-Muhasabah Diri-
Bismillah.
Allah centric, saat
mendengar frase itu apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu? Centric dari kata central atau bahasa indonesianya pusat. Allah
centric artinya memusatkan perhatian kita pada Allah. Gitu bukan? Atau, boleh
dikatakan istilah "Allah centric" adalah istilah modern dari Allahu
ghayatuna (Allah sebagai tujuan kita). Bener ga? Tolong koreksi ya kalau salah
***
"Average people are passion/desire centric, extra
ordinary people are Allah centric." -islamicthinking [tumblr]
Allah centric, satu
frase yang sederhana dibaca dan ditulis, namun prakteknya? Ya, Cuma orang-orang
luar biasa yang bisa menjaga tiap detik, tiap langkah dalam hidupnya untuk
terus berpusat pada Allah, titik patokannya Allah. Saat hendak melakukan sesuatu,
yang dipikirkan adalah, "Apakah hal ini Allah sukai? Atau justru Allah
benci?"
Sulit untuk
menerapkan "Allah centric" di kehidupan sehari-hari, kenapa? Karena
ada banyak faktor yang membuat kita akhirnya bimbang. Seperti di kutipan
sebelumnya, rata-rata orang berpusat pada passion/desire mereka, mereka lebih
sering melakukan apa yang mereka inginkan/sukai dan meninggalkan hal-hal yang
mereka benci. Atau... Ada juga orang-orang yang "people centric",
mereka ngikut kebanyakan orang, melakukan hal-hal yang disukai orang lain, dan
meninggalkan hal-hal yang dibenci orang lain.
Akan ada momen-momen
saat kita dipaksa berpikir cepat untuk menentukan patokan kita. Apakah akhirnya
mengutamakan Allah, keinginan diri atau keinginan orang lain. Momen seperti
inilah yang membuat kita tahu posisi kita, apakah Allah centric, desire centric
atau people centric.
Di momen ketika
ketiga hal tadi searah, kita juga harus tetap mengecek diri, masihkah Allah centric? Meluruskan niatlah istilah
sederhananya. Misalnya nih, masuk perguruan tinggi dan lulus, itu bisa jadi
memang keinginan kita, keinginan kebanyakan orang, dan bisa juga kita jadikan
karena Allah. Ini juga momen sulit bagiku, gimana mengingatkan diri, mengejar
kelulusan bukan hanya karena aktualisasi diri, bukan hanya karena tekanan
sosial, tapi juga karena Allah. Ya, karena Allah memerintahkan kita untuk
berbakti pada orangtua. Ya, karena Allah memerintahkan kita untuk menuntut
ilmu. Ya, karena Rasul-Nya mengajarkan kita untuk bermanfaat bagi banyak orang.
Ya, karena.....
Silahkan dilanjutkan
titik-titiknya. Bukan hanya pada case di atas, tapi juga pada tiap rutinitas
kita. Karena bentuk ibadah, bukan cuma syahadat, shalat, puasa, zakat, dan
haji. Beribadah juga berarti banyak hal lain, bagaimana kita menghambakan diri
pada-Nya, menghambakan diri untuk Din-Nya.
Aku jadi teringat
salah satu ceramah ustadz NAK yang mengingatkan kita untuk bertanya pada diri,
"How I am going to serve Allah?" Bisa cek lengkapnya di video ini.
***
Terakhir, tentang
blogwalking. Aku dapet ide menulis paragraf-paragraf di atas setelah membaca
blog seorang ukhti yang aku bahkan ga kenal namanya
(klik di sini untuk liat blog ukhti ybs). Sebenarnya kebanyakan tulisan di sini
memang dipicu oleh tulisan atau ucapan orang lain. Izinkan aku berterima kasih,
bukan cuma pada pemilik blog yang membuatku menulis ini, tapi juga untuk semua
orang yang pernah membuat aku menulis artikel-artikel lain di blog ini maupun
di tempat lain. Jazakumullah khayran katsiraa.. Mungkin kalian tidak
mengingatnya, bahkan tidak mengetahuinya.. Namun aku banyak dapat manfaat dari
kalian. Satu petikan hikmah kecil, yang membuatku menulis, dan dengan tulisan
itu aku berkaca. Ah.. Ga bisa menggambarkan rasa terima kasih lewat kata lain
selain doa, semoga Allah memberikan balasan yang lebih-lebih baik lagi. Sekali
lagi, jazakumullah khayran katsiraa..
Beneran terakhir
hehe, untuk siapa pun yang berkomitmen untuk menulis. Semoga Allah melapangkan
dada kita, dan memudahkan kita merangkai kata, memetik hikmah, dan menabur
manfaat, meski sedikit, meski hanya satu paragraf dalam sebulan. Aamiin.
Semangat blogwalking dan menulis! Fighting!
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya