Follow Me

Tuesday, September 12, 2023

E-book yang Selesai Kubaca Tahun 2022 (part 2)

Bismillah.


 

Rekap dan cerita sedikit tentang e-book di iPusnas yang selesai aku baca di tahun 2022, part 2.

Baca juga: Part 1 
 

3. Max Havelar - Multatuli

 
 

 
Buku ini pertama kubaca tahun 2021. Saat bergabung di komunitas The Lady Book, ada yang sharing tentang buku ini. Lalu Agustus tahun itu, aku ingin "merayakan" 17 Agustus dengan cara berbeda. Salah satunya dengan membaca buku yang terkait kemerdekaan. Aku ingat buku ini sudah terkenal dan sering disebut saat pelajaran di sekolah. Multatuli, Douwes Dekker, bukan nama yang asing kan buat kamu?

Alhamdulillah nemu bukunya di iPusnas, baca di sana, dari 15 Agustus 2021 sampai 6 Februari 2022, hari ke enam aku ikut challange 66HariBacaBuku @menjadi.arketipe.
 
Bagi orang lain, diantara berbagai kisah dari buku ini (penjual kopi, kisah hidup havelaar, dll), kisah antara Saijah dan Adinda yang paling melekat, buktinya sampai dijadikan ilustrasi cover. Tapi bagiku, aku tidak bisa melupakan satu kisah pendek tentang Upik Keteh dan seorang belanda. She's so young. Dipilih dan terpaksa harus menemani seorang belanda, yang lagi agak risau/galau dan butuh temen ngobrol di sebuah kapal. Kisahnya hanya sepotong, tidak pernah selesai. Tapi seorang N (MBTI ehm). Pikiranku melayang dan membayangkan kejadiannya, dari sudut pandang berbeda. *baca lengkap ceritanya di buku aja ya.. bab 11 atau 12.

Aku banyak banget catet kutipan dari buku ini, karena waktu itu e-book ini dipublish di iPusnas dalam format unik yang memudahkan kita untuk copas kutipan/highlight dari bukunya.

Beberapa kutipan yang kucatat:

“Bencana kelaparan? Bencana kelaparan di Jawa yang kaya dan subur?”—Ya, pembaca, beberapa tahun silam ada distrik-distrik yang kehilangan penduduk akibat kelaparan; para ibu menjual anak mereka untuk mendapat makanan, para ibu menyantap anak mereka sendiri.

Namun, kemudian negara penguasa ikut campur. Di ruang-ruang parlemen Belanda diutarakan keluhan-keluhan, lalu gubernur yang menjabat harus memberi perintah bahwa “perpanjangan dari apa yang disebut sebagai pasar Eropa tidak boleh lagi digenjot sampai mengakibatkan bencana kelaparan”.

“Oh! Parlemen yang baik hati!”

Kalimat ini kutulis dengan penuh kepahitan—menurutmu siapa yang bisa menjelaskan hal-hal semacam itu tanpa disertai kepahitan?

Juga ini,

Apa yang ada dalam pikiran para pejabat itu mengenai pengetahuan Havelaar bahwa begitu banyak orang telah meninggalkan Lebak dengan kepahitan dalam hati mereka? Bahwa Havelaar tahu tentang keluarga-keluarga yang telah pindah ke wilayah-wilayah tetangga untuk menghindari kemiskinan yang merajalela di sini, dan bahwa ada begitu banyak penduduk Banten di antara gerombolan yang memberontak terhadap pemerintah Belanda? Apa maksud Havelaar? Apa yang ditujunya? Kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diajukan?

#daribuku *Max Havelar* - Multatuli, Penerbit Qanita

Juga ini..

Dia menjadi batu dan tidak bergerak ketika matahari bersinar ataupun ketika hujan turun.

Lalu, datanglah seorang lelaki yang membawa beliung, pahat tajam, serta palu besar, dan memecah batu.

Batu itu pun berkata, ‘Apa ini? Lelaki itu lebih berkuasa daripadaku, dan memecah batu dari dadaku.’ Dan, dia merasa tidak puas.

Dia berteriak, ‘Aku lebih lemah daripadanya, aku ingin menjadi lelaki itu.’

Lalu, turunlah malaikat dari surga, dan berkata, ‘Terjadilah seperti yang kau katakan.’

Dan, dia menjadi pemecah batu. Dia memecah batu dengan kerja keras dan dia bekerja keras untuk upah yang kecil. Dia merasa puas.”

“Bagus sekali,” ujar Duclari, “tapi kini kau masih berutang bukti bahwa si ‘Upik’ kecil ini tak ternilai.”

“Tidak, aku tidak berjanji untuk membuktikan hal itu. Aku hanya ingin menceritakan kepada kalian bagaimana aku bisa mengenalnya. Ketika sudah selesai dengan ceritaku, aku bertanya, ‘Dan kau, Upik, apa yang kau pilih seandainya malaikat dari surga datang untuk bertanya kepadamu; apa yang kau inginkan?’”

“Pak, saya akan memintanya untuk membawa saya bersamanya ke surga.”
 
Dan tentu saja. Kutipan terbaik ada di akhir buku, saat penulis tiba-tiba menutup novelnya dengan sebuah surat terbuka.

Karena kepada Andalah buku ini saya persembahkan, wahai WILLIAM KETIGA, Raja, Adipati, Pangeran... lebih dari sekedar Pangeran, Adipati, dan Raja... KAISAR dari Kerajaan INSULINDE, yang menakjubkan, yang melingkari khatulistiwa bak untaian zamrud!

Saya bertanya kepada ANDA! Apakah memang kehendak KEKAISARAN Anda sehingga orang-orang seperti Havelaar harus diciprati lumpur oleh orang-orang seperti Slijmering dan Droogstoppel; dan lebih dari tiga puluh juta RAKYAT Anda nun jauh di sana harus diperlakukan dengan buruk dan mengalami pemerasan atas nama ANDA?

What a closing remark, isn't it? Max Havelaar mungkin jauh dari novel yang bagus. Tapi kadang, kita melihat buku bukan cuma dari cara kepenulisannya, tapi juga dari after effect buku tersebut diterbitkan dan ditulis. Bagaimana politik balas budi dibuat setelah itu. Bagaimana beberapa pemuda terpilih disekolahkan di Belanda. Dan dari pemuda-pemuda yang terdidik itu, lahirlah pribadi-pribadi hebat yang mengubah sejarah Indonesia. Wallahua'lam.

 

4. Sognando Palestina - Randa Ghazy

 

 
Ramadan tahun 2021, Masjid Al Aqsa yang sedang penuh jamaah untuk itikaf diserang. Ghirah umat islam diuji, apakah masih ada rasa cinta pada ummat, yang seharusnya seperti satu tubuh. Bahwa saat jari terluka, bukankah seharusnya mata menangis? Saat itu aku mengikuti sebuah seminar yang diadakan KBM App, salah satu yang mengisi Helvy Tiana Rosa. Sedikit detail dan screen shoot acara seminar tersebut bisa dicek di sini.
 
Lewat beliau aku diingatkan, bahwa salah satu cara membantu adalah menulis tentang Palestina. Tapi untuk bisa menulis tentangnya, kita harus banyak membaca buku tentang Palestina juga. Ini adalah salah satu buku di iPusnas tentang palestina yang kubaca. Beberapa buku lain: Novel Reem, Kun Fa Yakun! Menembus Palestina, Antologi Puisi Palestina, Parade Heroik Pembebasan, dan The Aqsa. Sejak itu, belum baca buku tentang palestina lagi. Hm. Harus diagendakan, ada rekomendasi?
 
 
Buku ini ditulis oleh remaja berusia 15 tahun di Eropa, kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa. Jika di usia segitu, ia bisa menuliskan buku ini, dan membuat banyak orang membuka mata akan apa yang terjadi di belahan bumi lain, yang beritanya mungkin diracik seolah yang terjadi di sana bukan apa-apa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau diam saja, dan tak mengambil peran, meski hanya sedikit?
 
Jujur, berat menuliskan pertanyaan-pertanyaan tadi. Karena aku sendiri masih jauh dari mengambil peran. Tapi bagaimana mau mengambil peran, kalau kita tidak menumbuhkan niat dalam hati?

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang selesai dengan diri sendiri, sehingga bisa mengambil peran, meski kecil untuk melihat ke masalah yang lebih besar di luar diri kita.

Semoga Allah melindungi saudara kita di Palestina, dan di setiap tempat di bumi. Aamiin.

Beberapa kutipan yang kucatat dari buku Sognando Palestina:

"Israel tidak pernah menginginkan perdamaian, tapi menginginkan menguasai semua tanah dan mengusir rakyat palestina dari rumahnya, tak peduli meski harus mengobrankan ribuan bahkan jutaan nyawa tak bersalah. Tidak semua orang yahudi setuju dengan apa yang terjadi di palestina, tapi hampir semua negara membuta dan membiarkan penjajahan terus terjadi. Rakyat Palestina kehilangan banyak hal, hampir semua, kecuali iman. Dan dari iman itu keberanian hadir untuk berjihad. Jihad, yang justru dijadikan senjata oleh media untuk mengubah fakta, tentang siapa yang korban dan siapa yang penjahat."

....
 

"Mengapa kalian menembak kerumunan orang? Tentara itu terbahak lalu berkata, Aku hanya menjalankan perintah."

 

...

 

"Dia hanya ingin hidup damai, dia tidak menginginkan bangsa Palestina menaklukan dunia, atau menginginkan negara Palestina memperluas wilayahnya. Dia hanya menginginkan sebuah negara Palestina, tetapi apa yang dia dapat? Sebuah peluru yang bersarang tepat di urat nadi, dua puluh tiga ulang tahun, empat yang terakhir dilalui dengan kesunyian. Itulah perang, yang terkutuk, perang... Ahmad tersungkur."

 

...

 

"Pada akhirnya hiburan utama bagi rakyat Palestina yang tanahnya dijajah, dan mayoritas negara internasional tutup mata akan hal tersebut, adalah fokus pada kebahagiaan di akhirat. Karena dunia ini tidak adil. Tapi di akhirat, setiap kezhaliman Israel dihitung dan pasti akan dibalas. Kita (umat muslim) mungkin lupa tentang penderitaan dan perjuangan Palestina, tapi Allah tidak pernah lupa."


***
 

Sekian part 2 e-book yang selesai aku baca di iPusnas tahun 2022. In syaa Allah part 3 ada buku non-fiksi "Kitab Cinta dan Patah Hati", "Rasulullah Sang Pendidik", dan Dreaming Big.

Semoga setelah seri ini. Aku juga bisa share ebook yang selesai dibaca tahun 2023. Sejauh ini baru 2 *facepalm. >< Aaa..

Doakan semoga part 3nya gak terlalu lama ditulisnya hehe.

Semangat membaca semuanya~ Semangat sharing juga, barangkali sesederhana membagikan kutipan, atau foto halaman buku yang kau baca, bisa membuat orang lain tertarik juga untuk membaca lagi. It's hard to read, in this visual audio short content era. But it's not impossible. Jadi, mari niatkan dan mulai halaman pertamamu! Bye 5!

Allahua'lam.


***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya