Tumben makan obat, ucapku saat melihat dirimu membuka kemasan biru, plastik obat. Kutengok sekilas, dua kali sehari, habiskan. Kuambil kemasan biru satunya lagi, yang baru kamu letakkan. Tiga kali sehari, setelah makan.
Sakit apa? Tanyaku, lagi. Setelah pernyataan sebelumnya tak menarik perhatianmu. Kau masih diam dan menegak beberapa mili air putih dari mug Doraemonmu.
Kau mengemasi sisa obat, memisahkan sebagian sampah, masih tidak menjawab pertanyaanku. Kuambil mug Doraemon, pecahkan saja gelasnya, biar ra... Kamu merebut mug biru tersebut.
Ga sakit. Cuma perlu makan obat biar lukanya membaik. Akhirnya kamu menjawab setelah mug kesayanganmu jadi target kekesalanku atas bungkammu. Luka dimana? Tanyaku, masih penasaran. Di hatimu, jawabmu sembari nyengir kuda. Sebelum aku bertanya lagi, kamu mengalihkan pembicaraan. Bertanya mengapa aku rela naik tangga ke lantai empat. Aku kemudian jadi ingat alasanku, dengan heboh kuceritakan padamu bahwa berat badanku mencapai 55 kilogram. Meski memang aku tidak kurus, biasanya berat badanku berkisar antara 48-52, tidak pernah mencapai 55kg. Kucurahkan semua perasaanku padamu.
Pertanyaanmu berhasil membuatku lupa, bahwa kamu yang kutahu membenci obat, malam itu terlihat mengkonsumsi obat. Berhasil membuatku teralihkan dan tidak lagi penasaran kamu sakit apa.
The End.
***
PS: Draft fiksi 31 agustus 2018, ga dilanjutin, cm dirapiin, nggantung gitu wkwkwk. Biarin lah. Yang penting blognya diisi.
Pertanyaanmu berhasil membuatku lupa, bahwa kamu yang kutahu membenci obat, malam itu terlihat mengkonsumsi obat. Berhasil membuatku teralihkan dan tidak lagi penasaran kamu sakit apa.
The End.
***
PS: Draft fiksi 31 agustus 2018, ga dilanjutin, cm dirapiin, nggantung gitu wkwkwk. Biarin lah. Yang penting blognya diisi.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya