Follow Me

Monday, March 1, 2021

Felt Desserted (2)

Bismillah.


I've been keeping it to myself, all the negative feelings. Bahkan tidak juga menuliskannya di sini, atau di diary, atau di blog magicofrain. I've been supressing the tired, exhausted, despair, and a lot of other negative feelings. And it exploded that night, saat tiba-tiba sebuah pesan masuk memintaku mematuhi aturan, dimana aku harus pergi, dan keluar dari "rumah", "zona nyaman", sesuatu yang aku rasa jadi penguatku sembari menekan perasaan negatifku.


So the emotion bomb exploded. Dan baru pernah aku nangis sampai dua hidungku mampet. There's something wrong with my nose too manybe. But I feel panicked, cause I can only breath through my mouth, and it doesn't felt right at all.


So I stop writing, and try to control my emotion. Mencoba bernafas sembari banyak beristighfar. Trying to distract my mind, cause somehow the feeling of desserted keep the water flowing, and it makes things worst. Seketika kerasa banget nikmatinya bernafas lewat hidung. Aku googling cara mengatasi hal tersebut, mencoba melakukan beberapa diantaranya.


Emosiku sudah mereda, masih mengalir sih satu dua tetes, tapi sudah tidak seheboh saat menulis unfilter-version dari felt desserted. Hidung masih belum berfungsi dengan normal, ga bisa tidur sampai jam 2, padahal besoknya harus bangun pagi >< tapi alhamdulillah jam 2 aku sudah bisa bernafas pakai salah satu lubang hidung, mampetnya tinggal sebelah. Banyak mengingat nikmat sehat, dihitung-hitung udah lama banget aku gak flu, gak ngerasain gejala macem itu. Malem itu rasanya persis kaya orang flu, kepala pening, hidung mampet sebelah, but Allah put me to sleep, and He woke me up before shubuh too..


Rasanya... hmm.. susah jelasinnya. Tapi intinya kerasa banget curahat nikmat dari Allah. Bayangin kalau malem itu aku ga tidur, entahlah akan seperti apa kondisi fisik dan emosiku. Kalau ga tidur kan otomatis otak ga berhenti berpikir, bisa kambuh penyakit overthinkingnya. Tapi alhamdulillah Allah kasih nikmat tidur, Allah juga kasih nikmat bangun gak kesiangan. Paginya aku makan nasi sebelum shubuh dong, hehe, entah karena laper, atau memang keinget untuk jaga kesehatan, jadi pengen segera ningkatin imun. Pagi itu masih kerasa banget kondisi fisik yang ga sesehat biasanya.


Trus... pagi setelah shubuh, setelah ngelakuin beberapa hal, dan setelah memastikan kalau agenda google meet-nya di cancel, aku memutuskan untuk jalan-jalan. Berharap ketemu matahari dan itu bisa membantuku bernafas lebih lega. Dan meski pagi itu mataharinya ngumpet dibelakang awan, jalan-jalan yang cuma sebentar itu cukup untuk menghangatkan badan, dan aku juga bisa menghirup udara yang lebih segar. Berdiri di bawah pohon, dan menghirup banyak oksigen dari sana. Keinget hari-hari sebelumnya yang banyak kuhabiskan di kamar dengan sirkulasi udara yang ga baik. Sebenarnya bisa baik sirkulasinya kalau jendelanya di buka, tapi karena ada kucing yang baru melahirkan, anaknya 6, dan dia sering banget masuk lewat jendela, cari kesempatan buat mindahin anak-anaknya ke dalam rumah, jadi deh, pekan itu kamarku bener-bener sering tertutup, baik jendela maupun pintu. #gabaik #janganditiru


Banyak banget info ga penting haha. Balik lagi ke judul. I still learn to accept the decision that I have to leave. Belum pamit, cuma memutuskan mau jadi silent reader aja. Harusnya hari ini beneran "pindahan", tapi belum berkemas. Tapi realita itu harus diterima kan, jadi kupastikan bulan ini "aku resmi pindah". Tanda kutip. Karena tulisan ini bukan bicara tentang pindah secara fisik. Aku masih tinggal di rumah yang sama kok, di purwokerto, di jalan ...... nomer 67 haha, jalan yang letaknya di "belakang" pendopo alun-alun purwokerto.


Kejadian malam itu, mengingatkanku pentingnya nulis dan curhat. Maka saat ada yang japri, lalu mengajak ngobrol, *dari divisi kekeluargaan kayanya* haha, sepertinya sih begitu. Soalnya, tiba-tiba aja, japri, trus tanya-tanya. And I open myself, my feeling, how I felt desserted. How ... reactively I want to quit and go away. But I still hold on. Karena jika aku mau mengesampingkan ego dan perasaanku, dan membiarkan logika yang jalan. Aku tahu, aku cuma harus menjalaninya. And everything will be fine, it'll work out, all iz well, semacam itu. Lagian, ada begitu banyak hal baik yang kuterima, jadi ga pantes banget kalau aku ngambek dan pundung cuma karena hal itu.


Yang saat ini aku masih ragu... I'll probably will never say bye properly. Selalu begitu, gatau kenapa aku hampir tidak pernah left dari suatu grup *ups, jadi ketahuan dikit ya settingnya dimana hahaha. Anyway, I'll just secretly be there, terlupakan eksistensinya. *sedih banget nulisnya. Rasanya ingin menulis hahahaha supaya menghilangkan perasan mellow dan hiperbol di sana. Ya, sepertinya, aku akan tetap diam, I'm really good becoming silent reader. Aku masih proses adaptasi juga nerima keputusan yang rasanya dadakan itu. Nanti... when time's come, sure I'll move on.


Terakhir, untukku, terima kasih untuk ga memilih dikuasai emosi. Bahkan malam itu kau tahan jemari untuk posting tulisan unfilter. Terimakasih juga, udah berusaha untuk bertahan, meski hempasan ombak membuatmu berkali-kali tenggelam. You've done well. You've worked hard. And you can keep doing it! I'm sure you can do it, with Allah's help of course. Satu lagi, berceritalah, jika tidak bisa lewat lisan, kau tahu kata selalu bisa menjadi temanmu, di sini, atau di magicofrain, atau di diary, atau bahkan di secarik kertas. Don't let it exploded like that night, cukup malam itu saja. Jangan diulang. Ok? 



No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya