Follow Me

Thursday, November 28, 2013

Tas Yang Terbuka



-Muhasabah Diri-
Bismillah...

Hari itu, langit mendung, satu demi satu air mulai berjatuhan membasahi bumi tempatku berpijak. Meski sempat ragu, aku akhirnya melanjutkan langkahku. 'Biarlah tak ada payung, sesekali hujan-hujanan tak mengapa.', bisiknya dalam hati.

Tap. tap. tap. Langkah kaki dengan mantap menjejaki aspal yang basah, kemudian menyelusuri jalan teduh dari depan gerbang ITB, menuju Labtek tercinta. Jalur teduh yang dipenuhi banyak orang ini, secara otomatis terbagi menjadi dua arah. Kebetulan, lebih banyak orang yang berjalanan, aku dengan bebas mempercepat langkahku.

"mas, tas-nya kebuka". Orang itu menoleh, mengucapkan terimakasih. Eh, ternyata aku kenal dia. Sedikit kikuk, aku tersenyum tipis lalu segera berjalan mendahului.

***

Tentang mengingatkan seseornag yang tas-nya terbuka, membuatku mengingat satu momen. Momen saat aku sedang berjalan dari GKU Timur menuju parkiran SR. Saat itu, jalanan sepi, aku jadi leluasa mempercepat langkahku. Dari jauh tiba-tiba terdengar derap kaki berlari mendekat. Aku dengan cueknya masih berjalan dengan kecepatan sama.

"Mba," terdengar suara dari belakang. Aku segera menoleh. "Tas-nya terbuka.", ia lalu meninggalkanku, berjalan ke arah berbeda denganku. Saat itu juga, aku berdiri lumayan lama. Terdiam, sembari menutup tasku yang terbuka. Jujur.. terharu, tersentuh dengan apa yang dilakukan orang tadi. Bahkan ia menyempatkan untuk mengejarku. Padahal arah jalan kami berbeda.

Ini tentang kepekaan kita. Ya, ini memang hal kecil. Kita bisa saja memilih untuk diam dan tak peduli. Pada hal-hal kecil semacam tas yang terbuka, batu yang menghalangi jalan, sampah yang beserak. Kita bisa saja memilih untuk diam dan tak peduli. Tapi kita bisa memilih untuk PEDULI. Mencoba peka, dan melakukan hal kecil atas dasar kepedulian kita.


Tahukah kita, bahwa bisa jadi... keimanan kita bisa dilihat dari hal-hal kecil? Seperti sabda Rasulullah (semoga salam terlimpah untuknya) :

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama ialah ucapan ~Laa ilaaha illallooh~ (Tidak ada Tuhan selain Allah), dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan di jalan, dan malu adalah salah satu cabang dari iman". [HR. Bukhari dan Muslim] 
*dikutip dari sini
Jika menyingkirkan gangguan di jalan (hal kecil) saja seringkali kita abaikan, apakabar iman kita?

***

Mari bertanya pada diri : Apakabar iman? Kemudian segera melakukan hal-hal untuk membuatnya naik lagi.
Mari bertanya pada diri : Sudahkah kita peka? Kemudian segera mencoba melakukan hal-hal kecil, yang menuntut kepedulian kita.

Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya