Bismillah.
komunikasi yang pas, tak lebih dan tak kurang |
"Mengertilah, mereka perempuan tangguh tetap saja
membutuhkan engkau, adam." -fatimahkurniawan[tumblr]
***
Ga ingin banyak
basa-basi. Oh ya, ini fokusnya bukan tentang perempuan yang membutuhkan
laki-laki dalam bingkai penikahan. Soalnya kalau dalam hal itu, in syaa Allah
udah pada setuju kan? Memang kenyataannya Allah menciptakan kita (baca:
perempuan) adalah sebagai pasangan kaum adam.
Ini tentang pembagian
tugas di organisasi, unit, atau komunitas. Ingin mengingatkan saja, mari jangan
melupakan fitrah.
Di satu sisi, untuk
akhawat. Salut buat akhawat tangguh yang bisa melakukan banyak hal dalam
kepanitiaan misalnya. Mulai dari nulis surat peminjaman, bolak-balik ke LK buat
pinjem ruangan, bikin sususan acara, sampai angkat-angkat logistik yang diperluin
pas acara (misal karpet, soundsystem, dsb).
Ya, memang kalian perempuan tangguh, namun bukan berarti kalian bisa melakukan
semua hal. Jangan melupakan fitrah, ada saatnya kalian perlu buang gengsi untuk
minta bantuan ikhwan. Jangan sampai melakukan semua hal, eh dibelakang
misuh-misuh karena ikhwan pada ga sensitif. Hehehe.
Di sisi lain, untuk
ikhwan. Saran aja, kalau ada akhawat yang mau bantu satu hal, jangan tiba-tiba
minta bantuan hampir semua hal ke akhawat. Mohon diperhatikan juga kondisi
fitrah akhawat. Misal, ada akhawat yang ga masalah mau ditugasin jadi
kadiv humas yang harus kontak sana-sini kontak banyak orang 'asing', tapi ada
juga akhawat yang ngerasa ga nyaman harus bolak-balik kontak laki-laki 'asing'
non-mahram/ajnabi. Atau contoh lain kalau misal liat akhawat ikut angkat-angkat
apa gitu, jangan diem aja, tanyain atau justru ambil alih aja. Soalnya ada
akhawat yang "yaudah biasa aja sih cuma angkat dua karpet dari gedung A ke
gedung B," tapi ada juga akhawat yang diem tapi dalam hati misuh-misuh karena
ikhwan ga ada yang sensitif. Hehe.
Semacam hal itu lah.
Perempuan tangguh juga ada batasnya, seperti fitrahnya setangguh apapun ia, ia
tetap seorang perempuan. Untuk organisasi, unit, dan komunitas, mau ga mau
komunikasi jadi satu-satunya jalan supaya dua kaum ini bisa saling kerjasama . Ada
hal-hal yang harus dikomunikasikan secara langsung maupun tidak langsung. Terkadang ada akhawat yang pengennya tanpa
komunikasi, entah gimana caranya tiba-tiba ikhwan ngerti aja. Padahal ikhwan
memang didesain kurang peka jika dibandingkan dengan akhawat. Mending
dikomunikasikan kalau kita keberatan/ga bisa untuk melakukan salah satu tugas
misalnya.
Bukan hal mudah
memang menjaga komunikasi antar adam-hawa agar "sehat", tak lebih dan tak kurang.
Perlu ada peraturan untuk membatasinya, namun jangan sampai peraturan membuat
komunikasi terhambat. Susah-susah gampang memang, saya pribadi masih harus belajar untuk yang satu ini.
***
Terakhir, maaf jadi
panjang ya? Hehe. Poinnya masih sama seperti di kutipan awal. Mari saling
menyadari dan mengingat fitrah masing-masing. Baik akhwat maupun ikhwan, mari
sadari.. Bahkan seorang perempuan tangguh pun pasti masih membutuhkan
laki-laki.
Allahua'lam
bishowab.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya