"Karena ketika salah satu calon bagus di media, maka lawan yang lain juga dengan menguatkan media" ucap seorang teteh malam kemarin. Saat kami asik berbincang tentang Pemira (Pemilu Raya) ITB 2013. Menanggapi pertanyaan si teteh, aku hanya tersenyum tipis.
***
Pemilu, kampanye, dan euforia tentangnya memang sedang dirasakan di berbagai sisi ITB. Maklum, saat ini sedang dalam masa menuju pemilihan Presiden KM 2013. Ada banyak sekali hal menarik yang bisa diceritakan di Pemira kali ini. Mulai dari munculnya seorang mahasiswi yang berani mencalonkan diri sampai "perang" kampanye lewat media yang beragam (poster, spanduk, video, web, dll).
Talking about "perang" kampanye, dan kehebohan tentangnya. Somehow, selalu saja ada hal yang menyesakkan dada.
Awalnya aku hanya senyum-senyum, melihat teman di facebook yang secara massive mengganti foto profil mereka. Hanya senyum-senyum, melihat tulisan, poster, atau video yang di share secara massive, tak lupa disertai hastag andalan calon yang di dukung. Awalnya hanya senyum-senyum, sekedar membaca jika memang ada tulisan yang menarik, iseng melihat video masing-masing calon, meski tak pernah me-likes apalagi menshare.
"Ah, pesta ini.. memang akan selalu meriah selama setiap orang mencoba menunjukkansuaranya." gumamku lirih.
Awalnya aku hanya senyum-senyum, memperhatikan dari jauh. Lumayan takjub dengan ide, gagasan dan kreatifitas yang mereka sajikan. Tapi malam kemarin, ternyata hal yang menyesakkan itu kembali hadir. Aku hanya bisa terdiam, dan menggelengkan kepala. Ada banyak pertanyaan yang bergumul di kepala, namun enggan aku sampaikan. Sesak, terutama saat membaca beberapa pendapat dan fakta (yang mungkin tercampur aduk) dari milis HMIF.
Ya, perihal "kecurangan" dalam kampanye. Ya, satu hal yang selalu menyesak dadaku tiap Pemira adalah perihal kampanye. Dan cara-cara yang mereka gunakan, dan jalan-jalan yang mereka tempuh. Kecurangan, strategi, intrik, politik atau apapun itu namanya.. selalu berhasil membuat dadaku sesak. Kemudian bertanya lagi pada diri, "haruskah begini caranya?"
***
"Kemana engkau pergi wahai nurani?".
Sehingga apa yang "mereka" kejar membuat mereka melupakanmu.
"Kemana engkau pergi wahai nurani?".
Sehingga setiap jalan tampak boleh dilalui.
"Kemana engkau pergi wahai nurani?".
***
Wallahua'lam. Wallahua'lam.
Sungguh, aku tidak tahu perkara persisnya. Aku hanya menyimak, tanpa mencari tahu lebih lagi.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya