Follow Me

Sunday, August 18, 2013

Tentang Foto Bersama "Dia" (2)

-muhasabah diri-

Bismillah...
Katakanlah kebenaran, meski itu pahit. Tuliskanlah kebenaran, meski itu pahit.
Kau tidak boleh menutupinya hanya karena kau pernah melakukan kesalahan itu.
Setidaknya... Semoga mereka tak melakukan kesalahan yang sama denganmu.
-kirei-
***

Ijinkan diri menulis tentang ini, tentang foto dengan ia yang bukan mahram kita.

Ditulis, agar tidak ada yang mengulangi kesalahanku.

Ditulis, agar diri lebih berhati-hati lagi, tidak sembarang berfoto dengan "dia".
***

Osjur, atau kegiatan kaderisasi unit, mungkin pernah mewajibkan kita untuk berkenalan dengan anggota lain, kemudian lantas berfoto berdua.

Adakah yang merasa tidak suka jika harus berfoto berdua dengan dia yang bukan mahram kita (baca: laki-laki asing, bukan saudara dan keluarga)? Mungkin pernah ada, yang merasa tidak sreg ?dan keberatan. Tapi akhirnya, terpaksa melakukan hal tersebut?

Kalian mungkin tidak percaya. Tapi sungguh, yang merasakan ketidaknyamanan karena disuruh berfoto berdua dengan laki-laki "asing", ternyata bukan hanya mereka yang berkerudung besar saja. Tapi juga, mereka yang bahkan belum pakai kerudung. Aku sendiri sejujurnya saat itu merasa tertampar sekaligus senang, karena ternyata mayoritas cewek angkatanku, merasakan hal ini. Tidak suka, tidak nyaman, harus foto berdua dengan mereka yang bukan mahram kita.

***

2 Kasus. Serupa tapi tak sama :
Kasus 1. Cewek, foto sama non mahram. Padahal bkn berdua aja. Nah. Si cowok itu, suka sama cewek tadi. Jadi deh, foto tersebut dijadiin cover di Facebook. Rrrrrr.

Kasus 2. cewek, foto sama non-mahram. Ini foto berdua ala osjur. Dan si cewek suka sama cowok tersebut. Dijadiin cover di Facebook. Rr...
Bahaya banget cuy! Bisa jadi fitnah. *ada yang merasa ini tidak berbahaya?

***

Jujur, aku pribadi nggak cuma mempermasalahkan foto berdua, tapi juga foto rame-rame.

  1. Ikhtilat. Kya. Hiks.hiks.
  1. Kalopun bebas dari ikhtilat, berjarak misalnya. Atau pake hijab, hehe.

Pertanyaannya. Untuk apa? Sekedar narsis kah?

Hm. Bukankah di islam seharusnya tidak ada interaksi antara ikhwan-akhwat? Kecuali untuk hal-hal yang diperbolehkan (jual-beli, menuntut ilmu, dkk)?

Jadi untuk apa? Sekedar nafsu narsisme? Untuk mengenang? Eh. Boleh gitu?

Jika Allah memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan kepada non-mahram dan segala hal yang diharamkannya. Coba pikir deh, berfoto bersama, lalu apa selanjutnya? Takutkah kita, bahwa akan ada peluang-peluang lebih untuk tidak menahan pandangan kita? Ya.. Nggak ketemu langsung sih, tapi lewat foto.

Ups. Lantas tanpa sengaja, atau sengaja, wallahua'lam. Memperhatikan detail para ikhwan, pose mereka, senyum mereka, baju mereka, serrr..

Atau untuk para ikhwan. Lantas tanpa sengaja, atau sengaja, wallahua'lam. Memperhatikan detail para akhwat, pose mereka, senyum mereka, jilbab mereka, serrr..

Dan itu kalo sekali. Kalau berkali-kali? Ahhh... Apa bukan jadi zina mata? Bukankah yang diperbolehkan Allah itu pandangan pertama yang tidak disengaja?

Jadii?? Hm... Penulis tidak hendak berfatwa. Siapa pula penulis? Masih cetek bgt ilmu-nya. Mungkin pendapat tsb terkesan ekstrem bgt. Islam garis keras, kalo istilah temanku.'

Tapi coba deh, kembali bertanya pada hati kecil kita? Juga menimbangan dengan akal kita. Lebih banyak mana? Manfaat atau mudhorot?

***

Penulis juga masih jauh dari harapan hati. Jujur, pendapat boleh iya, seperti yang ditulis di atas. Pelaksanaannya? Hiks. Penulis masih jauh dari itu. Masih suka tergoda untuk narsis. Mau saja, atau malah senang, foto dengan dia yg bukan mahram asal tidak berdua. Rrr. Lupa. Kalau ada izzah dan iffah yang harus dijaga. Lupa. Kalau bisa jadi, foto tsb membawa lebih banyak mudhorot ketimbang manfaat.

Yuk ah! Pikir tiga sampai ribuan kali untuk foto bersama "dia", meski tidak berduaan. Kalau nggak urgen bgt. Nggak usah deh. Mending jadi fotografer aja kali yaa. Hehe
Jadi, kalau diajak foto bareng "dia" meski "dia" Cuma satu biji, sedangkan ceweknya bejibun. Tetep aja. Pikir 3 sampai ribuan kali.

Minimal 3 kali mikirnya. Hehe. 
"apakah ini urgen?"
"manfaat apa yg didapet dari foto ini?"
"mudhorot apa yang didapet dari foto ini?"
"lebih besar mana?"
"jika memang lebih besar manfaat, apakah bisa jaga hati dan mata?"
"yakin urgen? Bukan sekedar ego diri ingin narsis dan ngeksis?"
***
Psst.. Kita masih bisa bernarsis-narsis ria kok. Dengan mereka yang mahram kita. Dengan saudari kita (*baca : saudara kalau kamu laki-laki). Dan untuk perempuan, ada catatan tambahan : Asal jgn disebar di dunia maya saja. masih bisa kok. Jadi tenang.. Masih akan ada acara foto-foto. hehe

Pssst.. Untuk masalah osjur, saya dapet ide solusi dari adik junior. Caranya gampang. Fotonya nggak usah berdua, sendiri-sendiri aja, tapi pake gaya yang mirip. Misal, kamu dan dia, sama-sama pegang penggaris. Atau sama-sama pegang buku, atau sama-sama kasih jempol, dll. Kreatif-kreatif kamu deh. Trus waktu ngumpulin, pasang aja dua foto tadi sebelahan, done. In syaa Allah, kalo misal ditanyain sama senior, dan kamu jelaskan baik-baik prinsip kamu. Panitia pasti ngerti kok.

Kalopun nggak bisa ngerti, mereka tetep nggak bisa maksa kamu. Kalopun mereka maksa, kamu tinggal ancam aja mau keluar dari osjur. Kalopun mereka mempersilahkan kamu keluar dari osjur, yaudah alhamdulillah. Kamu manusia merdeka! Seperti Bilal, yang dengan bangga berteriak "Ahad", meski mereka menyiksa bilal. Bedanya, panitia nggak bisa nyiksa kamu, ini bukan masa perbudakan. Hehe.

Hahay. Oh ya, deskripsinya rada lebay. Maaf. Hehe. Yang bener gini. 
Panitia pasti ngerti kok. Mereka kan baik-baik (kecuali yg ga baik). Kalopun nggak bisa ngerti, yuk mari doakan mereka. Ya Allah, maafkanlah mereka, mereka belum mengerti. Lalu doakan agar mereka dapet hidayah. Aamiin.^^ 

***

Allahua'lam.

**Allah, ijinkan kutulis di sini. Meski Kau Maha Tahu kegelisahanku saat ini. Allah, ijinkan kutulis di sini. Karena sungguh, aku tak ingin menyembunyikan kebenaran. Meski aku tahu, untuk saat ini.. sulit bagiku untuk istiqomah. Aku. Selemah-lemah iman? Yes maybe it is. Hiks.
 
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.
(Riwayat Muslim)

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya