Follow Me

Wednesday, February 13, 2019

2w 1w

Bismillah.

#untukmuukhti #UntukSahabat

2w, dua pekan yang lalu kamu menulis kalimat itu. Entah apa yang ada di hatimu, hingga kalimat itu tertulis. Entah berapa kali kamu menahan jemarimu, menulis, menghapus, tapi nyatanya dua pekan lalu kalimat itu tertuang. Tanda bahwa nyatanya kamu berulangkali memikirkan itu. Berpikir tentang kematian yang lebih baik daripada hidup. 

1w, satu pekan yang lalu, kamu menulis lagi, pertanyaan singkat yang kau ajukan pada orang tertentu. Bukan padaku, karena bisa jadi kamu lupa, bahwa aku termasuk teman yang suka diam-diam membaca tulisanmu di sana. Kamu bertanya, apakah ia sudah jengah mendengarkanmu. 

***

Hari ini, Allah menuntunku untuk membaca dua kalimat tersebut. Kemudian hatiku tergerak untuk menulis. Meski aku mungkin hanya bisa menulis sendiri, dan tak berani mengizinkanmu membaca. Karena aku tahu, kamu mungkin tidak ingin aku membaca dua kalimat yang kau torehkan 2w dan 1w yang lalu. 

***

Tentang pemikiran "mati saja" aku tidak berani berbicara banyak. Aku tidak tahu kehidupanmu saat ini, aku tidak tahu kesedihanmu, ketakutanmu, keresahanmu, kekecewaanmu. Tapi aku yakin, meski berulangkali memikirkan hal itu... aku yakin, kamu juga berulang kali memberitahu dirimu, bahwa kesempatan hidup merupakan nikmat dariNya. Nikmat untuk bertaubat dan memohon ampun atas dosa yang menggunung. Nikmat untuk bekerja dan beramal, agar kelak bisa menjadi bekal untuk kehidupan yang kekal nanti. Dan aku yakin, kamu pasti tahu, bahwa kesempatan hidup berarti juga kesempatan untuk lebih membersamai bayimu, darah daging, yang kau harap bisa memberikan manfaat di dunia dan akhiratmu. Bayi mungil itu membutuhkanmu, dan kamu pasti bisa mengusir pemikiran itu, setiap melihat wajah imutnya. 

***

they're all just human, of course they can be bored (📷: from unsplash)

Tentang rasa jengah mendengarkan, membuatku teringat kisahku. Mau kah kau membacanya? 

Saat itu.. seseorang bertanya padaku, "Teh Bella bakalan ilfeel ga kalau aku meracau kalimat yang sama berulang-ulang?"

Aku menjawab, "Ini aku juga ga tau, hehe"

Lalu ia mempertanyakanku. Bahwa sekarang aku mungkin sudah ilfeel. Kalau mau jujur, aku memang sedikit bosan. Aku juga manusia, aku bisa bosan, jengah, mendengar ceracau orang lain. Apalagi ceracaunya dipenuhi energi negatif, membuat otakku yang masih belum terbiasa memfilter kenegatifan, kadang ikut terbawa negatif. Namun bukan berarti aku ingin ia berhenti bercerita padaku. Aku hanya butuh jarak dan waktu. I step back, to normalize myself. Saat aku sudah netral, in syaa Allah aku siap sedia mendengarkannya lagi. Kicaunya, meski sama, meski remeh, meski negatif. Karena aku memang ingin ia bercerita, ketimbang ia diam dan menyimpannya sendiri hingga sesak dadanya dan pusing kepalanya, sampai asam lambungnya naik. Ketimbang itu semua, lebih baik ia menuangkan pikirannya padaku, dalam kata tak berintonasi.

"Ga tahu? Berarti ilfeel ya", tanyanya

"Iyalah gatau, kan aku juga manusia, bisa berubah perasaannya. Sekarang sih ga.", jawabku

"Ho yaudah sebelum th Bella ilfeel," ujarnya seolah yakin aku suatu hari akan berbalik dan pergi.

"??" double ask question, kebiasaanku saat aku merasa kalimatnya mengherankan.

"Wkwkwk. Bisa jadi juga ga ilfeel. Tinggal kamu mau percaya ke kemungkinan buruk atau yang baik," jawabku. Kemudian aku bercerita, tentang diriku dan sikap yang aku ambil kepada orang lain. Bagaimana supaya ga kecewa, jika karena satu dua hal teman kita menjauh.

Nyatanya memang begitu, berprasangka baik itu wajib, namun bukan berarti kita menyadarkan harapan pada manusia. Pun teman. Mereka cuma manusia, yang bisa bosan, lelah, dan mungkin suatu saat akan menjauh. Jadi sikap kita, memang tidak boleh bergantung pada manusia bahkan sekedar untuk bercerita tentang hari, tentang pikiran dan perasaan kita.

Orang lain bisa bosan, bisa sejenak ambil jarak... tinggal bagaimana kita ambil sikap, agar tidak terpengaruh atas hal tersebut.
"...dan aku memilih untuk ga terpengaruh apapun sikap mereka. Aku mikirnya gini, kalau mereka memilih 'pergi menjauh', aku percaya ada yg mau 'datang dan mendekat'. Sesederhana itu. Tinggal kita mau milih fokus di negatif atau positif." - kirei
Tapi ceritaku, mungkin tidak semuanya pas dengan ceritamu. Karena kau tidak sedang bicara tentang teman yang bisa datang dan pergi, tapi tentang sahabat, yang akan terus ada di hidupmu. Tapi aku percaya, kau bisa memetik hikmah dari hal itu. Lewat apa yang kau alami sekarang, kau akan belajar untuk memahami bahwa manusia bisa bosan, dan kita tidak boleh berharap pada manusia. Kamu akan belajar, bahwa manusia terkadang mundur bukan untuk menjauh, hanya butuh sedikit jarak dan waktu, sebentar dan sedikit jauh saja, untuk kemudian siap lagi mendengarkanmu. In syaa Allah.

Terakhir, jika manusia tidak ada yang mau mendengarkan kita, semoga kita saling mengingatkan... bahwa ada Allah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui Isi Hati kita.

Allahua'lam.

***

PS: It's one week and two weeks ago. I know you're doing fine now. Tulisan dua pekan dan satu pekan yang lalu, hanya sedikit luapan emosi yang tereja dalam kata. Hanya satu puzzle kecil dari gambaran besar perasaan dan pikiranmu. Semoga Allah melindungimu dan selalu membimbingmu setiap kali hal-hal rumit menggelapkan harimu. Aamiin. Maaf atas tulisan sok tahu ini.

from your ex-classmate,
^kirei~


No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya