Follow Me

Tuesday, January 19, 2021

Which One is Easier?

Bismillah.


Lebih mudah mana? Menyalahkan orang lain atau menyalahkan diri sendiri?


***


Pertanyaan ini sempat terlintas di otakku, saat aku mencoba berdamai dengan perasaan sensiMe.Kalau buatku hal yang pertama kulakukan biasanya menyalahkan orang lain, sebelum akhirnya merasa bersalah, dan balik menyalahkan diri sendiri. Lalu "sakit-sakit" sendiri. Karena tidak ada orang yang suka dengan perasaan bersalah.


Which one is easier? Pertanyaannya salah kali, begitu aku bermonolog pada diri. Karena bagiku, keduanya sulit. Menyalahkan orang lain kesannya mudah, tapi sebenarnya tidak. Karena kita tahu menyalahkan orang lain tidak akan mengubah apapun, bahkan akan memperburuk keadaan jika hal tersebut menjadi habit dan membentuk kebiasaan 'play victim'.


Which one is easier? Pertanyaannya salah kali, begitu aku bermonolog pada diri. Karena bagiku, keduanya sulit. Jika aku sudah sedikit bisa berpikir rasional, dan tahu tidak boleh menyalahkan orang lain. Fase selanjutnya biasanya aku menyalahkan diri, berkali-kali. Dan ini, juga tidak kalah sulitnya. Aku sudah terlalu sering melakukannya, sampai membuatku membenci diri. Rasanya, bukan orang lain yang menjatuhkanku, tapi diriku sendiri. Bukan orang lain yang mengerdilkanku, tapi aku sendiri. Intinya menyalahkan diri sendiri itu... gak baik juga.


Jadi, pilih yang mana? Aku ingin memberitahu diriku sendiri, yang mungkin suatu saat akan bertemu lagi dengan dua pilihan tersebut. Jangan pilih keduanya, ada jawaban lain. Muhasabah diri, refleksi, mengakui kesalahan, memperbaiki kesalahan. Semua itu berbeda dengan menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri membuat kita membenci diri. Sedangkan mengakui kesalahan dan memperbaikinya, adalah tangga kita untuk bertumbuh.


Ya, perasaan bersalah itu ada. Tapi jangan disiram bensin hingga membakar dirimu. Perasaan bersalah itu harus diolah agar menjadi pupuk yang membantumu bertumbuh, menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi hamba yang rajin meminta ampun padaNya. Karena nyata, bahwa manusia itu akan terus mengulang kesalahan, dan terus jatuh dalam dosa. Tapi manusia juga, bisa untuk belajar dari kesalahannya, bisa untuk bertaubat dari dosanya, karena Allah Ar Rahman.. Ar Rahiim.. Tapi jangan lupa, Allah pula, Maliki Yaumiddin.


Allahua'lam.

 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya