebih baik daripada mereka itu.

Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka aku mendekat sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari".
(HR : Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Allahua'lam bishowab.

2 comments:

  1. ali Imran ayat 8 mungkin Bel, maksudnya :) *kebetulan baru baca ayat itu, dan mampir ke sini*

    ReplyDelete
  2. iya teh maksudnya itu. hehe

    makasih udah dikoreksi.

    ReplyDelete

ditunggu komentarnya