Bismillah...
kalimat tadi, memercik rasa sensi, hingga akhirnya membuatku memutuskan untuk menuliskannya di sini.
***
Alkisah, di sebuah jejaring sosial. Seseorang membuat sebuah posting. Aku, jelas sekali membaca di awal paragrafnya, ia memberi salam : Assalamu'alaikum. Kemudian satu dua informasi ia paparkan. Dan diakhir dia menuliskan, agar tidak ada yang like/comment di posting-an tersebut.
Aku yang membaca jadi geram. Rr.. tidakkah ia tahu, bahwa salam itu wajib di jawab? Kalau memang tidak mau di comment/dilike. Silahkan di edit. Ucapan "Bismillah", kiranya cukup untuk menggantikan salam. Hm. Dasar miss Sensi.
***
Tentang salam di sebuah tulisan. Aku pernah bertanya tentang ini. Dan jawabnya, harus ada yang menjawab, meski hanya satu orang. Karena menjawab salam dari saudara muslim itu hukumnya wajib.
Saat mendengar itu, jujur.. aku langsung takut. Mengingat, seringkali... aku lupa menjawab salam dari seseorang yg mengirim pesan padaku. Somehow, aku seringkali refleks menanggapi isinya, tanpa mengingat, bahwa seseorang yang mengirim pesan tadi, salamnya harus aku jawab. Hiks.
Sejak saat itu, aku pribadi lebih prefer tidak memberikan salam via tulisan. Memang salam adalah doa. Dan wajar, jika kita ingin mendoakan ia yang membaca tulisan kita, doakan saja dalam hati. hehe
Tebarlah salam ketika bertemu wajah. Tapi untuk tulisan? Boleh kok. Tapi bagiku, mungkin lebih baik jika bismillah saja.
***
Terakhir. Untuk diri, yuk ah. Jangan terlalu sensitif. Aku tahu, ada banyak sekali hal yang membuatmu mengerutkan dahi, lantas ingin angkat suara. Untuk diri, yuk ah. Jangan terlalu sensitif. Aku tahu, kamu punya hati. Peka tak apa. Hanya saja, jangan membesar-besarkan masalah..
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya