Follow Me

Monday, October 6, 2025

Faktor-Faktor Penghalang dalam Menuntut Ilmu

October 06, 2025 0 Comments

Bismillah.

#nukilbuku #buku 

 

#daribuku "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" - Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan, Darus Sunnah 

 

***


1. Niat yang salah

 

 

Niat adalah dasar dan rukun sebuah amal. Jika niatnya salah dan rusak, maka amal yang dikerjakan ikut salah dan rusak.

 

Penting untuk meluruskan niat hanya untuk mencari ridha Allah dalam menuntut ilmu.

 

Manusiawi jika dalam hati ada lintasan pikiran ingin tampil dan terkenal. Kuncinya, kembali pada ilmu, baca nash dan sirah, renungi dengan baik, luruskan niat dan berusaha kembali ke jalan yang benar.

 

"tidaklah perenungannya itu kecuali akan menambah rasa rindu kepada kebenaran dan kebaikan"

 

 

2. Ingin Terkenal dan Cari Popularitas

  

Termasuk bahasan no. 1, ditulis untuk menunjukkan pentingnya permasalahan ini.

 

"Sesuatu yang paling terakhir hilang dari orang-orang shalih adalah, keinginan untuk berkuasa dan keinginan untuk tampil" - Imam Asy-Syathibi

 

Hadits 3 orang pertama yang dihisab di kiamat, salah satunya penuntut ilmu dan pembaca quran yang niatnya salah.

 

Ibnu Atsir rahimahullah mengatakan, "..hal yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah; syirik dan syahwat yang tersembunyi."

 

"syahwat yang tersembunyi adalah keinginan agar manusia melihat amalnya."

 

Hadits. Rasulullah bersabda "Barangsiapa memperdengarkan (menyiarkan amalnya)", maka Allah akan menyiarkan aibnya. Dan barangsiapa beramal karena riya', maka Allah akan membuka niatnya (di hadapan manusia pada hari Kiamat)."

 

 


3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu

 

 

"ilmu itu didatangi, bukan mendatangi". Majelis ilmu ada banyak, jika kita tidak mendatanginya, maka kita akan gigit jari penuh penyesalan di hari akhir nanti TT

 

Seandainya kebaikan yang ada dalam majelis ilmu tersebut hanya berupa ketenangan bagi yang menghadirinya, dan rahmat Allah ta'ala yang meliputi mereka, tentulah cukup dua hal itu saja sebagai pendorong untuk menghadirinya.

 

 

4. Beralasan dengan Banyaknya Kesibukan

 

 

Ini merupakan tipu daya setan yang harus diwaspadai.

 

"Orang yang menyia-nyiakan kesempatan mencari ilmu, maka kesibukannya membuat ia tidak dapat menghadiri majelis ilmu. Ia menjadikannya sebagai alasan yang sengaja dibuat-buat, sehingga ketidakhadirannya di majelis ilmu memiliki alasan yang jelas." -- Allahumma la taj'alna minhum TT

  

 


5. Menyia-nyiakan Kesempatan Belajar di Waktu Kecil

 

 

Manfaatkan waktu muda untuk menuntut ilmu, sebelum disibukkan oleh banyak hal. Tapi jangan berputus asa juga jika sudah tua, karena hakikatnya seluruh umur yang kita miliki adalah kesempatan untuk menuntut ilmu, dan menuntut ilmu adalah ibadah.

 


6. Enggan Mencari Ilmu

  

Diantara penyebabnya adalah alasan untuk berkonsentrasi mengikuti informasi terkini dan peristiwa yang sedang terjadi.

 

Padahal masalah yang terjadi, cuma bisa diselesaikan kalau kita menuntut ilmu dan merujuk pada ulama, syariah dan al quran.

 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah contoh nyata, yang sangat melek terhadap keadaan dan permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat, namun tetap menyempatkan diri belajar dan mengumpulkan ilmu. Dengan ilmu tersebut, beliau dapat mengatasi berbagai permasalahan masyarakat, dengan mendapatkan solusi dari Al-Quran, As-Sunnah dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

 

"Allah Ta'ala tidak menurunkan suatu musibah atau penyakit, kecuali ada solusi dan obatnya. Tidaklah musibah itu terjadi kecuali ada jalan keluarnya dalam Al Quran dan As-Sunnah"

 

 


7. Menilai Baik Diri Sendiri

 

 

Orang yang senang memuji dirinya, senang mendengar orang lain memujinya.

 

Jangan sampai seseorang senang dipuji atas apa yang tidak ada pada dirinya. (QS Ali Imran: 188)

 

Merasa diri baik itu pada umumnya merupakan perbuatan tercela, kecuali pada perkara saja yang sesuai aturan-aturan syariat.

 

Merasa diri baik dan suka dipuji oleh orang adalah salah satu pintu setan. 

 

 


8. Tidak Mengamalkan Ilmu

 

 

Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu sebab tidak berkahnya ilmu. Bahkan merupakan salah satu sebab ditegakkannya hujjah atas pemiliknya.

 

Salafus shalih adalah orang yang paling bersemangat dalam mengamalkan ilmu.

 

Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu Anhu berkata, "Dahulu seseorang dari kami, jika ia mempelajari sepuluh ayat, maka ia tidak akan melampauinya hingga dia betul-betul mengetahui maknanya dan mengamalkannya." (Tafsir Ibnu Katsir, 1/2)

 

Ali Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Ilmu akan mengajak pemiliknya untuk beramal, jika dia mau beramal maka tetaplah ilmunya, jika tidak maka hilanglah ilmunya." (Ibnu Abdil Barr dalam Al Jami' 2/11, Waki' dalam Al Jami', 2/132)

 

Mengamalkan ilmu akan membantu dalam penjagaan terhadap ilmu itu sendiri.

 

Seandainya seseorang ingin menghafalnya, tentu bisa saja, namun suatu waktu kelak dia akan lupa. Seandainya dia mengamalkannya, maka dzikir tersebut akan tetap kokoh pada dirinya.

 

Ilmu yang telah Allah ta'ala berikan kepada kita ini perlu dikeluarkan zakatnya. Adapun zakat ilmu adalah dengan mengamalkannya dan mengajarkannya.

 

Ketahuilah bahwa wajib bagi kita untuk mendalami empat masalah, yaitu: pertama, mencari ilmu. Kedua, beramal. Ketiga, berdakwah. Keempat; bersabar dalam menghadapi segala rintangan dalam menuntut ilmu, mengamalkannya, serta mendakwahkannya. (Al Ushul Ats Tsalatsah, karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.) 

 

9. Putus Asa dan Rendah Diri

  

Jangan sekali pun Anda meremehkan satu kebaikan walau sekecil apa pun, dan jangan sekali pun merendahkan diri Anda sendiri, dan dalam waktu yang bersamaan jangan pula Anda menganggap diri Anda suci.

 

Sikap putus asa dan merasa rendah diri adalah penyebab terbesar dari kegagalan dalam menuntut ilmu.

 

Jangan merasa rendah diri jika Anda memiliki hafalan yang lemah, lemah pemahaman, lambat dalam membaca, atau cepat lupa. Semua penyakit ini akan hilang jika Anda meluruskan niat dan mencurahkan segenap usaha.

 

Jangan sekali-kali Anda meremehkan potensi yang ada pada diri Anda, dan hendaknya Anda bersungguh-sungguh dalam belajar.

 

Imam Al-Bukhari Rahimahullah, beliau pernah ditanya, "Apakah obatnya lupa?" Beliau menjawab, "Terus menerus melihat buku."

 

Meninggalkan maksiat juga merupakan penyebab terbesar yang dapat membantu seseorang dalam menguatkan hafalannya.

 

Imam Asy-Syafi'I Rahimahullah dalam syairnya yang indah berkata

 

 

 



10. Sikap Menunda-nunda

 

Sikap menunda-nunda, menurut sebagian ulama salaf termasuk tentaranya iblis yang akan menyerbu manusia.

 

"Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut." - Ibnul Qayyim Rahimahullah

 

Sikap menunda-nunda adalah, seorang hamba berangan-angan untuk melaksanakan suatu hal setelah beberapa waktu dari umurnya berlalu. Orang ini tidak tahu bahwa ajal dapat menjemputnya setiap saat. TT

 

Janganlah engkau menunda-nunda amalan hari ini untuk hari esok, karena bisa jadi, esok datang namun engkau telah tiada.

 

Yusuf bin Asbath Rahimahullah mengatakan, "Muhammad bin Samurah As-Saih pernah menulis surat kepadaku sebagai berikut,

 

'Wahai saudaraku, janganlah sifat menunda-nunda pekerjaan menguasi jiwamu dan tertanam di hatimu; karena hal itu dapat membuat lesu dan merusak hati. Sifat menunda-nunda itu memendekkan umur kita, sedangkan ajal segera tiba. Bangkitlah dari tidurmu dan sadarlah dari kelalaianmu!

 

Ingatlah apa yang telah engkau kerjakan, engkau sepelekan, engkau sia-siakan, engkau dapatkan dan apa yang telah engkau lakukan. Sungguh semua itu akan dicatat dan diperhitungkan, sehingga engkau akan terkejut dengannya, dan engkau akan tersadar dengan apa yang telah engkau lakukan, atau mungkin engkau akan menyesali apa yang telah engkau sia-siakan'."

 

Bacalah kisah-kisah tentang kesibukan sebagian besar kaum salaf, niscaya kita akan takjub terhadap cara mereka dalam memanfaatkan waktu.

 

***

 

 

PS: Tulisan ini dibuat dalam bentuk resume. Saya menyalin kata-kata yang ingin saya catat dari buku tersebut. Mengenal buku ini dari komunitas RSC (Rahmah Study Club). Tolong abaikan emoticon TT yang kadang muncul selagi saya membuat resume/menyalin kutipan dari buku.

Friday, September 19, 2025

#ResetIndonesia dengan Literasi: Apa Kabar Pendidikan Kita?

September 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

#buku #nukilbuku 

 

#daribuku Your Journey to be The Ultimat3 U - Rene Suhardono.

Baca salah satu tulisan dari buku ini jadi keinget, salah satu cara #ResetIndonesia selain harus melek ttg kondisi politik dan sosial. Juga harus melek tentang pendidikan. Concern pertama yang dipilih Jepang usai bom Hiroshima Nagasaki. 

Berikut beberapa quotesnya:



🎒🎒🎒🎒🎒🎒🎒🎒



"Beberapa karakteristik inti pengajaran pendidikan dasar justru bertentangan dengan realitas kehidupan.

Seingat saya dulu, jawaban benar hanya satu untuk setiap soal yang ditanyakan, selebihnya salah atau dianggap menyimpang. Metodologi juga hampir selalu sama dengan rangkaian seperti ini: diketahui - ditanya - rumus - jawaban.

.
.
.

Pada kenyataannya, jawaban benar bisa lebih dari satu, metodologi bisa sebanyak bintang di langit, kerja bareng alias kolaborasi adalah bentuk terbaik dari suatu usaha, dan kebenaran apa pun harus senantiasa diuji."



💼💼💼💼💼💼💼 

 

"We were all born creative, bold and rich with ideas, but our education system failed us. Sistem pendidikan yang kita kenal sekarang adalah peninggalan era revolusi industri abad ke-19. Pendidikan adalah kepanjangan tangan industri untuk memenuhi pasokan tenaga kerja yang ditetapkan sesuai kebutuhan spesialisasi tertentu. Sejak saat itu, sistem pendidikan menganut pola spesialisasi tunggal. Bentuk dan jenis pekerjaan pun terkotak-kotak berdasarkan disiplin keilmuan tertentu."

 

📱💻📱💻📱💻📱💻📱
 

 

Technology has given us the right tools, but we haven't got the right mindset.

 

🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩 🇮🇩

 

"....bahwa ia sudah tidak lagi bekerja, tetapi berkarya, kami mengharapkan greget yang sama juga dirasakan oleh mayoritas angkatan kerja Indonesia. Bekerja = berdaya. Bekerja = berkontribusi. Apa pun untuk Indonesia yang lebih baik!"

 

👓📖👓📖👓📖👓📖👓

 

Real education should liberate us, not enslave us. True education should be about self-empowerment, not mediocrity.

 

*** 

 

Bagaimana perasaanmu saat membaca kutipan-kutipan di atas? Apa kabar pendidikan kita? Apa yang bisa kita lakukan untuk bisa memperbaikinya? Padahal... kita gak punya kekuasaan untuk mengubah hal-hal besar. Tapi bukan berarti kita gak bisa mengubah dari hal-hal kecil kan? Masih ada yang belum baca transkrip since when did "small" means useless?


Lakukan perubahan dari hal kecil, sesederhana membangun kebiasaan membaca untuk diri, kemudian dalam keluarga. Sesederhana, belajar parenting dan pelan-pelan mencoba mempraktekkannya, jika sudah punya anak. Sesederhana, menulis dan membagikan insight yang kita dapatkan dari hasil membaca dan belajar kita. Dan berbagai cara lain. Bahkan sesederhana like dan share konten-konten edukasi yang baik.

 

Jujur menulis ini rasanya berat, takut tersendat lalu jatuh dan terjembab karena masih jauh praktek dari teori. Tapi jika tidak menulis ini, apa yang kubaca, takutnya mudah dilupakan, atau menetap sebagai teori bertumpuk yang tidak dipahami dengan baik. Sungguh aku tidak mau, seperti perumpamaan yang digambarkan Allah dalam surat Al Jumuah, keledai yang susah payah membawa tumpukan buku di punggungnya.

 

Penutup. Doa. Rabbizidni 'ilma warzuqni fahma. Allahumma inna nas-aluka 'ilman nafi'an wa rizqan thayyiban wa 'amalan mutaqabbalan.  

 


Aamiin.

 

Wallahua'lam. 

#ResetIndonesia dengan Literasi

September 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Belum lama ini ada grup baru dari salah satu komunitas baca yang pernah aku ikutin. 22HBB, atau 22 hari baca bareng? singkatannya lupa. Tapi setauku ini semacam challange baca yang aku dapet infonya dari aku SRC (Salman Reading Corner). Aku pernah ikut 2 kali dari panitia yang sama, yang pertama challange Ramadhan, trus habis itu 22HBB batch berapa gitu lupa batchnya hehe V. Jadi dibuat grup baru dengan nama "22HBB Family - Book Sharing". Yang minat gabung bisa klik link. Kan tadinya tuh kepisah-pisah ya tiap batch grupnya.

 

Jujur waktu tahu ada grup ini aku udah excited banget, karena emang butuh tempat buat diskusi buku. Karena kan grup whatsapp baca tiap hari yang aku buat (https://chat.whatsapp.com/JcBDKKPti1WKtM71zq3xaz) fokusnya lebih ke lapor baca buat ngebangun habit baca. Belum ada program diskusinya.

 

17 Agustus dibuat, 39 orang bergabung, 1 September, berbagai kejadian demo dan segala komplikasi di dalamnya membuatku memberanikan diri untuk angkat suara. Ya, kan wadahnya udah ada, tinggal diaktifkan aja. 


Lalu 2 September


 

Dari situ, tim panitia langsung buat ide #ResetIndonesiaBookChallenge. Banyak yang ikutan dan pasang buku-buku yang hendak dibaca. Fokusnya lebih ke buku-buku yang membuat kita lebih melek ke politik dan sosial. Dan katanya, salah satu tokoh ada yang ikutan ngerepost story yang dibuat oleh tim 22HBB. Walaupun aku pribadi gak terlalu kenal sama beliau. Tapi bagusnya, aku jadi tertarik untuk baca karya Ahmad Tohari yang tertera di sana.

 

 

Sebenarnya daripada share challenge begitu, aku lebih tertarik nyimak sharing dan diskusi tentang buku terkait. Aku teringat pernah denger sharing buku Animal Farm dari salah satu pertemuan di komunitas the Lady Book (back then when I was still a member).

 

Dan alhamdulillah jalan juga sih sharing bukunya, ada yang share kutipan dari novel Entrok-nya Okky Madasari, ada juga share insight yang dia dapet setelah baca novel Tan. Dari sini juga aku jadi sadar tentang bahasan Tan Malaka dan Mandilog yang sedang viral. Yang jujur aku pribadi gak ngikutin hal tersebut. Bahkan ada yang share tulisan Muhammad Abduh Negara yang memberikan ide untuk muslim muda untuk mempelajari dan mengkristalkan pemikiran Natsir atau Hamka atau Cokro. Yang jujur menurutku, untuk bisa terjadi hal itu, ada banyak banget PR dari internal anak muda islam sendiri. Apalagi aku banyak mengingat masa-masa kuliah saat melihat banyak aktivis islam yang sedihnya terkotak-kotakkan oleh harakah/organisasi dan clash sesama aktivis muslim, bukannya duduk bareng di hal-hal yang bisa dibahas bersama, dan untuk yang beda, ya jalan masing-masing aja tanpa perlu memperpanjang debat.

 

Oh ya, ini juga ngingetin aku sama salah satu komunitas baca yang awal-awal aku kenal. Namanya dulu IMLA, kalau gak salah pengurusnya itu anak UIN luar kota, jatim bukan ya? haha lupa. Tapi dari komunitas ini aku jadi banyak tahu sharing tentang Hamka. Yang pada waktu itu jujur aku buta banget sama buku-buku "berat" yang membahas itu, aku dulu, dan mungkin sampe sekarang masih di zona nyaman baca-baca bukunya cuma self improvement, buku islam yang efek langsungnya lebih ke perbaikan ranah pribadi (sirah, quran, akhlak) belum sampai baca-baca buku yang mendorong untuk melakukan perbaikan di ranah lebih luas seperti masyarakat, sosial, ekonomi, politik, dll. Dan tentu aku masih baca buku-buku fiksi ringan, bukan buku fiksi berat yang bahas tema serupa.

 

Baca juga: IMLA (Indonesia Muslim Literacy Action) 

 

***

 

Ada pun aku, meski belum ikutan #ResetIndonesiaBookChallenge, ada beberapa hal dari bacaanku yang mungkin masih nyambung sama semangat #ResetIndonesia dengan Literasi. Seperti beberapa hal di bawah ini: 

 

Pentingnya Sikap untuk Memperjuangkan Keadilan


"Banyak orang tidak bisa membedakan antara ranah hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) serta ranah hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas).
.
.
.

Seorang guru, dokter, atau siapa pun dengan profesi apa pun tidak salah jika meminta hak dan menuntut kehidupan yang layak. Sebab, memang dalam hubungan antarmanusia, setiap orang, di samping dilimpahi kewajiban, ia juga punya hak yang dilindungi oleh berbagai peraturan dan kebijakan. Jika ia merasa tidak dipenuhi dengan baik, jalan yang bisa ditempuh adalah memperjuangkan hak tersebut.

 

Apakah itu berarti dia tidak ikhlas dan rida terhadap rezeki dari Allah Swt.? Tidak berarti demikian! Ia tidak rida atas perilaku buruk sesama manusia terhadapnya (dalam hal ini kegagalan pemenuhan hak), tetapi bukan berarti ia menyalahkan Tuhan. Justru ia tidak berlindung dengan menjustifikasi bahwa semua yang ia terima sudah menjadi takdir. Sebab jika demikian, sama saja ia menganggap bahwa Allah Swt., tidak adil terhadapnya. Boleh jadi, pikiran seperti itu justru akan membuatnya merasa berhak menyalahkan Tuhan atas penderitaan atau kesalahan yang sebenarnya disebabkan oleh dirinya sendiri.


Orang yang membela haknya justru sedang menjelaskan bahwa ketidakadilan itu dibuat oleh manusia bukan oleh Tuhan. Oleh karena itulah ia berusaha membuat perubahan di ranahnya yaitu ranah hubungan manusia. Bukan begitu saja mengalamatkan semuanya pada takdir Allah Swt., seolah-olah itu adalah sesuatu yang tidak bisa diusahakan oleh manusia. Lebih parah lagi, hal itu menyiratkan seolah-olah Allah Swt., "merestui" ketidakadilan terjadi kepada hamba-Nya."


#daribuku *Jika Bersedih Dilarang, untuk Apa Tuhan Menciptakan Air Mata* - Urfa Qurrota Ainy, S.Psi., PT. Elex Media Komputindo 

 

***

 

Ada satu lagi yang aku sharing di sana, dari buku berbeda, tapi karena ini sudah panjang, aku pisah di postingan selanjutnya ya..

 

Semoga Indonesia bisa menjadi lebih baik, lewat anak-anak mudah yang bangun dan sadar terhadap literasi. Mulai dari satu halaman buku, mulai dari diskusi di lingkaran kecil dalam komunitas, semoga nanti makin meluas dan besar impact-nya sampai bisa benar-benar #ResetIndonesia. Menulis ini mengingatkanku akan salah satu pengingat tentang masa/zaman yang buruk akan bangkit generasi terbaik. Jadi jangan hanya berhenti bersuara dan beraksi dalam bentuk demo, tapi juga lanjutkan dalam bentuk mendidik diri lewat literasi. Gak cuma literasi tentang politik, sosial, tapi juga pendidikan. Gak cuma literasi yang memisahkan urusan dunia dengan agama, tapi juga literasi yang menyadarkan kita bahwa islam itu mencakup semuanya, gak cuma ranah pribadi dan ibadah yang sifatnya ritual, tapi juga termasuk urusan-urusan ummat. Gak cuma buku-buku dan kitab-kitab buatan tokoh-tokoh terkenal, tapi juga membaca kalamullah Al Quran secara vertikal, lebih mendalam, lebih banyak tadabbur, lebih banyak membuat kita sadar lalu berdoa, rabbana ma khalaqta hadza bathila, subhanaka, faqina 'adzabannar. Aamiin.

 

Wallahua'lam bishowab.

 

*** 

 

PS: Sebenernya ini bukan grup satu-satunya Book Sharing yang aku gabung. Ada juga grup book sharing dari Buibu Baca Buku, tapi sifatnya cuma berbagi rekomendasi buku. Dan jujur aku di sana aku gak berani vocal, secara membernya 500 dan pastinya merupakan pembaca buku yang lebih wow daripada aku, yang super slow dan masih moody baca bukunya. 

Monday, September 15, 2025

Kenapa Harus Menuntut Ilmu?

September 15, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Prolog. In syaa Allah aku mau mencatat dan bagiin resume dari hasil baca buku Ma'aalim Fi Thariqi Thalabil Ilmi di grup ini. Oh ya, judul versi bahasa indonesianya buku ini : "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" - Abdul Aziz bin Muhammad bin Abdullah As-Sadhan, Darus Sunnah.



Awal kenal buku ini adalah dari komunitas RSC (Rahmah Study Club). Singkat cerita aku daftar dan jadi member RSC 6. Ikut matrikulasi dari Sept-Nov 2024. Udah lulus matrikulasi. Sebelum sesi study group yang asli, ada sesi spesial bahas buku tersebut. Tapi sedihnya aku down imannya, dan gak bisa ngikutin perjalanan pembahasan buku itu. Tapi sempet mulai buat resume, dari kajian, dan juga bagian awal buku.

 

1 tahun berlalu, masih belum ada kemajuan. Untuk mempercepat proses pulihku, dan biar inget lagi adab dan kiat dalam menggapai ilmu, izinkan aku share di sini ya. 

 

***

 

Berikut ini resume Muqaddimah dari buku tersebut yang aku ambil dari ceramah di youtube.

 

Adab dan Cara Menggapai Ilmu: Muqaddimah

Thursday, January 9, 2025

8:03 PM

 

Resume oleh: Isabella Kirei

 

Hikmah memulai menulis kitab dengan basmallah :

 

  1. Mengikuti kitabullah Al Quran Al Karim

 

  1. Mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam dalam menulis surat

 

  1. Untuk mengharapkan keberkahan (littabarruk)

 

  1. Untuk meminta pertolongan kepada Allah (listi'anah)

 

 

Keutamaan ilmu dan kemuliaan mendapatkan ilmu dan orang-orang yang berilmu:

 

  1. Manusia akan merasa tenang/lapang hatinya saat melihat para penuntut ilmu di majelis-majelis ilmu. Dan mereka meninggalkan kenikmatan tidur dan menjauhi kasur-kasur pada waktu ketika manusia sedang nikmat berada di kasur mereka. Dan mereka juga meninggalkan kenikmatan-kenikmatan lain dan mengutamakan perkara yang menjadi keselamatan di barzakh dan akhirat.

 

Allah memuji orang-orang yang memiliki ilmu. "Sesungguhnya orang-orang yang memiliki rasa takut kepada Allah, hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu (ilmu agama Allah)".

 

Artinya semakin tinggi ilmunya, seharusnya semakin tinggi rasa takutnya kepada Allah. Inti dari ilmu adalah rasa takut kepada Allah. Bukan ilmu yang bermanfaat banyak hafalan, tapi ilmu yang mengantarkan kepada rasa takut kepada Allah.

 

Rasulullah adalah orang yang paling berilmu dan yang paling takut kepada Allah.
 

Takut melanggar perintah Allah, takut kepada neraka, dll.

 

  1. Ilmu merupakan sebab datangnya keridhaan Allah, datangnya kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat.

 

Allah akan menyelamatkan orang-orang yang berilmu dari fitnah. Kisah tentang Qarun di Quran contohnya.

 

Ketika fitnah sedang melanda, tidak diketahui kecuali oleh orang yang berilmu. Saat sudah selesai, baru semua orang menyadarinya.

 

  1. Ilmu adalah warisan para nabi

 

Ibnul Qayyim mengatakan bahwa ada 40 keutamaan ilmu dibandingkan dengan harta. Mengapa kita tidak berebut untuk mendapatkan warisan para nabi?

 

  1. Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal

 

Apabila seseorang telah meninggal, terputus semua amalnya kecuali 3 hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang shalih.

 

Harta bisa bermanfaat kalau dijadikan amal shalih, digunakan untuk memberi manfaat kepada orang lain. Tapi kalau cuma disimpen aja, gak bermanfaat untuk akhirat

 

  1. Allah tidak meminta Nabi-Nya meminta tambahan apapun selain tambahan ilmu

 

Di surat Thaha, Allah memerintahkan Rasul untuk berdoa robbi zidni 'ilma.

 

Keutamaan ilmu: ilmu quran dan sunnah. Ilmu syar'i. dan juga ilmu yang bermanfaat buat manusia, setelah ilmu syar'i.

 

  1. Orang yang dipahamkan agama oleh Allah adalah orang yang dikehendaki kebaikan

 

Sebaliknya, jika tidak mudah paham ilmu agama. Menangislah.

 

  1. Orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya.

 

Derajat di sini, bisa di dunia, tapi terutama di akhirat

 

Ada hadits dan kisah-kisah para ulama yang ditulis di kitab ini, yang menunjukkan tentang keutamaan menuntut ilmu.

 

  1. Diantara perkataan Ibnu Qayyim Al Jauziyah, "Seluruh pujian yang ditujukan kepada seorang hamba yang disebutkan oleh Allah di dalam Al Quran Al Karim, itu semua merupakan hasil atau buah dari ilmu.

 

Sebaliknya, seluruh celaan yang ditujukan kepada seorang hamba di dalam Al Quran Al Karim, itu semua berasal dari kebodohan terhadap ilmu"

 

Ini menunjukkan keistimewaan dari ilmu agama yang bermanfaat.

 

 

Sumber: Ma'aalim Fi Thariqi Thalabil Ilmi (Mukkaddimah) - Ustadz Ahmad Rasyid Bazher


Wallahua'lam bishowab.

Friday, September 12, 2025

You're not Expected to Save Gaza neither Indonesia nor The World

September 12, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

I stumble upon this videos on @thefutureofcongo, and I am moved to write the transcript of the video.

 

 

*** 


Since when did "small" means useless?



With the current genocide that is taking place in Gaza… the famine and the war in Sudan, the continuous suffering of innocent people in Congo and the situation of all opressed people around the world--


there's this feeling a lot of us get. that we are supposed to do something huge. That if what we do doesn't end the war or feed thousands of people, then there's no point.


I think the problem is that, we have been taught to judge things purely based off of result, and that is a very problematic framework. Because nowhere in the Quran, nor the Prophetic tradition are we told that Allah Subhanahu wa ta'ala judges us based on what we accomplished.


But Allah does say in the Quran that, "There is nothing for man, except for what he strives for".


So the point is effort, not accomplishment. This might be harsh to say, but you're not expected to save Gaza -- nor are you expected to end the war in Sudan, or rebuild the Congo.


But you are expected to care, you are expected to try, and you are expected to do something-- even if it seems little or insignificant.


We act not because we are guaranteed results-- but because there's a moral and spiritual obligation. Even if you don't see the fruits of your seeds.


The Prophet Sallallahu 'Alaihi Wasalam says that if the day of judgement is established, and a person has a sapling in his hand, and he is able to plant it… then he should plant it. It’s the day of judgement!! You will probably not see the fruits of what you've just planted, but you are still commanded to do so.


Hajar 'alaihi salam did not find Zamzam water by sitting down and crying. She ran through Safa, and Marwa multiple times looking, and seeking for water. And Allah Subhanahu wata'ala blessed her with water, not through her running, but because of it. That is sa'y-- that is effort.


Maryam 'alaihi salam during childbirth, was commanded by Allah Subhanahu wata'ala that she should shake the trunk of the tree towards her-- realistically speaking, not a single human being much less a woman in labour would be able to shake a trunk of a tree to the point that dates would fall from it… the point of the command was not the shaking of the tree, it was about the effort, it was about obeying Allah Subhanahu wata'ala, and most importantly trusting him.


I highly recommended that everybody looks up the concept of Sa'y in Islam, it’s really profound and beautiful. One of the other dillemas we fall into in this regards is we feel discouraged when we don't see an immediate result in the things that we do. But the question is; Are you serving the cause or are you just addicted to seeing the results of your actions? Because I'm sorry to say bro, but.. It's not about you!!


Sumaya radhi Allahu anha never got to see Medina. 

The companions who died during the Battle of Badr and the Battle of Uhud never got to see the Conquest of Mecca.

Does that mean that they failed? Definitely not! We look up to them, we name our children after them, and we say about them radhi Allahu anhum. Because it's never about the accomplishment, it's about the effort.

I say to you: "Share that post to your story, repost the video, talk about it in your school, try and bring as much awareness as you can about all these situations and many others and know that if you died trying, you died successful!

 

***

 

Aku juga coba nerjemahin transkrip di atas, tapi manual dan banyak kekurangan. Barangkali ada yang mau baca, boleh juga dikoreksi kalau ada yang salah.

 

***


Sejak kapan hal kecil berarti sia-sia?


Dengan kondisi genosida terkini di Gaza… kelaparan dan perang di Sudan, dan penderitaan berpanjang pada penduduk di Kongo dan situasi dari semua rakyat yang tertindas di seluruh dunia--


Ada hal seperti ini yang banyak dari kita rasakan. Bahwa kita seharusnya melakukan sesuatu yang besar. Bahwa jika apa yang kita lakukan tidak menghentikan perang atau memberi makan ribuan orang, maka semua sia-sia.


Masalah utamanya adalah, kita terbiasa diajarkan untuk menghakimi sesuatu hanya berdasarkan hasil, dan itu adalah kerangka pemikiran yang sangat bermasalah. Karena tidak ada dalam Al Quran atau sunnah Rasulullah yang mana kita diberitahu bahwa Allah subhanahu wata'ala menghakimi kita berdasarkan pencapaian kita.


Tapi Allah menyebutkan dalam Quran bahwa, "Seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya". (An Najm ayat 39)


Jadi poinnya adalah usaha/ikhtiar, bukan pencapaian. Dan ini mungkin agak kasar untuk dikatakan, tapi kamu tidak diharapkan untuk menyelamatkan Gaza -- (atau Indonesia -pen) atau diharapkan untuk mengakhiri perang di Sudan, atau membangun Kongi.


Tapi kamu diharapkan untuk peduli, kamu diharapkan untuk berusaha, dan kamu diharapkan untuk melakukan sesuatu-- bahkan jika itu terlihat kecil atau tidak signifikan.


Kita melakukan sesuatu bukan karena kita punya jaminan akan hasilnya-- tapi karena ada kewajiban moral dan spiritual. Bahkan jika kamu tidak melihat buah dari benih yang kau tanam.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda bahwa jika hari kiamat terjadi, dan seseorang memiliki biji/benih di tangannya, dan ia mampu untuk menanamnya… maka ia harus menanamnya. Padahal itu hari kiamat!! Kamu mungkin tidak akan melihat buah dari apa yang baru kau tanam, tapi kamu masih diperintahkan untuk melakukan itu.



Hajar 'alaihi salam tidak menemukan air Zamzam dengan duduk diam dan menangis. Ia berlari di antara Safa dan Marwa beberapa kali untuk mencari air. Dan Allah Subhanahu wata'ala memberikan rahmat padanya dengan air, bukan melalui larinya, tapi karena itu. Itulah yang disebut sa-i -- itu adalah usaha.



Maryam 'alaihi salam saat proses melahirkan, ia diperintahkan Allah Subhanahu wata'ala untuk menggoyangkan batang pohon ke arahnya -- jika bicara realistis, tidak ada seorang manusia, lebih lagi seorang wanita yang sedang melahir dapat menggoyangkan batang pohon sampai buah kurma jatuh darinya… poin utama dari perintahnya bukan menggoyangkan pohon, ini tentang usaha, ini tentang menuruti perintah Allah Subhanallah wata'ala, dan yang terpenting percaya dan yakin pada-Nya.


Saya sangat merekomendasikan setiap orang untuk mencari tahu dan memahami konsep Sa-i dalam Islam, konsep ini sangat mendalam dan indah. Salah satu diantara berbagai dilema yang kita tenggelam di dalamnya adalah kita merasa putus asa saat kita tidak melihat hasil langsung/hasil yang segera pada hal yang kita lakukan. Tapi pertanyaannya adalah; apakah kamu melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu, atau untuk melihat hasil dari apa yang kamu lakukan? Karena, maaf untuk mengatakannya, tapi ini bukan tentangmu!!



Sumaya radhiyallahu anha tidak pernah melihat Madinah.



Para sahabat radhiyallahu anhum yang syahid dalam Perang Badar dan Perang uhud tidak pernah menyaksikan peristiwa Penaklukan Mekah.



Apakah itu artinya mereka gagal? Tentu saja tidak! Kita mencontoh mereka, kita memberi nama anak-anak kita dengan nama mereka, dan kita menyebut mereka radhiyallahu anhum. Karena ini tidak pernah tentang pencapaian/hasil, ini tentang usaha/perjuangan.



Saya katakan padamu: "Bagian postingan itu di storymu, repost videonya, bicarakan tentang itu di sekolahmu, dan usahakan dan berikan awareness/kesadaran sebisa mungkin tentang situasi-situasi ini (Gaza, dll) dan ketahuilah bahwa jika kamu mati saat sedang berusaha, kamu mati dalam keadaan sukses."

 

***

 

Terakhir, penutup. Teruntuk setiap orang yang sering putus asa karena merasa tak berdaya, yang merasa usahanya terlalu kecil, yang masih begitu peduli melihat berbagai kejadian dan peristiwa di dunia dan Indonesia, tapi juga ragu apa yang harus dilakukan dan sering tergilas arus dan lupa untuk konsisten dalam usaha dan dosa sekecil apapun itu di matamu/di mata orang lain. Semoga Allah memudahkan kita untuk menjadi bagian dari yang berjuang dan berusaha, sungguh lebih baik menjadi debu, pasir, yang semoga jadi adonan semen yang baik untuk membangun peradaban. We might not see the result, but Allah never ignore any effort even the smallest and the hidden one.

 

Wallahua'lam bishowab. 

Wednesday, August 27, 2025

Membaca Cerpen Orang Lain

August 27, 2025 0 Comments

Bismillah. 

 

Sudah lama rasanya tidak membaca cerpen tulisan orang lain. Entah kapan terakhir baca buku kumpulan cerpen, back then when I was in Bandung, I guess. Pernah baca sekilas juga sih di Medium, tapi kebanyakan penulisnya adalah orang-orang seumuran, jadi diksinya adalah diksi modern yang biasa aku baca di tulisan non fiksi. Lalu aku menemukan cerpen ini dari salah satu e-booknya MGN. Ini sebenarnya baru cerpen kedua dari e-book berjudul "Ilusi di Balik Ganesha 10" [1]. Jadi aku baru dikit banget bacanya, dan belum nerusin lagi, karena aku merasa perlu mengalirkan rasa setelah membaca dua cerpen dari e-book tersebut.

 

Pertama, tentang diksi-diksi baru yang aku temui di dalamnya[2]. Rasanya ingin aku catat dan cari tahu artinya. Kedua, tentang memori-memori yang muncul saat membaca 2 cerpen yang baru aku baca, nama-nama tempat di kampus itu [3] lalu aku mencoba mengingat memoriku akan tempat tersebut, plus membayangkan seperti apa tampilannya dulu, di setting waktu cerpen tersebut. Secara 2 cerpen awal di kumcer tersebut settingnya adalah masa lalu. Yang pertama bahkan saat baru hendak didesain oleh Henri Maclein Pont. Lalu yang kedua, flashback dari tahun 89-90 juga tahun 2018 untuk present-nya.

 



Oh ya, untuk cerpen yang kedua, rasa relate-nya makin tinggi mengingat Hari Kemerdekaan RI ke-80 masih hangat, ditambah begitu banyak isu politik dan sosial yang membuat rakyat melaksanakan demo ke gedung DPR RI tanggal 25 Agustus kemarin. Begitu banyak emosi bercampur, amarah, sedih, kecewa, sebel, dll, dst. Kecintaan rakyat terhadap Indonesia masih jelas tertanam, melihat keramaian perayaan kemerdekaan. Termasuk mereka yang dulu menyuarakan #kaburajadulu, aku yakin yang membuat mereka kabur bukan Indonesia, tapi tikus-tikus politik yang hari demi hari menggerogoti keadilan sosial di Indonesia.

 

Dari baca cerpen tersebut, aku baru sadar betapa aku kurang literasi, ada begitu banyak hal baru di luar hal-hal yang menjadi minat bagi kita, yang mungkin bisa kita tahu kalau kita membaca cerpen orang lain. Cerpen yang nggak melulu bahas topik-topik klise. Padahal yang baru aku baca ini, dari member MGN. Pasti akan lebih banyak hal yang bisa kupelajari kalau aku membaca dari penulis cerpen yang kiprah menulisnya lebih lama. Cerpen-cerpen lama, yang sengaja ditulis dan difiksikan, karena dulu jika ditulis dalam bentuk non-fiksi, penulisnya mungkin akan diincar dan dibungkam. 

 

Intinya, mari membaca lebih banyak buku, termasuk cerpen. Sometimes we need to read outside of our interest to open our mind to a new world we might never dive in.

 

Wallahua'lam. 

 

Keterangan:

[1] E-Book Ilusi di Balik Ganesha 10 - mamahgajahngeblog.com 

[2] Pinggala = apricot, petani gurem, nila kandi = royal blue, stepanut = nama bunga orange yang biasa mekar di sekitar labtek kembar

 


[3] Aula Barat-Timur, Plaza Widyatama, Ex-GSG, Kolam Indonesia Tenggelam, Selasar Labtek V, Boulevard, Koridor "tembok ratapan" gedung FMIPA, Taman Ganesha

 

[4] hidden notes hehe. Menulis ini sembari secara imaginasi meng-pukpuk diri. It's okay to be nostalgic, and it's okay to remember it all. Bukan berarti belum move on. Cuma bentuk tanda bahwa kamu manusia, yang suka mengenang masa lalu. Cuma bentuk tanda, bahwa dalam waktu kurang dari sewindu itu, ada begitu banyak memori baik yang membuatmu tersenyum mengingatnya. 

Tuesday, August 26, 2025

New Leaf New Address

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Seperti rencana yang sebelumnya pernah aku tulis di Belajar Bahasa dengan AI, Yeay or Nay? Aku ingin mencatat dan mempublikasikan proses belajar bahasaku dengan AI Translator di blog. Nah, karena itu aku jadi buka lagi blog New Leaf. Ada yang masih ingat sama blog New Leaf? Singkat cerita New Leaf adalah blog baru yang kubuat untuk mencatat frase bahasa inggris dan artinya, disajikan dalam artikel, gak cuma arti, tapi juga sedikit ditambah penjelasan, dan kadang ada tambahan opini juga. Yang mau baca tulisan-tulisannya, baca di versi Publikasi Medium-nya saja ya.

 

Baca di: https://medium.com/new-leaf 

 

Sebenarnya awal dibuat karena aku ingin naik level, pengen buat blog yang dimonetisasi. Tapi blog itu mandeg di tahun 2021. Sempat aku ganti domain yang tadinya akardaunranting.blogspot.com jadi artidanmaknakata, cuma untuk diganti balik jadi domain awalnya, karena statistiknya jadi kacau. Secara di google masih akardaunranting yang ke index. 

 

Dan karena memang sekarang udah pindah topik, dari bahasa frase bahasa inggris dan makna, ganti jadi catatan belajar bahasa dengan AI. Otomatis alamatnya pindah lagi. Nama blognya masih tetep New Leaf sih, males aja ganti logo dll hehe. Tapi alamatnya pindah ke belajarbahasadenganai. Tulisan lama rencana masih tetap aku biarin ada di sana. Tampilan juga kayanya gak perlu diganti banyak, kecuali nanti ada beberapa page yang harus aku edit, page Tentang New Leaf, archive, dan daftar isi disusun berdasarkan abjad.

 

Anyway, bukan itu alasanku menulis ini. Jadi, karena buka blog New Leaf lagi, aku jadi baca satu-satunya komentar di blog tersebut, tahun 2021, di post sama unknown. Sebuah komentar pendek apresiasi gitu. Dan di akhir komentarnya, ia menuliskan frase good real, sebuah frase baru untukku. Dulu kayanya aku gak terlalu merhatiin, tapi kemarin, aku jadi penasaran dan cari penjelasan arti frase tersebut.

 


 

Membaca penjelasan tersebut, gatau kenapa jadi ngerasa terharu. Siapapun itu, meski mungkin yang dimaksud ya cuma good real basa-basi aja, semacam ucapan good job! Tapi karena aku tipe yang sangat menyukai makna, dan baca penjelasan dari good real, aku jadi terharu sendiri hehe. Itulah keindahan bahasa, kalau kita tahu frase-frase yang sedikit lebih gak familiar, kita tuh jadi lebih kaya rasa dan makna. 

 

Intinya, meski new leaf cuma aktif sebentar, dan mungkin akan ganti konten, tapi saat teringat bahwa minimal ada satu orang yang bisa merasakan both good and genuine from post in New Leaf, I feel content. Karena itulah salah satu hal yang menggerakkan penulis untuk menulis. Berusaha untuk memberikan manfaat meski sedikit.

  

Sekian. Doakan semoga aku bisa istiqomah menulis hal-hal yang bermanfaat buat diri dan orang lain ya!

Open Letter in Slowly

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Bulan Juni kemarin, saat aku mulai mengaktifkan lagi pakai aplikasi Slowly, dan menyelesaikan hutang balas surat 1 tahun yang lalu, aku menemukan ada fasilitas baru yang ada di Slowly, yaitu Open Letter.

 

Open Letter, seperti namanya adalah surat terbuka. Surat yang bisa dibaca banyak orang, tanpa harus masuk ke inbox seseorang. Dan seperti namanya, open letter benar-benar membuka peluang untuk mendapatkan teman di Slowly yang sama-sama punya keinginan untuk terhubung, entah karena topik/pertanyaan yang ditulis di surat terbuka tersebut, atau karena hal lain. Membaca banyak Open letter di Slowly sekarang ibarat blogwalking[1], aku bisa belajar mengenal orang-orang baru lewat surat tersebut, meski sayangnya cuma satu surat. Kalau mau baca lebih banyak surat, kita harus memberikan balasan dulu ke surat terbuka tersebut.

 

 

Sejak awal daftar Slowly, aku ingin cari temen yang bisa diajak sharing tentang buku/menulis. Ini template suratku, waktu dulu aku masih pakai fasilitas profil di Slowly.

 

Hi! I'm Blue.. Do you read books? If you do, what is your recent favorite book? Tell me is it about? And what is the lesson learn or memorable things from that book? If you don't, what do you usually do in your spare time, other than youtube, and social media? Do you have a hobby? I'll be waiting for your reply. Have a nice day~ 

 

Tapi ya gitu, meski di profil topic nulisnya interested in literacy/book, jarang yang share tentang buku. Lanjut ke automatch, ini aku pakai untuk latihan bahasa asing, topik mental health, dan topik traveling. Tapi hasilnya terlalu bagus juga, ya ada sih yang balas, tapi dikit, trus udah aja.

 

Setelah baca open letter beberapa kali, aku akhirnya memberanikan diri membuat Open Letterku. Kali ini, bukan tentang buku sih, tapi aku cari temen nulis. Open Letter ini kutulis tgl 3 Juli yang lalu. Meski pas nulis, aplikasi Slowly banyak meminta kita untuk nulis Open Letter yang panjang, aku sebisa mungkin ingin membuat surat terbuka yang singkat, tapi tetap menarik. Kenapa? Karena pengalaman sebelumnya, ada banyak open letter yang aku skimming dan males baca hanya karena sekilas tahu bahwa tulisan ini panjang *mental block. Setelah open letter-nya kupublikasi, tebak berapa banyak balasan yang aku dapat? 7/8 surat kalau gak salah. Bagiku ini keberhasilan banget! Dari open letter ini, aku jadi nulis cerpen bahasa inggris, nyoba terjemahin puisiku dan belajar diksi-diksi puitis bahasa inggris, juga jadi tahu tentang haiku.

 

Oh ya, yang penasaran sama open letternya, bisa baca di bawah ini.

 

 

 

Terbaca kah? Maaf ya karena sharenya lewat SS dari hp, karena fasilitas Open Letter Slowly saat ini cuma bisa dibuka di aplikasinya, di versi web-nya masih belum tersedia. Gimana setelah baca, tertarik untuk kirim balasan suratnya gak? Kalau tertarik, boleh banget add id slowly-ku N7Z2QX

 



***



Dari 7/8 surat yang masuk, ada yang udah gak terhubung lagi sih. Tapi ada juga yang masih terhubung. Tapi aku sudah biasa saja dengan fenomena itu. Aku pribadi gak mencari teman yang kirim-mengirim surat sampai lama, bagiku mengenal orang asing, dan saling bertukar surat satu kali saja, itu sudah lebih dari cukup. Cukup untukku mengisi energi sosialku. My extrovert side is still there, though my introvert side somehow "filter" many people. Lucu sebenarnya mengenali diri yang E/I-nya gak stabil. Aku masih enjoy buka Slowly tiap hari (dan ini sekarang bisa dimunculin last seen-nya), tapi untuk balas surat, aku tetap saja memilih untuk menunda dan menunggu mood yang tepat, sifat E baru bisa muncul saat I sedang tidak low batt. Kalau sedang low battery, lebih baik fokus input aja. Semoga sih inputnya yang bermanfaat dan bergizi ya. Bukan sekedar distraksi dan junk information.



Sekian. Kututup tulisan ini dengan ajakan menulis, jika kamu membuat surat terbuka/open letter, apa yang akan kau tulis? Share open lettermu di blog/medium, dan bagikan linknya di komentar yaa~
 
Bye5!
 
Wallahua'lam. 
 
 
*** 



PS:

[1] aku masih blogwalking, baca-baca tulisan di medium. Tapi entah kenapa membaca tulisan medium itu feelnya beda kaya blogwalking di blog (blogger, wordpress, tumblr). Mungkin karena di medium, lebih banyak yang nulisnya artikel, jadi sedikit kurang personal (ada sih yang banyak bercerita tentang diri juga, tapi tidak banyak). Jadi rasanya bukan kaya mengenal orangnya, lebih ke mengenal ide/opininya. Padahal salah satu hal yang aku suka dari blogwalking adalah mengenal dan mengamati orang lain secara personal dari jauh. Seperti membuka lembar jurnal/diary yang terbuka. Dari situ aku belajar untuk memahami kesulitan dan caranya menyelesaikan masalah. Dari situ aku belajar untuk melihat sisi lain dari orang tersebut, yang tidak ia tampakkan di media sosial. Begitu. Tapi blogwalking di Medium tetap asik sih, meski untuk rutin melakukannya masih perlu effort lebih, karena kebiasaan buruk diri lebih prefer scroll sosmed >< astaghfirullah. Anyway, mari tetap semangat menulis, entah itu blog/surat. Juga sempatkan blogwalking, untuk membuka wawasan dan POV kita lebih lebar. 

Saturday, August 16, 2025

Introver Tapi Butuh Komunitas dan Pengen Cari Temen

August 16, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* Tulisan ini semata hanya curahan hati saja, jadi kalau yang mengharap dapat manfaat, mungkin bisa cek tulisan lain aja hehe.

 

***

 

Beberapa waktu ini, setelah sekian lama begitu nyaman dalam selimut introver, termasuk keluar dari komunitas-komunitas lama karena futur sih >< aku merasakan aku harus keluar selimut dan pakai jas extrover lagi. Pengen banget cari komunitas dan temen untuk banyak hal. Untuk belajar quran, untuk olahraga, untuk baca, untuk nulis dll. Ada gak yang kaya aku, introver sih, tapi butuh juga energi dari interaksi dengan orang banyak. Kalau sendiri, rasanya aku stuck dan gak maju-maju. Mungkinkah ini karena aku introver yang tumbuh dan besar dengan banyak kegiatan organisasi dan komunitas, dulu kalau nemu yang klop cerewetnya ampun ><. Lalu masuk usia kepala tiga, lebih banyak di rumah, gak bisa aktif di grup-grup wa, karena banyak overthink dan nyaman diem dan nyimak haha. Untuk komunikasi dan cari obrolan banyak topik, solusinya udah dapet nih dari penpal Slowly. Gak cari yang long term, gak naruh ekspektasi banyak hal, balesnya boleh lama, gak kaya messenger chat, yang kalau udah seen, gak bales, rasa bersalahnya nempel meski balesnya tetep lama entah berapa jam setelah dibaca. Tapi aku gak cuma butuh person per person, aku butuh komunitas untuk hobi dan passion aku.

 

Circle Belajar Quran 

 

Pertama butuh circle belajar quran. Pengennya yang komplit, yang kaya guidelight project, Ya Allah cari dimana ya... pengen request ke panitia, tapi ngerasa bersalah, karena aku paham guidelight udah bagus banget punya proker offline DTQ, Quran Camp, dll yang itu udah bagus dan cocok sama panitia yang mungkin memang prefer agenda offline. Sebenarnya aku pun gak bisa janji kalau ada guidelight project bisa jadi peserta yang baik, karena kan udah gak se-free dulu pas masih single ya. Tapi beneran butuh minimal kaya mentoring di guidelight project, pengen dapet temen yang sevisi, kangen banget sama temen-temen Maryam, Sakiina dan We are All Maryam. Pengen ngajakin mereka, tapi banyak overthinking, takutnya udah ngajakin, eh nanti pas pelaksanaannya malah aku yang ngilang-ngilang entah karena futur atau karena masuk ke selimut introver lagi. Apalagi memang tantangan kegiatan online tuh gitu. Aku inget momen yang mirip, cari temen simak, udah dapet tuh, trus saling chat, janjian-janjian, sampai berkali-kali gak sempet sama sekali satu call pun. Guilty? Yes, I'm guilty. Aku udah hampir selalu slow respond di wa. Kecuali kalau ada temen/grup yang call, itu kemungkinan di noticenya ada. Selain itu, semua notifikasi mati. bahkan telpon aja kadang suka gak muncul notif di layar, cuma muncul pas aku buka wa aja. My bad, karena pernah ngutak-atik notif wa, jadi deh wa-ku anomali. harus nyalain getar dan sound notif dulu, biar kalau ada telpon di wa bunyi dan geter meski ga ada notif muncul. Anyway ini satu.

 

Oh ya, sebenernya untuk circle belajar quran ada Ngafal Ngefeel juga, tapi ini seleksinya berat. Kemarin coba jalur Alumni, gak diterima dong. Salah strategi, harusnya mah daftar jalur komunitas aja yang probabilitas keterimanya lebih tinggi. I don't mind paying a price for joining a batch in Ngafal Ngefeel, apalagi kemarin batch pertama Surat Maryam, kapan lagi momen bisa recall pelajaran dan hafalan surat Maryam? Anyway, penyesalan gak mengubah apapun. Qadarullah, mungkin emang aku harus belajar mandiri dulu dan ngumpulin lagi niat dan azam. Oh ya, sebenarnya Ngafal Ngefeel sedian opsi NN App, dan NB surat lain, lumayan buat yang butuh bacaan tadabbur surat Al Quran dan biar bisa lebih dekat dengan bacaan quran kita. Tapi untukku sementara itu bukan kebutuhanku, karena kalau sekedar materi dan tadabbur, I prefer listening to english lecture from ustadz. Tapi emang itu udah dilakuin? Udah dijadwal dan gak cuma denger setengah hati, tapi juga dicatet dan dibuat plannya? TT Astaghfirullah. 

 

Satu lagi circle quran yang aku sia-siain karena kebodohan diri. RSC, have I ever write about it here? RSC itu akronim dari Rahmah Study Club. Udah gabung batch 6, alhamdulillah lulus sesi Matrikulasinya (tadabbur Al Fatihah), sedihnya pas pelajaran berikutnya, pas mengkaji kitab "Adab dan Kiat dalam Menggapai Ilmu" aku gugur TT. Udah bilang ke pengurusnya cuti, tapi sampai saat ini belum berani muncul dan aktif lagi. Season 7 udah lewat, aku masih stuck di kitab yang sama. Belum mulai baca lagi, belum mulai buat resume lagi. Maybe I should start from that before imagining looking for another quran study circle. Oh ya, menulis ini mengingatkanku pada Qaf. Apa kabar teteh-teteh Qaf? Kangeen.

 

Komunitas Diskusi Buku 

 

Grup WhatsApp untuk mendukung kebiasaan baca alhamdulillah masih jalan. Tinggal tempat diskusinya nih yang belum ada. Kemarin setelah overthinking dan ketik balesan bahasan grup aksara 7 agustus, akhirnya kekirim dong, karena gak sengaja. Padahal niatnya dibiarin disitu buat nanti di SS dan dijadiin bahan buat nulis di blog ini tentang betapa overthinking diriku dan betapa aku benar-benar jadi introver di whatsapp. Aku inget banget, saking gak sengajanya, selain post balesan, aku juga sampai ganti settingan advanced chat privacy ke kontak salah satu anggota di sana.

 

Anyway, alhasil muncul di grup, akhirnya ditanya kabar, dan curhat kalau diskusi sama buku sekarang sama AI, padahal butuh komunitas literasi kaya Aksara. Dan seperti dugaanku, ada respon yang mengingatkan, barangkali itu tanda aku yang harus memulai komunitasnya. Menulis ini jadi inget Teh Risma yang dulu pernah sukses bikin komunitas Kendal Membaca paska lulus. What an amazing examples. Beda banget sama aku yang masih memilih meringkuk di dalam cangkang keongku.

 

Oh ya tentang memulai komunitas literasi di Purwokerto, sebenarnya Allah udah kasih jalan sih, tinggal aku mau maju apa gak. Jadi gini ceritanya... di FYP IG muncul lah reel tentang taman literasi purwokerto. Sebenarnya bukan info baru, secara taman itu dekat dari rumah dan tiap lewat aku selalu kepikiran untuk kesana, tapi baru banyak mikir doang, aksinya masih nol. Nah dari reel itu, ada komen yang ngajakin baca bareng atau apa gitu. Trus aku dm deh yang komen tersebut, dan kita terhubung. Aku iseng ngajuin ketemuan pekan itu juga, sabtu dari jam 2 aku kosong dan bisa ketemu. Singkat cerita udah ketemu, lalu waktu berjalan, udah hampir sebulan sejak kami ketemu. Harusnya bisa sih aku ajak lagi ketemuan, bikin rencana dulu, enaknya waktunya kapan, jam berapa agendanya gimana, nanti kita bisa coba bikin poster, atau minimal ngajakin temen yang kenal dulu lah. It's not a hard thing to do, kan udah pengalaman banyak organisasi dan kepanitiaan ya? Hehe. Minimal yang niat buat komunitas literasi udah ada dua, me and her. Doain ya, semoga dengan menuliskan ini niatku makin kuat, begitu pula azzam, dengan begitu nanti langkah pertamanya jadi lebih mantap. Kalau ada yang tanya emang niat sama azzam bedanya apa, coba cek tulisan lama ini: Tempat Persinggahan. Ceritanya ini aku masih di fase al-yaqzhah, belum pindah ke azzam jadi belum mulai melangkah kecuali yang sudah ditakdirkan Allah sebulan yang lalu, ketemu temen yang punya niat sama. Lanjut terakhir komunitas lain yang aku cari.

 

Komunitas Newbie Nulis Buku Solo 

 

Ya Allah nulisnya aja udah malu. Ini niat nulis buku udah berapa kali digalauin di blog ini sejak 2012, kapan actioannya? TT Alhamdulillah antologi yang lewat KMO udah satu. E-book antologi-nya udah. E-book kumcer solo, udah juga, mudah karena tinggal kompilasi aja, tanpa harus ada kesamaan tema dan gak harus ditolak penerbit karena cerpennya tak layak publish haha. Alhamdulillah ada pembaca juga meski satu, dan aku inget banget beberapa feedback dari anggota KMO yang aku PJ-in, terharu pas beberapa kali dia bikin story dan mention ig-ku, pas baca ebook Selembar Roti dan juga e-book Racikan Rasa yang sekarang udah aku unpublish, tapi ternyata dia udah save dan download. 

 

Draft outline dll sebenarnya udah ada. tinggal disiplin buat nulis dan ngedit aja. Tapi aku masih kalah dengan perasaan "insecure" "undeserve" dan segala hal negatif lain yang membuatku lebih nyaman nulis di blog aja, dan puas dengan membagikan nukil buku, kutipan dan insight dari buku yang kubaca. I mean, lebih baik mereka membaca buku orang lain daripada draft buku-ku yang makin hari makin mengerdil, dan niatku nulis buku yang hampir kering kerontang dan mati. Gak mati sih, cuma makin dalem aja tapi gak tumbuh-tumbuh karena belum ada aksinya lagi.

 

Ya, dan di sini, aku mengulang lagi keluhanku mencari kondisi ideal cari temen atau komunitas buat bisa jadi support system yang bisa ngingetin untuk tiap hari atau minimal tiap pekan ada progress di draft yang gak beres-beres itu. Ayo Bell!! Wake up!! Bukannya udah ada list-list penerbit targetmu? Dan kalaupun masih minder, kan bisa self-publish, cetak dikit aja, dan promosi ke orang-orang terdekat aja hehe. Tapi apa yang mau diterbitin kalau draftnya aja gak beres-beres sjahbfbgfhiasbhcbdjsnbvk kandkjBvj nL. I know, I feel frustated to myself also.

 

***

 

Sekian curhatan dini hari ini. Di post, untuk mungkin aku balikin lagi ke draft. Atau akan tetap di sini, karena aku sedang fase extrovert.

 

Oh ya, introver butuh komunitas dan pengen cari temen itu wajar dan hal yang baik. Karena memang banyak juga introver yang aktif dan bahkan jadi pengurus di organisasi dan komunitas. Bedanya cuma mungkin lebih nyaman di divisi yang banyak kerja sendiri dan sedikit interaksi dengan orang lain. Kalaupun interaksi juga aman-aman aja, asalkan tahu kapan harus off dan mengisi kembali energi dengan our precious solitude time. Gak hibernasi seperti beruang di musim panas juga. Masih menjalani hari-hari biasa, berinteraksi dengan keluarga dan orang terdekat hanya saja, lebih banyak diam tapi sekaligus berbincang dengan diri.

 

Barangkali ada yang baca sampai sini, mari lupakan hal-hal gak penting di atas, hadiahku untukmu, sebuah kutipan dari e-book kumpulan puisi Words - Wiwin Hartini, CV Garuda Mas Sejahtera.

 


 This also,

 

"What come will leave
It's the nature of life.


What make you happy will make you sad
They are couple you can't separate


What make you smile will make you cry
It's the nature of emotions.


What you get will disappear
It's the nature of time.


What you visit, you will leave
It's the law of moving on.


What you pray for will come
It's the truth if you believe.


What you work for will give back
It's the nature of reaction.


What you think, will matter
In your world and the world you see."


- Wiwin Hartini dalam bukunya yang berjudul Words 

 

Wallahua'lam bishowab.