-muhasabah diri-
Dan senyumnya mengembang, tak begitu lebar memang. Tapi begitu
mengena di hati. Aku hanya melihat dari kejauhan, ia yang berjalan dengan kruk,
seorang yang lebih muda tampak mengikutinya. Ia berjalan berlawanan arah
denganku, di lehernya terpasang alat unik –entahlah-, mungkin untuk menerima
sinyal-sinyal dari syarafnya. Tapi senyumnya.. senyum itu jelas keluar dari
hatinya, karena somehow.. aku tak bisa menolak untuk balik tersenyum kepadanya.
Dan senyum itu.. somehow seperti menggedor pintu hatiku. Ini
tentang rasa syukur, yang terlukis begitu indah lewat senyumnya. Dan tentang
rasa syukur, yang kuabaikan begitu saja.. padahal ada banyak nikmat Allah yang
kucoba tuk dustai.
Dan senyum itu.. menghentakku keras. Bahwa ia yang menerima
segala takdir dari Allah dengan ikhlas, senyumnya tak hanya lukiskan ketenangan
jiwa, tapi juga membuat yang lain ikut merasakan betapa bahagianya ia.
Mengapa kulihat engkau begitu muram Bella? Tersenyumlah..
seperti yang dilakukan pria dengan kruk yang kau temui di depan gedung
matematika ITB. Ya :)
Seperti itu..
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya