Bismillah.. :)
Jika di posting-an sebelumnya tulisan hanya kutujukan pada
seorang saja. Maka ijinkan kini, kembali kutulis tema yang sama (baca: tema
ukhuwah) untuk siapapun. Untuk semua, teman, sahabat, saudara, siapapun.
Sebelum mengenal kata ukhuwah, aku terlebih dahulu bertemu
dan berakrab ria dengan kata persahabatan. Ada masa-masa indah tentang
persahabatan di SD, ada trauma mendalam di SMP. Hingga saat blog ini terbentuk,
ia menamai blog ini ‘Looking for A Genuine Friends’ yang artinya mencari
sahabat sejati. Ya, saat itu.. aku memang sedang mencari makna sahabat. Mencari.
Benarkah makna tersebut bisa dimiliki oleh seseorang, ataukah ia hanya sebuah
fiksi? *nggak percaya dulu aku galau tentang ini (baca: tentang sahabat, teman)?
Buka aja.. postingan alay ala siswa smp di sini dan sini dan sini.
Maka tak kutemukan sahabat. Ya, siapapun takkan menemukan
sahabat. Kalau yang ia cari, adalah sahabat yang sempurna. Yang memberi, yang
terpercaya, yang selalu ada kala kita butuh. Atau seperti kutipan kata ini :
“A genuine friends cares without condition,
Gives without hesitation,
Understands without explanation,
And remember even without communication.”
Aku tak pernah menemukannya. Karena untuk mendapat sahabat
sesempurna itu, yang perlu kau lakukan adalah menjadi seperti itu. Don’t find a
friend, be a friend.. then you’ll find them (baca: friends) easily.
Sekarang, semuanya jadi semakin jelas.. saat kukenali kata
ukhuwah. Kata yang begitu ajaib menurutku. Ukhuwah, menjadikan yang tak pernah
bersua saling melempar tersenyum. Ukhuwah, menjadikan yang baru kenal, lembut
saling menyapa dan berbagi. Ukhuwah, ia terjalin mesra dan lembut sesuai
kondisi iman. Ukhuwah, ia terjalin renggang dan koyak juga sesuai kondisi iman.
Maka kini, ijinkan aku meminta maaf.. pada siapapun, yang
karena compang-campingnya imanku.. ukhuwah ini menjadi renggang.
Maaf, untuk silaturahim yang tak terjalin dengan baik
Untuk komunikasi yang senyap
Untuk jarak yang kubiarkan melebar
Untuk sapa yang tak pernah hinggap
Untuk doa yang tak pernah terlantun
Untuk momen-momen bersama yang sempat kulupa
Untuk acuh yang sering kulempar
Untuk semua, salah dan khilaf yang menoreh luka.
Aku bukan orang yang dengan mudah mengungkapkan rasa di
sini. Rasa rindu ingin bertemu. Rindu ingin dinasihati. Rasa, yang tak bisa
kuungkap lewat kata.
Terakhir, ijinkan kubacakan kutipan buku Andaikan Kau Tahu Betapa Aku Mencintaimu karya
Muna Shalah.
Ketahuilah, bahwasanya rasa persaudaraan itu
akan diuji ketika dalam kesulitan.
Janganlah kamu berbicara kecuali hal yang benar.
Ingatlah kebaikan saudarimu dan
lupakanlah keburukan-keburukannya.
Ketahuilah, bahwasanya kunjunganmu
kepada saudarimu adalah penyebab timbulnya
kecintaan Allah kepada kalian berdua.
Niatkanlah kunjungan itu sebagai ketaatan
kepadaNya, bukan hanya untuk
membuang waktu sia-sia begitu saja.
Ketahuilah, bahwasanya doamu kepada saudarimu
akan diterima untukmu dan untuknya.
Janganlah kamu memadamkan cahaya lampu-
Lampumu. Buatlah lampu-lampu itu
terus bercahaya hingga hari kiamat.
Ketahuialah, bahwasanya rasa persaudaraan
yang tulus adalah sebab terwujudnya kemenangan bagi kaum muslimin.
Oleh karena itu, pegang erat-erat rasa persaudaraan itu daan
perkokohlah,
Serta berhati-hatilah dari godaan syetan.
Semoga Allah memudahkan kita semua, agar merawat dengan baik ukhuwah ini.. persaudaraan ini.. Aamiin..
Wallahu'alam.
Maaf...
ReplyDeletemaaf juga eva
ReplyDelete