Jangan cuma Ingat Buruk/Sedihnya Saja
Bismillah.
*warning* lebih baik baca tulisan lain
***
Beberapa waktu ini aku kembali ke setting introver lagi. Kalau kemarin menulis tentang introver yang mencari-cari komunitas, kini introver tersebut sedang kehabisan energi hanya karena bergabung satu batch di dua tiga komunitas. Rasanya ingin memutus kontak dan menyendiri, tapi karena tahu itu zalim, akhirnya hanya bisa memaksa diri tetap berjalan meski jelas-jelas notifikasi low battery, sudah berkali-kali muncul. Beberapa kali jatuh, lalu tertatih dan terseok berusaha menyamakan pace langkah dengan teman-teman lain. Sembari masih mencerna keruwetan pikiran diri yang meminta untuk diisi energinya dengan menyendiri, apa kabar dini harimu? Bukankah seharusnya itu waktu yang tepat untuk mengisi batre yang hampir mati?
Lalu suatu pagi aku menjadi lebih sensitif, cuma perlu satu pemicu, dan bendungan air itu pecah, membuat orang lain yang tidak tahu kondisiku yang lowbatt and sensi ini merasa bersalah. Tapi kasih sayang Allah terus mengalir, somehow, dalam rangka meredakan emosi yang meletup, dan air yang tak kunjung bisa berhenti dibendung, pencarian distraksi satu dua, membuatku mengenakan lagi jas ektrover. Allah seolah memberitahuku, kamu bukan introver tulen yang hanya bisa charge energi dengan solitude, kamu punya sisi ekstrover juga yang bisa diisi energinya dengan komunikasi pada orang-orang yang tepat.
#bacatulisanlama Nuju Naon Teh, aku menyambung sapa dengan Apih
Kalau di tulisan Nuju Naon, namanya kusamarkan, izinkan kali ini aku menuliskan namanya sebagai bentuk terima kasih, karena sudah membantu mengisi energiku hanya lewat bertukar sapa dan cerita singkat. Rapih Umbarawati, atau biasa disapa Apih adalah salah satu adik tingkat yang kukenal karena pernah tinggal di Asrama Putri Salman. Seingatku jadi dekat dengannya karena pernah jadi satu divisi saat jadi panitia LMD, atau pas peserta juga satu kelompok ya? Lupa hehe.
Anyway. she's such a lovely person. She's logical, whenever I talk to her, I always see the rational part of her. She's smart, and dilligent. I feel comfortable speaking and listening to her. She open up to me a little about her family, that makes me feel closer. Bagiku yang sulit untuk membuka diri, aku sangat menghargai dan tahu benar, bahwa bercerita dan terbuka tentang hal pribadi adalah sesuatu yang hebat.
Singkat cerita, aku menyambung sapa dengan Apih. Melanjutkan chat terputus kami bulan Mei 2025 lalu. Bertukar cerita dan tanya, tak panjang memang, tapi cukup untuk mengisi batreku. Lalu dari percakapannya, aku tergerak untuk mencari tulisan lama lain di blog ini, kuketik dua keyword "tiga buku", selain kutemukan tulisan yang kucari, kutemukan juga tulisan lain yang membuatku tergerak untuk menyambung sapa dengan sohib lama pas SMA.
#bacatulisanlama Tiga Lembar Memori, aku menyambung sapa dengan Salsa
Sebelumnya, sebenarnya sebelum membaca tulisan lama itu, akun instagram Salsa, somehow, with algorythm, direkomendasikan ke akun IG betterword_kirei. Tapi karena satu dua hal, aku ragu untuk mengajukan follow ke akun tersebut. Sampai Allah kembali mengingatkanku lewat tulisan lama tersebut. Segera aku kirim link rekomendasi IG Salsa dari betterword via dm ke IG pribadiku, lalu aku follow akun tersebut menggunakan akun isabellakirei_. Kukirimkan juga DM padanya. Rasanya ingin kirim foto, tapi karena akunnya private, tentu saja gak bisa kirim DM kalau belum friend. Tapi qadarullah, dia online juga, dan aku jadi bisa kirim foto. Lalu percakapan terjalin.
Rasanya senang sekali, karena seolah ada tali rindu yang tertaut kencang, kini sudah lepas dan membuatku lega. Apalagi terakhir kali aku menulis tentang memori masa sekolahku, aku mengingat hal buruk dan tenggelam dalam sedih sembari menyimpulkan, ternyata mungkin ini salah satu hal mengapa aku menjaga jarak dengan mereka. Padahal ada begitu banyak memori happy dan bahagia yang seharusnya lebih aku ingat dan abadikan, ketimbang membiarkan debu-debu di kacamata hingga menyamarkan dan membuat mataku perih tiap kali menengok ke belakang.
Beberapa waktu ini aku juga berkaca, saat melihat salah satu konten sahabat SMA, yang membahas tentang effort orang-orang yang bertahan dan menjadi circle dekatnya. Katanya karena sama-sama effort. Lalu aku berkaca, betapa tidak bersyukurnya aku. I did only give them minimal effort, I put my wall all the time, I am bad in exchanging communication while being away. I'm also don't give present back, when I get so many present from each of them. Teringat buku-buku hadiah dari mereka, dan surat, dan aku tidak membalasnya, hanya karena berdalih aku tidak merayakan hari lahir. Padahal aku bisa saja membalas dan mengirim hadiah kecil, tanpa harus di hari lahir mereka. Sementara aku cuma bisa menulis penyesalan ini. Someday, maybe, I'll put a little more effort, just to say thank you and sorry, for being a bad friend.
***
Oh ya, dari tulisan lama 3 lembar memori, aku jadi teringat lagi memori indahku saat masih maba dulu, what a movie kinda scene. Jujur malu, karena pada kakak-kakak tingkat di organisasi itu, memori pertama yang melekat bukan yang indah, tapi yang membuatku menangis dan memilih untuk tidak bergabung dengan halaqah manapun, sedih dan bingung melihat "perebutan" calon kader, rumor yang berseliweran, dan aku yang memilih untuk menjauh.
Oh ya, mayoritas draft tulisan di atas ditulis tgl 11 Okt, it's 27 october now. Ada satu lagi memori yang somehow melintas siang hari ini dan membuatku impulsif untuk menyelesaikan tulisan ini. Ada memori bittersweet yang terjadi di Bulan Ramadhan kali itu, saat aku dan partner organisasi dituduh sama-sama cuek. Padahal awalnya semua manis, tapi berakhir pahit. Dan aku cuma bisa diam dan menerima saja menjadi sosok yang terdakwa dan salah. Padahal ada banyak hal yang ingin aku komunikasikan, tapi aku memilih diam, dan menulis semua dalam diary. Perasaan sedih, kecewa, rasa tidak terima karena disalahkan dll, kusimpan rapat-rapat, lalu aku menjalani hari seolah semua baik-baik saja. Secara otak dan akal, aku sudah berdamai dengan memori itu, aku mungkin bisa tertawa dan bercerita tentang kenangan itu. But perhaps, ada hak emosi dalam diri yang belum terpenuhi, karena yang seharusnya disalurkan malam itu aku pilih untuk disumbat dan ditaruh dipojok terdalam. Mungkin karena itu, somehow, saat momen-momen yang tidak direncana, tiba-tiba saja ada kebocoran emosi dan memori yang muncul dan menguap, meminta haknya untuk disalurkan entah dalam bulir air, atau dalam kata-kata yang tidak abstrak.
Jujur sebenarnya aku tidak suka menulis impulsif begini. Pun tidak suka, tulisan ini membuatku seolah aku orang yang sering mengingat buruk/sedihnya saja. Tapi jika tidak menuliskannya, aku takut aku mengulangi kesalahan yang sama. Hanya mengingat buruk dan sedihnya saja. Padahal, kalau mau diteliti dan ditelisik lagi, ada begitu banyak hal baik dan bahagia yang terjadi. Untuk hal-hal ini, mungkin aku perlu belajar dari introver lain yang sudah lebih awal aware akan ke-introver-annya. Mungkin mereka lebih tahu cara menata pemikiran/perasaan negatif yang lama ditumpuk dan disimpan, sampai membuat kita melupakan yang positif. Atau mungkin aku hanya perlu lebih banyak berdoa agar dimudahkan untuk bersyukur. Dan mungkin aku harus mulai membiasakan diri agar tidak menulis diary hanya untuk menulis hal-hal negatif dan perasaan negatif yang tidak bisa kusampaikan ke orang lain, bukankah harusnya journaling itu diisi lebih banyak dengan hal-hal yang kita syukuri? Atau journaling habit tracker, biar istiqomah melaksanakan kebiasaan-kebiasaan baik yang ingin dibangun. Dan adapun untold story of my life, ya, gapapa juga ditulis untuk mengeluarkan sesak dari dalam dada, tapi jangan lupa akhiri dan tekad untuk mencari hikmah dari hal-hal tersebut.
Terakhir, semoga aku bisa lebih banyak menulis lagi, ketimbang lari dan tenggelam dalam distraksi. Jangan ragu untuk sambung silaturahim, barangkali satu dua pertukaran pesan singkat bisa mengisi energi sosialmu. Juga, seperti judul tulisan ini. Jangan cuma ingat buruk atau sedihnya saja. Ingat juga baik dan bahagianya. There's no path that all black and dark. If you pay attention to every path you took before, there's a lot of light, flowers, sweet fruit along the way too. Allahumma a-inna 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika. Aamiin. Wallahua'lam.











