#buku
Aku sudah pernah cerita sepertinya, tentang membaca satu buku, tapi dapat ilmu lebih dari satu buku karena buku tersebut mengutip buku lain? Kali ini, aku ingin menukil dua paragraf tentang meninggalkan dosa, dari Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Tapi uniknya, paragraf ini aku baca bukan dari terjemahan buku al Fawa'id, tapi dari buku sirah Shahabiyah yang ditulis oleh Mahmud Al Mishri dan diterbitkan serta diterjemahkan oleh penerbit Zaman.
***
Imam Ibn Al Qayyim rahimahullah dalam bukunya al-Fawa'id berkata, "Seseorang yang arif tidak akan menyuruh orang lain untuk meninggalkan dunia, karena mereka tidak akan mampu meninggalkannya. Tetapi, ia akan menyuruh mereka meninggalkan dosa selama tinggal di dunia. Meninggalkan dunia merupakan keutamaan, sedangkan meninggalkan dosa merupakan kewajiban. Bagaimana mungkin seseorang disuruh menjalani keutamaan, tetapi ia belum menjalankan kewajiban?!
Jika mereka kesulitan meninggalkan dosa, berusahalah sekeras mungkin untuk mencintai Allah subhanahu wata’ala. Caranya adalah dengan mengingatkan mereka kepada nikmat, kebaikan, kesempurnaan, dan keagungan-Nya. Pada dasarnya, dan menurut fitrahnya, hati manusia cenderung mencintai Allah. Jika sudah mencintai-Nya, niscaya ia akan merasa mudah untuk meninggalkan dosa"
- dari buku "Sahabat-Wanita Rasulullah", Mahmud al-Mishri***
Dua paragraf ini ditulis untuk menceritakan Ummu Syarik radhiyallahu anha, yang pernah mendapatkan air minum dari langit. Sedikit tentang Ummu Syarik, beliau adalah seorang sahabiyah yang aktif berdakwah, menyeru manusia untuk menapaki jalan keselamatan.
Sebelum bercerita tentang air minum dari langit, penulis (Mahmud Al Mishri) menjabarkan tentang pentingnya berdakwah, perintah untuk aktif bergerak, serta kecerdikan seorang dai yang tahu dengan apa dan dimana ia bisa menyentuh hati ummat. Lalu paragraf itu muncul untuk menerangkan urutan dakwah. Bahwa sebaiknya bukan menyuruh meninggalkan dunia terlebih dahulu, melainkan meninggalkan dosa.
Dan jujur baca dua paragraf itu, aku ingin fokus pada cara yang dituliskan Ibnu Qayyim Al Jauziyah untuk meninggalkan dosa, yaitu dengan berusaha mencintai Allah.
"Jika mereka kesulitan meninggalkan dosa, berusahalah sekeras mungkin untuk mencintai Allah subhanahu wata’ala. Caranya adalah dengan mengingatkan mereka kepada nikmat, kebaikan, kesempurnaan, dan keagungan-Nya. Pada dasarnya, dan menurut fitrahnya, hati manusia cenderung mencintai Allah. Jika sudah mencintai-Nya, niscaya ia akan merasa mudah untuk meninggalkan dosa" - Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Al Fawa'idSatu lagi yang ingin aku highlight, tentang fitrah manusia mencintai Allah.
Gatau ini cuma pikiranku, atau gimana. Tapi yang aku lihat, di zaman milineal ini, konsumsi informasi banyak menggiring kita untuk membenci tuhan. Perang, bencana alam, lalu kegagalan dan luka masa lalu seseorang bisa menjadi penyebab ia mulai bertanya-tanya tentang keadilan Allah, selubung kenegatifan yang dijanjikan setan, agar kelak hanyaa sedikit manusia yang bersyukur. Seolah-olah sikap wajar kita kepada sang pencipta adalah tidak peduli, atau benci. Padahal hidup dengan sikap tersebut terhadap Allah pasti begitu menyiksa. Karena kita terpaksa berdiri sendiri, padahal kaki kita lemah. Seolah setiap hal buruk, pada akhirnya membuat kita mengkambing-hitamkan bobroknya dunia, sedikitnya manusia yang baik, serta menimbulkan kebencian kepada Allah.
Padahal fitrah hati kita mencintai Allah. Mengingkari fitrah tersebut, akan memberikan sakit dan luka yang tidak terdeskripsikan.
***
Meninggalkan dunia itu sulit, begitu pula meninggalkan dosa. Tapi yang sulit bukan berarti tidak bisa dilakukan. Karena manusia diberikan kemampuan untuk memilih dua jalan yang terbentang dalam hidupnya. Saat meninggalkan dosa terasa begitu sulit, coba cek kadar cinta kita kepadaNya, lakukan usaha dan doa agar konsentrasinya meningkat. Kenali Allah lewat nikmat-nikmat yang mengalir deras dalam hidup kita, lewat ciptaanNya yang seimbang dan begitu dasyat, lewat membaca ayat-ayat cinta dariNya. Semoga dengan itu, hati kita diringankan untuk pergi menjauh dan enggan untuk sekedar dekat dengan maksiat. Dan meskipun manusia ditakdirkan untuk berulang jatuh dalam dosa, semoga kita tidak berhenti untuk bangkit dan berlari menuju pintu taubat, untuk kembali menyelami cintaNya.
Allahua'lam.
Aamiin... Terima kasih telah berbagi.. Semoga kita semua selalu diberikan kekuatan dlm menghadapi segala ujian dan tantangan yg datang menghampiri..
ReplyDelete