Sebelum bahas topik sesuai judul, Selamat Hari Raya Idul Adha~
Semoga ibadah kita diterima, semoga kita bisa belajar dan mengambil makna di balik ibadah haji dan berkurban. Menengok kisah hidup Nabi Ibrahim 'alaihisalam. salah satunya ini
Tulisan ini udah lama ada di kepala, cuma belum disempatkan untuk diurai dalam kata. Salah satu hasil perenunganku, tentang kegagalan.
Aku saat itu bertanya pada diri, apakah ada kegagalan yang kecil?
Aku mencoba melihat dari sudut pandang subjektif, sosok yang mengalami kegagalan. Mungkin, tidak ada kegagalan yang kecil di mata orang yang baru saja gagal. Orang lain mungkin meremehkan kegagalannya, 'ih, baru segitu doang'. Tapi tidak dengannya. Ia tahu betul, kegagalannya tidak pernah kecil di matanya. Ya, tidak ada kegagalan yang kecil, setiap orang berjuang masing-masing mengatasi kegagalan yang pernah di alaminya. Dan perjuangannya tidak mudah, karena saat itu, baginya itu bukan kegagalan kecil.
Kemudian waktu berlalu, aku kembali bertanya pada diri, apakah ada kegagalan yang besar?
Aku mulai menyadari bahwa besar-kecilnya kegagalan itu relatif. Jika kegagalan itu masih di depan mata, tentu ia nampak besar. Tapi jika kita bertemu dengan kegagalan yang lebih besar lagi, kita jadi tahu, kegagalan sebelumnya ternyata kecil. Atau ketika kita lihat orang lain yang jatuh dari 'bangunan' yang lebih tinggi, kita akhirnya malu, ternyata jatuh kita tidak seberapa.
Aku juga memikirkan, bahwa tidak ada kegagalan yang besar... kalau kegagalan itu cuma tentang apa yang terjadi di dunia. Jika masih terkait dengan hidup yang sementara, berarti kegagalan itu tidak besar.
Kegagalan yang benar-benar besar itu...
Kegagalan yang tidak hanya menyangkut hidup di dunia, tapi terus terbawa dan menyeret kita ke jurang yang lebih dalam setelah mati kelak. Kegagalan yang mengantar kita pada keabadian yang mengertikan.
Seperti kegagalan mengenali Rabb Semesta, kegagalan untuk hijrah dari dosa ke amal shalih hingga akhir hayat. kegagalan yang akibatnya tidak dapat diakhiri dengan kematian.
Kita boleh belajar dan salah dalam proses belajar. Yang mengerikan itu, kalau kita salah, kemudian berhenti belajar, dan akhir hidup kita dalam keadaan begitu.
Kalau kita tidak mengenali Allah Yang Maha Pengampun, Pengasih lagi Penyayang. Kita akan mudah putus asa, kita akan tenggelam dalam masalah sendiri, kita limbung karena tidak ada tempat bersandar.
Kalau kita tidak mengenali Rabb semesta, kita juga akan gagal mengenali diri kita sendiri. Akibatnya kita tidak tahu mengapa kita dilahirkan, apa tujuan kita diberi kehidupan di bumi ini. Lalu kita asal menerka dan memilih tergerus arus 'black hole'.
Kalau kita tidak berusaha mengenali Allah, dan memilih tidak menggunakan nikmat pendengaran, penglihatan dan hati kita..... itu baru kegagalan yang besar.
***
Tadinya, ingin kuakhiri tulisan ini dengan kutipan dari tulisan lama, bahwa setiap manusia pasti pernah gagal. Tapi... qadarullah barusan baca kutipan buya hamka, yang mungkin pas dijadikan penutup tulisan ini.
"Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil." -Buya Hamka
Terakhir, untuk siapapun yang sedang berusaha untuk bangkit dari kegagalan "besar" maupun kegagalan "kecil", semangat^^ Aku mungkin tidak bisa membantu apa pun, tapi baik aku, maupun kamu punya Allah Yang Maha Kuat. Jadi saat merasa lemah, dan payah akan kegagalan dalam hidup, mendekatlah pada-Nya. Ia akan menghibur kita, dan kita akan bisa tersenyum dan bernafas lega. Bahwa kegagalan itui.. bukan akhir. Bahwa ukuran kegagalan itu, begitu kecil, jika dibandingkan dengan kebesaran-Nya.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Laa ilaha illallahu Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamd. *masih hari tasyrik, perbanyak takbir dan dzikir, doa jugaa..
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya