Follow Me

Thursday, October 17, 2024

Mencari Makna Tak Tersurat

October 17, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Aku baca lagi berulang-ulang tulisan yang mirip puisi itu. Aku masih tidak mengerti.

 

***

 

Sudah lama aku tidak menemukan tulisan, yang membuatku bertanya-tanya akan makna tak tersurat yang ada di sana. Tidak ada diksi yang begitu asing, tapi tetap saja jika hanya membaca rangkaian katanya, aku tidak bisa sama sekali membaca maksud dibaliknya. Aku sampai bertanya pada google, mencari penjelasan dari tulisan tersebut.

 

Setelah membaca sedikit penjelasan tersebut, baru kemudian aku bisa memiliki gambaran tentang arti tak tersurat di tulisan tersebut. Aku mulai bisa menerka-nerka maksudnya. Mengapa ia memilih diksi tersebut. Mengapa ini dan mengapa itu.

 

Persis seperti pelajaran bahasa Indonesia dulu, saat belajar tentang puisi. Atau saat kita diminta membaca novel klasik, novel puitis, yang dalam tulisan yang tersurat, ada begitu banyak makna yang tersirat.

 

***

 

Membaca tulisan tersebut aku jadi teringat perbedaan mendasar tentang tulisan fiksi dan non fiksi. Selain bahwa fiksi adalah tulisan karangan, penuh imaginasi, dll. Dan tulisan non fiksi, fokus pada fakta dan data. Tulisan non fiksi yang baik, adalah tulisan yang membuat pembaca mudah menemukan inti dari apa yang hendak di sampaikan. Berbeda dengan fiksi, yang membolehkan penulis untuk membuat tulisan abstrak dan menyembunyikan banyak hal, dan membiarkan pembaca mengisi kekosongan tersebut dengan imaginasi. Ada makna tersirat dari tulisan fiksi. Ada yang harus digali dan dicari, terlepas dari apa yang tertulis.


It's been a while, I'm not writing a fiction. Whether it's short story, or poetry. Sometimes I write that. But I'm too afraid that I'm just prolonging a daydream insight my head. Or I just waste my time, to make a story not worth to write.


So shout out to writer/author all over the world, untuk karya-karya, cerita, puisi yang menggugah hati. Karya yang menyimpan makna berharga dari yang tersurat maupun yang tersirat.


That's all. Bye!

Tuesday, October 15, 2024

A Call that Delivers Positive Energy

October 15, 2024 0 Comments

Bismillah. 


It's already October. Alhamdulillah 'ala kulli hal.

 

Beberapa waktu yang lalu, aku paham aku memilih untuk tidak menulis, dan menghabiskan waktu untuk hal yang jauh lebih tidak penting >< Allahummaghfirli..

 

Bahkan hari ini pun, aku ragu untuk menulis. Tapi obrolan kemarin seolah mengetuk-ngetukku untuk menulis, sesederhana apapun. Mungkin inilah berkah terhubung lagi dengan orang shalih. Energi positifnya mengalir, meski bukan pertemuan fisik, hanya suara di ujung telepon.


***

 

Singkat cerita, seseorang dari komunitas yang kukenal sejak 9 tahun yang lalu menghubungiku. Dari obrolan tersebut, nyala api semangat saat dulu awal bergabung di komunitas melintas di memori. Betapa saat itu, kami terhubung karena sama-sama merasakan manfaat dari ceramah berbahasa inggris dari seorang ustadz, lalu manfaat yang kami dapatkan itu, ingin kami bagikan juga ke orang lain. Maka lahirlah akun tumblr komunitas.

 

Seingatku saat itu aku belum banyak berkontribusi. Aku cuma observer, sesekali bersuara di grup, tapi lebih banyak menyimak saja. Tumblr saat itu diisi dengan desain quote/kutipan. Aku tahu salah satu yang aktif berkontribusi. Qadarullah ketemu di bandung dengan beliau saat beliau S2 di kampus yang sama.

 

Aku ingat saat itu ada pertemuan offline juga, tapi aku yang saat itu masih bergelut dengan diriku sendiri, memilih untuk tidak hadir, hanya mendengar cerita dari teman yang hadir.

 

Aku teringat event menulis pertama bertajuk metamorfosa, tidak ikut mengirim apapun, bukan panitia juga, tapi merasakan manfaat dari membaca tulisan beberapa peserta event tersebut.

 

Aku teringat saat berkunjung ke rumah salah satu anggota komunitas, diceritakan tentang mimpi besar komunitas. Mendatangkan ustadz ke Indonesia, mendirikan yayasan dengan nama sama cabang Indonesia.

 

Aku teringat kabar saat ustadz ke Malaysia, dan ada anggota komunitas yang datang dan bertemu, membawa buku yang berisi desain-desain quote dari komunitas. Lalu beliau hendak mampir ke Indonesia 411, tanggal 5-nya. 2016. Dibatalkan karena alasan keamanan.

 

Lalu 2018. Akhirnya ustadz ke Jakarta. Meet up Community. Kajian di Masjid Istiqlal.

Baca juga: Resume Kajian Meet Up Community

 

Lalu story night pertama, ada quran weeks juga. Dan tahun ini story night kedua.

 

***


Memori dan tulisan di atas, bukan kutulis dalam rangka promosi acara atau apa. Tapi aku ingin mengenang, betapa semangat kami dulu untuk berdakwah, bukan karena ustadz tersebut, tapi karena pelajaran Al Quran yang kami dapat dari beliau. Insight-insight yang membangunkan hati kami, sehingga kecintaan terhadap hikmah tersebut membuat kami ingin lebih banyak orang mendapatkan manfaatnya juga.


Apa kabar komunitas? Komunitas kami masih hidup, tapi tidak bisa disebut sangat aktif. Beberapa program kerja masih berjalan. Story Morning setiap ahad, tim subtitle yang menyediakan video subtitle bahasa indonesia dan inggris di youtube, juga proker tiap Ramadhan, My Favorite Ayat, juga blog, masih update tulisan-tulisan resume dari kajian.


Jujur menulis ini membuatku malu, karena saat ini, aku lebih banyak menjadi observer lagi, menyimak dan memperhatikan dari jauh. Sedihnya, masih bergelut dengan diri sendiri, sehingga tidak banyak berkarya. Jangankan untuk komunitas, blog ini saja ... *let's not complain and do the work instead.


***

 

Terakhir, jangan menyerah bebenah diri. Semoga Allah mudahkan untuk istiqomah menyelami samudra ilmu-Nya, berusaha mengambil sedikit dari mutiara di kedalaman Al Quran.

 

Kuakhiri tulisan ini dengan sebuah kutipan,

 

We need guidance over and over again.

Allah mengumpamakan Alquran dengan hujan atau air. Seperti bumi yang membutuhkan hujan lebih dari sekali untuk menjaganya tetap hidup. Seperti itu pula Alquran kita butuhkan dalam hidup kita.
 
Seperti manusia, apa manusia cukup meminum air satu kali saja dalam hidupnya? Tidak. Manusia butuh minum air lebih dari sekali, we drink water over and over again. Seperti itu pula kebutuhan manusia atas petunjuk dalam Alquran. Sepanjang hidup kita, kita membutuhkan Alquran.

- Resume Kajian Ustadz Jakarta, 5 Mei 2018 (baca lengkapnya di sini)

 Wallahua'lam bishowab.


***


PS: Aku kehabisan kata untuk membuat judul! Awalnya mau dikasih judul "It's October", tapi setelah semua tulisan jadi, nggak menggambarkan isi. Trus mau ubah jadi Telepon dari Seseorang dari Komunitas, kebanyakan dari-nya. Akhirnya judulnya kuganti jadi seperti sekarang. Sekian. maaf gak penting. let's hide this.

Wednesday, October 2, 2024

A33: Sahabat dan Tetangga yang Paling Baik

October 02, 2024 0 Comments

Bismillah.

#menjadiarketipe

 


 

☑️ #DAY33-0090

 

📖 At-Tibyan, Imam An-Nawawi

 

📑 Quote:

Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah sahabat yang paling baik kepada sahabatnya, dan tetangga yang paling baik di sisi Allah, adalah tetangga yang paling baik kepada tetangganya. 


💡 Insight:

 

Bentuk kesempurnaan iman seseorang adalah saat keimanannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, tapi juga terpancar dalam akhlaknya. Maka orang yang paling baik imannya, adalah yang paling baik pada keluarganya, yang merupakan sahabat yang paling baik juga tetangga yang baik.

 

Aku mungkin belum bisa mencapai level keimanan setinggi itu. Aku masih berusaha memperbaiki akar dan batang pohon imanku, sembari berharap daunnya rimbun dan bisa berbuah manis. Meski jika mau jujur, aku tahu, ada beberapa orang yang memetik buahnya dan merasakan asamnya, pertanda ada yang salah di akar atau batang pohon imanku.

 

Sebagai manusia, kita selalu ingin punya sahabat yang baik. Saat mencari rumah, selain dari orang-orang di dalam rumah, kenyamanan akan didapatkan jika kita memiliki tetangga yang baik. Tapi untuk mendapatkan itu, yang harus kita lakukan adalah menjadi seperti itu. Saat kita berusaha belajar menjadi sahabat yang baik, tetangga yang baik, nanti.. Allah akan bantu kita untuk bertemu dengan sahabat-sahabat dan juga tetangga yang baik.

 

Wallahua'lam.

Monday, September 30, 2024

Death is Near

September 30, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Death is near, even more than life. Kepastiannya lebih besar, daripada kehidupan itu sendiri. Itulah mengapa Allah menyebutkan kematian lebih dulu dari kehidupan. Itulah mengapa Rasulullah mencontohkan kita untuk membaca surat ini setiap malam sebelum tidur.

 

Kita mengira bahwa kehadirannya masih jauh... Aku pikir hanya sakit, nanti akan membaik. Satu, dua hari. Begitu cepat. Kabar itu hadir begitu cepat, lewat suara tangis ibu di ujung telpon.


***

 

It's night, part of me want to sleep and put that on hold. But I can't deny this feeling.

 

It's night, part of me want to escape and drown in distraction. But that's not the right thing to do.

 

So here I am, mengeja rasa dan makna yang mengambang dan tidak berbentuk jelas.


He's the oldest son of my grandma. He did so much good that change the life of his younger sister and brother.


Sulit untuk mengeja dan menceritakan sedikit dari yang kutahu. Imajinasiku mencoba memandang banyak hal dari sudut pandangnya. Aku bertanya-tanya, jika suatu saat kau merasa kematian sudah dekat. Apa yang akan kau lakukan?


Ia seolah sudah merasakan dekatnya kematian, saudara perempuannya pun sudah merasakannya. Tapi mengapa hatiku tidak peka, dan berpikir bahwa semua akan baik-baik saja? Bukankah seharusnya iman, membuat seseorang lebih peka terhadap firasat?


Sulit untuk mengeja dan menceritakan sedikit dari yang kutahu. Imajinasiku mencoba memandang banyak hal dari sudut pandang istri dan anaknya. Mata lembab mereka sore itu. I dind't know it will be the last time I see him. I don't even have courage to say a word, menyapa bahwa aku datang untuk menengok. I didn't have the courage to touch his hand as I supposed to be whenever I met him. The last time I did that was that night, when we all meet for montly gathering. Back then He didn't even looked sick. TT

 

***

 

Death is near... but why... saat berbicara tentang kematian yang sudah terjadi, yang hadir adalah pertanyaan-pertanyaan pengandaian?

 

Bukankah seharusnya kematian membuat kita makin dekat dan berdoa kepada Allah? Bukan justru mengikuti bisikan-bisikan kemungkinan yang tidak mungkin terjadi. Yang sudah tertulis, sudah terjadi, tidak akan bisa berubah. 

 

Sulit untuk mengeja dan menulis lebih banyak. Pikiranku melayang, bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan ibuku sekarang? I wish I am with her now. She's probably praying for her dearest late brother. Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesahabaran padanya. 


Kututup tulisan ini. Dengan hadits doa Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam saat Abu Salamah radhiyallahu anhu berpulang.


Lalu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdoa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِي سَلَمَة، وَارْفَعْ دَرَجَتْهُ في المَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ في عَقِبهِ في الغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ العَالَمِينَ، وَافْسَحْ لَهُ في قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ

“Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, dan angkatlah derajatnya sehingga dia bertemu dengan mereka orang-orang yang telah mendahului beliau dalam kematian, dan Ya Allah jadilah Engkau sebagai pengganti/menanggung orang-orang yang ditinggalkannya. Dan ampunilah kami, juga untuk beliau, Ya Rabbal ‘Alamin, dan lapangkanlah Abu Salamah dalam kuburnya, dan berilah cahaya kepada beliau di dalam kuburnya.” (HR. Muslim di dalam shahih muslim [1]


Wallahua'lam bishowab.


Keterangan:

[1] https://www.radiorodja.com/50044-doa-untuk-orang-yang-baru-saja-meninggal-dunia/

[2] Ditulis 29 September 2024 11.38 PM, di publish pagi, hari berikutnya.

Tuesday, September 24, 2024

Belajar Bahasa Lagi di Memrise

September 24, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Sudah lama aku tidak membuka atau main Memrise.

 

Baca juga: Memrise : Menghafal Lebih Mudah dan Asyik 


Saat ada kesempatan untuk buka lagi web Memrise, aku menemukan informasi baru, bahwa memrise memutuskan untuk memisahkan course resmi dari Memrise, dengan course yang bisa dibuat oleh member memrise. Jadi sekarang ada dua alamat web, untuk yang resmi di app.memrise.com, sedangkan yang komunitas di community-courses.memrise.com.



 

Community course berisi kelas-kelas yang dibuat oleh komunitas atau pengguna memrise. Kelas-kelas tidak resmi, tapi banyak juga manfaatnya. Dan ada juga fasilitas untuk buat course sendiri.

 

 

Lalu bulan berlalu, eh ada pemberitahuan lagi, bahwa akan ada pembaruan. Di web resmi memrise. Dan bagus pembaruannya. ada sistem scenarios, sama latihan conversation menggunakan AI via chat.


skenario

latihan percakapan dibantu AI

***

Ada banyak banget fasilitas bagus dan gratis dari memrise, sayang kalau enggak di share. Yang mau serius dan dapat fasilitas full-nya juga bisa berlangganan.


Aku kadang bertanya-tanya, apakah belajar bahasa, masih relevan untukku? Apalagi kalau lebih tertarik belajar bahasa asing lain, yang mungkin gak akan pernah terpakai. Ada banyak excuse yang membuatku ragu untuk sharing, tapi minat belajar bahasa itu masih ada, sayang juga kalau diabaikan. Jadi ketimbang menghalangi diri sendiri, untuk hal yang lebih produktif, ketimbang cuma scrolling dan menjadi konsumer konten, mending belajar, diniatkan untuk hal baik. Semoga kelak, meski sekarang kesannya belum 'berguna', nanti semoga berguna.

***

 

Aku akhiri saja tulisan ini. Sebagian hatiku masih ingin curhat ini itu, tentang kekhawatiranku, tentang pertanyaan-pertanyaanku, tentang angan-angan yang terlalu cepat terbang tinggi tanpa diikuti langkah-langkah kecil yang menyertai. Tapi kucukupkan saja di sini. Belajarlah, banyak hal. Belajar agama tentu, belajar Al Quran juga. Juga, belajar hal-hal yang kamu minati. Semoga setiap ilmu yang dipelajari mengajarkanmu kerendahan hati, dan membuatku mencapai kesimpulan yang tertinggi. Seperti ulul albab yang duduk dan berbaringnya memikirkan bagaimana penciptaan bumi dan langit, kemudian dari ilmu tersebut, mereka berkata, Rabbana ma khalaqta hadza bathila...

 

Begitu pun perbedaan bahasa, yang setiap kali kita mempelajari bahasa yang baru, kita bukan cuma belajar bahasa tersebut, tapi kita juga belajar bagaimana budaya orang-orang yang memakai bahasa tersebut. *teringat podcast Raditya Dika dan Ivan Lanin, yang menjelaskan bahwa kekayaan kosakata suatu bahasa terhadap suatu hal, menunjukkan bahwa hal tersebut adalah hal penting. Seperti kekayaan kosata jenis keju bagi orang-orang eropa, atau kekayaan kosakata alat-alat pertanian, teknik pertanian bagi orang jawa.


Lalu semoga kita tiap pagi, saat terbangun dari tidur kita.. membaca ulang perkataan ulul albab yang Allah abadikan dalam ayat Quran.


Rabbana ma khalaqta hadza bathila, subhanaka faqina 'adzabannar.


Ya Allah, jadikan kami orang-orang yang terus belajar, yang dengan belajar itu, kami meyakini dengan benar kehidupan akhirat, yang membuat kami tidak berhenti berdoa, agar Engkau selamatkan kami dari api neraka. Aamiin


Wallahua'lam bishowab.


****


PS: Jika ada yang merasa aku loncatnya kejauhan, harap maklum ya, begini aku biasa menulis di sini. Berharap setiap tulisan bukan cuma tentang 'dunia' tapi juga mengingatkan pada-Nya. Berharap sedikit yang kecil ini, bisa menjadi jejak yang kelak menjadi bekalku di kehidupan selanjutnya. Aamiin.

Sunday, September 22, 2024

Ahad Pagi di Alun-alun Purwokerto

September 22, 2024 0 Comments
Bismillah.

Curhat cepat hehe. Pengen upload di story Instagram, tapi teringat kalau aku bukan anak ig wkwkwk.

Pagi ini menyempatkan jalan kaki pagi, meski sudah agak siang. Berangkat jam 8 dari rumah.

Alun-alun Purwokerto ramai seperti biasa. Tapi ada yang berbeda. Beberapa poster besar dan photoboot terlihat menghiasi beberapa sisi, di Alun-alun juga di Masjid Agung Baitussalam.

Acaranya nanti sore.

***

Uniknya lagi, diujung tenggara alun-alun kulihat ada yang menggelar reading corner, baca buku gratis. Saat kutanya dari mana, katanya dari pesantren. Aku tak bertanya banyak, mau ambil foto pun gak enak.

Kuambil saja satu buku, berusaha membaca meski tidak bisa fokus. Hanya skimming beberapa tulisan di dalamnya.

Membaca sekilas buku tersebut membawa pikiranku sejenak pergi lagi ke Bandung. Kok bisa? Karena buku tersebut ditulis oleh santri dari Pesantren yang terletak di Cilembu. Beberapa tulisan berkali-kali menyebut kata Bandung, Kiaracondong, dan beberapa tempat lain saat menceritakan perjalan mereka menuju pesantren.

Sudah agak siang, aku harus beranjak pergi. Tapi sebagian hatiku masih ingin melihat-lihat buku lain. Maka kubuka salah satu buku lain yang menarik covernya. Halaman random, kutemukan kutipan ini:

Satu kutipan tentang pentingnya memulai. Cukup untuk membuatku mengambil gambar, kemudian segera berterimakasih dan pamit.

Buku yang ini aku lupa tidak menghafal judulnya, atau mengambil foto covernya. Tapi bukunya tentang inspirasi dari pelajar di luar negri. Aku mengingat ada beberapa kota, tiga diantaranya Taipe-Taiwan, Kanazawa-Jepang, dan Kazan-Rusia. Dua lagi yang bagian depan tidak kuingat. Yang lebih kuingat adalah desain layout sederhana tapi menarik mata. Warna biru yang cerah di footer, juga ilustrasi bangunan-bangunan ikon luar negri.

Selain dua buku yang kuambil tadi, ada banyak buku lain. Beberapa majalah bobo, buku anak, juga buku populer "The Psychology of Money", "Rich Dad Poor Dad", "The Subtle Art of Not Giving a F***", juga novel-novel Tere Liye.

***

That's all.

Thursday, September 19, 2024

Yang Perlu Diperhatikan dalam Membuat Gratitude Journal

September 19, 2024 1 Comments

Bismillah.

#nukilbuku *Yang Belum Usai* - Pijar Psikologi, PT Elex Media Komputindo 

 

Salah satu cara untuk self healing adalah membiasakan lagi bersyukur dengan membuat gratitude journal. Aku pernah merasakan krisis identitas, saat tiba-tiba menemukan diriku berubah hampir 180 derajat menjadi sisi terburuk diri. Diri yang tidak tahu cara bersyukur, diri yang penuh dengan keluhan, diri yang begitu mudah menyalahkan banyak hal dll. Frustasi sendiri ketika menemukan perubahan buruk itu, dan mulai melabeli sifat buruk itu pada diri sendiri. Bagaimana kalau aku memang orang yang tidak bisa bersyukur? Bagaimana kalau aku memang A, B, C dan label-label buruk lainnya. Sampai aku diingatkan lagi lewat buku, bukan buku yang akan kunukil ini, tapi buku lain. Dari buku tersebut, aku mulai sadar bahwa bersyukur, bersabar juga bisa dilatih. Bahwa kita bisa belajar ulang meski sudah pernah jatuh dan berubah menjadi lebih buruk. Dan salah satu cara belajar bersyukur adalah dengan membuat gratitude journal.

 

Dulu, aku sekedar membuat list 3 hal yang kusyukuri hari ini. Sesederhana itu. Tapi setelah membaca buku ini, aku jadi sadar, bahwa ada prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam membuat gratitude journal.

 

***

 

1. Jujur dengan diri sendiri


Pintu gerbang utama untuk menjadi lebih bahagia adalah mengakui bahwa diri sendiri juga punya kelemahan. Mengakui segala emosi negatif yang kita miliki agar bisa terbuka dengan orang lain. Dengan begitu, kita akan merasa secure dan tidak sendiri saat mengalami pengalaman negatif. Jujur dengan diri sendiri merupakan salah satu cara untuk menjadi open minded dalam mengeksplorasi diri lebih jauh lagi. Sebab, tanpa menjadikan pikiran dan perasaan terbuka terhadap segala pandangan, bersyukur akan menjadi pekerjaan yang sulit.

2. Aware terhadap diri sendiri


Aware terhadap kebutuhan emosi diri sendiri.

Membiasakan diri peduli pada hal-hal yang membahagiakan, membuat hidup kita akan mengasah kemampuan bersyukur itu sendiri.

Oleh karena itu, akan lebih baik jika gratitude journal itu bukan hanya sekedar list, tapi juga deskripsi yang rinci tentang sesuatu yang kita rasakan.
 

 

3. Apresiasi diri


Masa lalu dan masa kini.

Mengapresiasi diri sendiri di masa kini berarti berterima kasih pada kehidupan. Mengapresiasi masa lalu artinya menerima segala kejadian buruk yang pernah kita alami, bahwa kita sudah sampai sejauh ini untuk menghadapinya.

Kaitkan apa yang dialami di masa lalu, dengan kondisi kita di masa kini

 

4. Menyeimbangkan Emosi


Bersyukur bukan meniadakan yang negatif. Melainkan menyeimbangkan yang negatif dan positif.

Dalam menulis gratitude journal kita perlu memaknai hal buruk yang menimpa kita dan mencari sebuah hikmah atas itu.

 

***


Membaca prinsip-prinsip itu, aku jadi menyadari, mungkin memang bukan gratitude journal, tapi aku banyak melakukan 4 hal tersebut saat menulis di blog ini. Selain di blog ini, aku merasa membaca dan menuliskan kutipan-kutipan dari buku-buku bagus membuat pikiranku lebih jernih untuk melihat bahwa ada begitu banyak nikmat yang seringkali kita abaikan, bagaimana fokus pada satu titik hitam membuat hidup kita tidak tenang, padahal yang ada di hadapan kita itu kertas putih.


Untuk siapapun yang sedang butuh membuat gratitude journal, jangan lupa terapkan prinsip-prinsip di atas ya.. Semoga Allah memudahkan kita menjadi hamba yang bersyukur. Karena sungguh, saat kita bersyukur, bukan Allah yang membutuhkannya, tapi kita yang justru sangat membutuhkannya. Semoga kita tidak pernah berputus asa, atau lupa atas sifat Ar Rahman dariNya.


Wallahua'lam bishowab.

 

***


Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Friday, September 6, 2024

Things I Want to Write

September 06, 2024 0 Comments

Bismillah.



 

Ada begitu banyak hal yang ingin kutulis, tapi begitu membuka tampilan menulis pos baru, menulis judul, membuka dengan satu dua kalimat, kemudian aku seperti.... entah pikiran yang terdistraksi dan tidak fokus, sehingga kepikiran ini itu hal lain, atau karena aku bingung harus menulis seperti apa.

 

Writer block? Ya, mungkin karena ada penghalang di otakku. Maka di sinilah aku, mencoba menghilangkan penghalang itu dengan melakukan free writing. Menulis ini sembari teringat draft tugas hari ke sekian yang sengaja tidak kukumpulkan. Padahal mah kumpulin aja, tawaran lain itu, abaikan dulu.


Tapi pengen nulis di blog ini juga. Tapi pengen juga ngelakuin hal lain yang sifatnya konsumtif dan nggak perlu memutar otak. Cuma perlu diam dan menikmati konten buatan orang lain. Tenggelam dalam distraksi. Jadi konsumer lagi dan lagi. Kapan mau bertumbuh kalau puas hanya jadi konsumen dan follower?


Tiba-tiba teringat akun @ibnabeeomar yang menghilang. Penulis dari buku fiqh of social media. Aku mencari kembali akun tersebut karena ternyata instagram punya fungsi "memories" juga, yang muncul saat kita membuka archieve. Tiga tahun yang lalu aku membagikan bahwa aku menyukai membaca review buku dari akun tersebut 3 tahun yang lalu.

 

 

2021. Tahun yang sama aku menyelesaikan draft buku non fiksi "racikan rasa", yang terlalu tipis untuk diterbitkan. Pernah aku share link gdrive-nya di page e-book kirei, tapi aku sembunyikan lagi, karena hendak aku ramu lagi jadi draft yang lebih utuh. Baru 133, dan targetku 300 halaman? I don't even sure about it. Aku cuma mengumpulkan semua tulisan dalam blog ini yang bisa masuk "topik/tema" draft ini. Aku masih berada di tahun 2020, masih ada sekitar 8 tahun lagi di archieve. Semoga cukup.

 

***

 

Ada banyak yang ingin kutulis, semoga Allah mudahkan menuliskannya. Semoga sembari menulisnya, niatku tidak berbelok. Semoga di setiap tulisan, terdapat berkah. Semoga tulisan bukan sekedar tulisan, tapi meresap masuk ke hati, menegakkan batang, menghijaukan dedaunan, menumbuhkan bunga dan menghasilkan untaian buah yang manis.

 

I know I'm not young anymore. Nor do my writing skill is excellent. But I still have that dream within my heart, to spread goodness through words I write. Ya, semangat itu masih ada, semoga tulisan ini, bisa menjadi kata-kata baik yang mengubah hidup menjadi lebih baik.

 

Wallahua'lam.

Tuesday, September 3, 2024

Tetap Butuh Negative Thinking

September 03, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Karena sudah melalui masa-masa saat begitu mudah untuk berprasangka buruk, overthinking, negative thinking, dan jeratan mindset buruk lain yang makin lama membesar seperti bola salju... aku pikir aku sudah tidak membutuhkan negative thinking. Aku ingin selamanya berteman dengan prasangka baik, sampai sebuah pengingat ini kubaca.

 

***

 


 

Tulisan tersebut kuambil #daribuku Berpikir Itu "Dipraktekin" - Tim Wesfix, Grasindo

 

Selain masalah gampang puas, disebutkan juga di halaman-halaman sebelumnya bahwa berpikir negatif membantu kita untuk menghindari hal-hal buruk dan membuat rencana-rencana lain, jika ternyata yang terjadi tidak seindah yang kita pikirkan. Pikiran negatif-lah yang membuat kita membuat rencana dengan penuh perhitungan dan kehati-hatian. 


"...Anda tidak bisa melihat semua hal secara positif. Ada saat di mana Anda perlu melihatnya dari sudut pandang negatif. Terlalu positif bisa menimbulkan sikap sembrono dan berbahaya. Kemampuan Anda untuk melakukan antisipasi pun berkurang.

Berpikir negatif dengan kadar yang wajar bisa menjadi alat untuk mengantisipasi hal-hal negatif di masa depan." - Tim Wesfix


Disebutkan juga dalam buku ini, tentang kita yang tidak boleh anti dengan kata "tidak", "tidak bisa" dan "jangan". Karena jika kita menempatkan kata-kata itu pada konteks yang tepat, akan membuahkan hasil yang positif.


Yang penting kita tidak lantas terlalu cepat dan terbiasa menggunakan kata-kata di atas untuk berbagai hal. Kata-kata tersebut, bisa kita gunakan saat kita sudah mencapai batas maksimal dan tidak bisa melanjutkan. Termasuk keputusan untuk menyerah, bisa jadi keputusan yang benar jika kita benar-benar memahami kemampuan diri kita.



***


Jujur sebagai orang yang belum lama terjerat negative thinking, dan sedang berusaha untuk menjalani hari berteman positive thinking, pengetahuan ini menjadi tantangan sendiri untukku. Bagaimana caranya menjaga kadar negative thinking dalam batasan wajar. Bagaimana agar tidak cepat puas, tapi juga tetap mengapresiasi diri. Termasuk bagaimana aku bisa berdamai pada diri, yang dulu pernah terburu-buru untuk menyerah dan dampaknya sampai sekarang masih kurasakan. Tugasku sekarang adalah fokus pada hal-hal yang bisa aku lakukan dengan baik, menjaga positive thinking tapi juga tidak meniadakan negative thinking. Sulit? Sepertinya iya. Tapi bukankah hidup itu memang sulit? *tiba-tiba teringat salah satu ayat di surat Al Balad.


Terakhir. Tidak apa sulit, asalkan kau tidak bergantung pada diri sendiri. Ya, tidak apa sulit, kita bisa terus menerus minta kemudahan pada Allah, juga minta kekuatan dari Allah untuk bisa menjalaninya. Jadikan sulit ini, bak level di game hard. Sulit tapi membuat kita tertantang dan tetap berusaha untuk menjalaninya. Semoga Allah membantu kita menjaga pola pikir yang sehat, saat positive dan negative thinking bekerjasama dengan harmonis untuk menghasilkan hal-hal baik yang kelak semoga menjadi bekal kita di kehidupan selanjutnya. Sekian.


Wallahua'lam.


***


Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Monday, August 26, 2024

Kebencian, Memaafkan dan Berbaiksangka pada Takdir-Nya

August 26, 2024 0 Comments

Bismillah.

 


Seorang sahabat bercerita, tentang rasa benci yang sering menghantui malam-malamnya. Saat itu aku menjawab,

 

Mungkin ada luka di masa lalu yang belum sembuh. Makanya jadi benci banget. Biasanya kalau orang luka, karena siapapun. Kalau itu gak diungkapin, gak diekspresikan, cuma dipendam aja. Itu bisa jadi "bom waktu".

 

Ibarat sayur pare nih. Emang sih pahit. Tapi kalau saat itu langsung dimakan, ya udah selesai. Habis. Tapi kalau dibiarin aja, disimpen lama-lama, itu bisa jadi lebih buruk. Jadi jamuran/basi, bau, beracun. Nah perasaan manusia juga gitu. Entah sedih, marah, luka dll.. kalau pas kejadian bisa kita ungkapin, atau minimal kita ekspresiin lewat nangis sampai plong. Itu ya udah selesai. Tapi kalau misal dipendem. Nanti pasti 10 tahun, atau berapa tahun kemudian. Perasaan itu akan meledak. Dampak buruknya jadi lebih besar. Dan biasanya jadi bentuk kemarahan.

 

Kemudian ia menjawab, memberi tangkapan layar jawaban dari quora, yang menyebutkan bahwa membenci itu salah. Aku membacanya sekilas. Paham bahwa jawaban di quora tersebut memang benar. Tapi aku juga tahu, bagaimana rasanya merasakan sesuatu yang kita tahu itu salah. Bagaimana itu membuat seseorang bisa menjadi begitu membenci dirinya sendiri. Dan aku tahu, membenci diri itu salah, dan sakit, jauh lebih menyakitkan daripada membenci orang lain. Aku, tidak mau ia terlalu cepat membenci dirinya, hanya karena ada luka lama, yang membuat ia membenci orang lain.


Maka aku melanjutkan 'ceramah'-ku, berharap saat ia membacanya, ia merasa lebih baik.

 

Idealnya emang gitu. Jangan dibenci. Tapi kan setiap orang beda.

 

Ada keluarga yang punya harta terbatas. Tapi mungkin ortunya dua-duanya ekspresif. Tetep nunjukin kasih sayang/dukungan. Sering minta maaf ke anak karena gak bisa ngasih banyak dukungan finansial dll.



Itu efeknya beda. Sama keluarga yang finansialnya terbatas. Orangtua gak ekspresif dan lebih milih diem, karena nggak pengen kesedihannya dilihat anak. Trus sibuk cari uang, sampai lupa bahwa sibuknya itu karena bentuk sayang mereka ke anak. Itu pasti beda hasilnya.

 

Kasus yang kedua, ada kemungkinan anaknya merasa tidak dicintai oleh orangtuanya. Ada kemungkinan saat dewasa, karena kebenciannya pada kondisi finansial yang terbatas, membuat ia jadi membenci orangtuanya. Dan sebagaimana Islam mengajarkan kita untuk berlaku baik dan ihsan pada orangtua, bagaimana perasaan seorang anak, yang menyadari, bahwa ia membenci orangtuanya? Tanpa tahu bahwa perasaan benci tersebut sebenarnya bukan karena ia membenci orangtua? Tapi karena ia merasa tidak dicintai?

 

Aku melanjutkan rantai nasihatku,


Tapi saat kita dewasa, idealnya memang kita belajar untuk menerima dan melihat dari sudut pandang orangtua. Tapi balik lagi, kita gak bisa ngelakuin itu kalau kita sendiri belum bisa berdamai dengan diri sendiri.
 

Kalau kita udah tenang dan menerima kondisi diri. Baru, kemudian kita bisa empati dan menempatkan diri kita di sepatu ortu. Baru, habis itu jatuh bangun belajar ngerti dan belajar maafin ortu. Karena sama seperti kita yang nggak sempurna. Orangtua kita juga gak sempurna. Sama seperti kita fitrahnya yg sayang ke ortu, tapi kemudian yg keluar bentuknya malah jadi marah dll. Ortu juga gitu ke kita.

Kamu harus bisa maafin diri kamu dulu, baru kemudian maafin orangtuamu.
 

Kemudian, kujelaskan padanya pelajaran yang aku dapat selama dulu, bagaimana aku bisa bangkit setelah tergelincir di jurang dan menjadi begitu benci dan sulit untuk memaafkan diri sendiri.

Dan untuk maafin diri kita. Kita harus percaya lagi bahwa Allah menakdirkan yang terbaik untuk kita. Bahwa meski semua hal yang sekarang kita alami kesannya buruk.... Sebenarnya saat ini pun, Allah sedang menghalangi kejadian yang jauh lebih buruk untuk menimpa kita.

Ibaratnya, bisa jadi kita harusnya ketindihan rumah, tapi karena kasih sayang Allah kita cuma ketindihan tangga. Kalau ketindihan rumah, kita bisa mati. Sedangkan kalau tangga, paling kita sakit, berobat ke dokter bisa sembuh. Karena Allah tahu kita mampu.

Jadi, meski orang lain mungkin nggak ditakdirkan ketiban tangga, itu mungkin karena orang lain gak punya kemampuan itu. Sedangkan kita. Allah tahu, kita kalau ketimpa tangga. Berdarah luka, sakit, nangis. Allah tahu kita bisa tetep nyingkirin tangga yang menimpa kita. Allah tahu setelah kita nangis karena sakit, Allah tahu kita bisa inisiatif ke dokter buat nyembuhin luka.

 

Karena kalau kita mau nengok ulang hidup kita, dengan hati dan pikiran yang lebih jernih. Kita akan tahu bahwa kasih sayang Allah ke kita begitu besar.

 

Ada anak-anak lain yang lahir dari keluarga dengan finansial terbatas. Dan mereka gak bisa sama sekali keluar dari lingkaran itu. Putus sekolah. Tinggal di jalanan. Ketemu lingkungan yang buruk. Kemudian masuk ke dunia gelap.

 

Sedangkan kita. Allah pilih kita punya kemampuan otak bisa sekolah, pinter. Dapat kesempatan sekolah, dapat beasiswa. Dapat kesempatan merantau di Bandung. Kuliah.

Kalimat selanjutnya, aku terangkan beberapa poin-poin di kehidupannya yang aku tahu. Kusebutkan juga poin-poin di kehidupanku sebagai pembanding. Lalu kulanjutkan kalimatku,


Takdirmu, takdirku, beda. Tapi itu yang terbaik dari Allah untuk kita.

 

Nah.. masa depan gimana?

Takdir yang tadi aku omongin itu yang udah kejadian.

Masa depan juga gitu. Allah rencanakan yang terbaik buat kita. Tapi ada syaratnya. Syaratnya apa? Ya, harus beriman dan berprasangka baik pada rencana Allah.


Karena gimana bisa kita punya masa depan yang baik,

Kalau misal kita dikasih batu berlian. Iya batunya belum diasah. Masih ketutup debu. Kalau kita percaya dan asah, nanti baru keliatan cling bagusnya.

 

Tapi kalau kita berburuk sangka sama Allah. Batu itu kita apakan? Kita buang ke tempat sampah. Kita malah milih masuk ke gua, buat nambang sendiri. Susah payah sendiri. Dan nggak pasti dapat berlian juga.

 

Karena apa? Karena kita milih untuk bersandar dengan diri kita. Diri kita yang lemah. Karena kita milih mengiyakan persepsi prasangka buruk dan bayangan ketakutan yang dibisikkan setan ke kita tiap hari. Na'uzubillahi min dzalik.

 

Jadi, sebelum hal-hal buruk itu terjadi. Tugas kita cuma satu: berusaha memperbaiki diri dan keyakinan kita ke Allah tiap hari. Dengan nggak lelah minta petunjuk ke Allah. Jatuh bangun berusaha memperbaiki prasangka baik ke Allah.

 

Nanti... Nanti . Setelah semua perjuangan itu, Allah akan kasih lihat... Bahwa takdir yang terjadi di masa depan nanti jauh lebih baik dari apa yang kita bayangkan.

 

Nanti kita bakal ngerasain juga. Bagaimana yang tadinya kita insecure, nyalahin keadaan, selalu merasa menjadi victim. Bisa berubah jadi optimis lagi. Berubah jadi lebih percaya diri.

 

Yang tadinya benci diri jadi belajar mencintai diri. Yang tadinya benci sama ortu, jadi belajar memaafkan ortu.

 

Dan prosesnya memang panjang. Gak instan. Tapi kita tahu, setiap kali kita merasa pengen nyerah. Kita tahu kita cuma perlu curhat ke Allah dan minta bantuan Allah.

 

Sekian hehe, maaf panjang.


***


Sama seperti bagaimana pesan itu berakhir. Kututup juga tulisan ini dengan kata sekian, dan maaf panjang V ^^


Wallahua'lam bishowab.


***

 

PS: read V as posing two finger with right hand, and ^^ as a closed eye smile. And yes, I'd rather use letter and character as emoji/emoticon. And yes I am old. *I'll hide this as it is so not important.

 

Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

She Just Want to Tell You Her Story...

August 26, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Part of me want to post this to this blog. It's been a long time since I get a paragraph that makes me write lines and lines of words.

 

But part of me felt guilty, cause she didn't response. There are 2 possibility:

1. she needs time to process it

2. i am guilty for jumping to giving advice instead of listening to her story.

 

And here I am, choosing to post what I write to her in the next post. While also hoping soon I can say to her,

 

"Maaf, karena belum bisa menjadi teman yang baik.

Maaf, karena belum bisa menjadi pendengar yang baik."  


Wallahua'lam.