Follow Me

Saturday, July 15, 2017

Fake or Sincere Care?

Bismillah.

#random #gakpenting

Ada saat-saat dimana saya trenyuh ketika orang lain bertanya kabar, kemudian memintaku untuk jaga kesehatan. Tapi tak jarang juga... aku mengeras, gak ada efek apapun ketika orang lain bertanya kabar. Seolah pertanyaan itu cuma basa-basi. Kosong, cuma pengantar sebelum inti percakapan yang sebenarnya.


Tapi yang lebih aneh lagi.. ketika ada yang bertanya, dijawab, lalu selesai. Hm.. Maksudnya apa coba? Ingin aku balik berkicau, tentang pertanyaan yang salah. Salah.. bukan itu pertanyaan tepat untukku. Kalau kamu bertanya seperti itu.. kamu ga akan dapat jawaban yang kamu inginkan. Tapi keinginan itu segera hangus. Ya, ga mungkin tersampaikan, karena aku merasa tidak perlu, dan kamu juga sedang sibuk dengan urusanmu sendiri.

Lalu aku jadi diingatkan. Ah.. sepertinya aku tahu mengapa pernah kamu menuliskan itu. Bahwa kepedulian orang lain terhadap kita itu "fake", karena memang.. sepeduli-pedulinya orang lain, kenyataannya lebih banyak mereka ga peduli. Hm.. gimana jelasinnya ya. Karena setiap orang punya banyak urusan, pikiran dan kesibukan, pasti cuma sedikit dari waktunya, yang mau direlakan untuk peduli ke orang lain.

Sebenarnya kata "fake" agak-agak kasar. Karena kita ga pernah bisa tahu apa yang ada di hati orang. Apakah itu tulus atau fake, itu kita ga tahu, cuma Allah yang tahu. Oh ya, ini ga termasuk orang tua ya. Aku pribadi percaya, kepedulian orang tua ke anaknya selalu tulus. In syaa Allah.

Karena fakta ini.. aku jadi salut kepada Rasulullah. Rasulullah juga manusia, bukan malaikat. Tapi Rasulullah istimewa karena berbeda dari kebanyakan manusia. Saat manusia kebanyakan hanya memikirkan diri sendiri, Rasulullah justru lebih banyak memikirkan orang lain, memikirkan ummatnya. Bahkan sampai akhir hayatnya.

Pertanyaannya, apakah ketika mengetahui betapa Rasulullah hebat, sampai Allah mengajak manusia untuk bershalawat kepada Rasulullah. Sekedar mengetahui itu, apakah cukup? Udah? Iya ya.. Rasulullah memang manusia terkeren yang aku tahu. Sudah? Segitu aja? Sampai di lisan aja?

Apakah kita aku ga ada bedanya dengan ahli kitab, yang tahu bahkan yakin bahwa Rasulullah adalah nabi terakhir, lalu cuma sampai itu? Ga mau masuk islam? Ga mau mengikuti Rasulullah? Udah? Sekedar pengetahuan aja??

***

Aku akhiri di sini. Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya