Follow Me

Saturday, February 23, 2019

Bergabung Komunitas Menulis

Bismillah.

elevator and stairs (📷 from unsplash)

Bergabung dengan komunitas menulis bagiku... seperti naik elevator. Sebuah cara untuk naik tingkat. Bertemu dengan seorang-orang yang sama-sama ingin naik *bisa juga turun ya? Hehe.

Bergabung dengan komunitas menulis, artinya kita mencoba untuk lebih terbuka pada dunia, lebih terbuka pada orang lain, tentang hubungan kita dan menulis. Ada yang baru suka menulis, ada yang sudah bertetangga dengan menulis sejak lama, ada yang benci tapi cinta, ada juga yang berobat dengan menulis. Kalau sebelumnya kita menyendiri dalam menulis, bergabung dengan komunitas menulis, artinya kita harus mau memberikan ruang untuk orang lain. Seperti manusia yang seorang individu, namun masih membutuhkan sosialisasi dengan manusia lain.

Apa yang kita dapatkan dari bergabung komunitas menulis?


Pertama, kita dapat teman, dan kendaraan. Ibarat kita memilih naik bis, dan bukan jalan kaki. Tujuannya sama-sama ingin menerbitkan buku misalnya, atau ingin jadi blogger. Kita bisa ke sana sendirian jalan kaki, tapi capek, perlu bekal banyak, kecepatannya pun terbatas. Kalau misal dijalan jatuh, dan kita merasa gagal, kita bisa berbalik arah lebih mudah. Bda ceritanya kalau kita naik bis. Tujuan kita masih sama, tapi kita bisa berbincang dengan teman yang duduk di sebelah, sharing tentang menulis. Pun saat kita tiba-tiba ingin berhenti atau berbalik arah, tidak semudah itu. Kita perlu bilang ke supir, "kiri" hehe. Juga akan ada yang mengingatkan, kenapa berhenti di sini? Sebentar lagi akan sampai loh...


Kedua, kita bisa bertanya arah atau jalur kepada supir. Karena dalam komunitas, kita akan bertemu dengan orang-orang yang jam terbang menulisnya sudah tinggi. Maka kita bisa bertanya, jika kita mengalami kesulitan saat menulis. Kita bisa bertanya tentang teknik menulis cerpen, puisi, artikel pada ahlinya, dalam komunitas menulis tersebut. Kita juga bisa tahu, sebaiknya kita menulis dari mana. Biasanya penulis pemula diminta memilih satu genre dulu, fiksi atau non fiksi. Selanjutnya, menulis yang disukai atau yang kita ketahui. Lalu menulis buku antologi, kemudian baru buku solo. Tapi apa urutannya harus seperti itu? Bisa juga tidak. Meskipun sama-sama menulis, setiap orang punya temponya masing-masing. Ada yang bisa menulis buku solo, tanpa perlu melewati terminal buku antologi.

Ketiga, kita membeli bensin bersama-sama (saling memotivasi). Perjalanan panjang akan lebih menyenangkan jika bersama-sama. Saat semangat kita turun, dan kita tidak mampu menaikkan dengan motivasi internal dalam diri.. Teman-teman dalam komunitas menulis bisa menjadi motivasi eksternal kita. Kita mungkin akan terpacu lagi untuk berlari mengejar mimpi punya buku sendiri, saat ada teman satu komunitas yang promosi bukunya.

Keempat, kita bisa bertukar informasi sesama penumpang. Komunitas menulis adalah tempat yang pas untuk saling berbagi tentang informasi kompetisi menulis. Atau informasi tentang penerbit. Juga informasi kelas menulis yang gratis maupun yang berbayar.


Tips Memilih Komunitas Menulis


Komunitas menulis sebenarnya banyak, apalagi yang online. Yang offline juga ada kalau kita mau mencari. Karena jumlahnya yang banyak, kita jadi bingung memilihnya? Ada beberapa hal yang biasanya aku lakukan kalau milih komunitas nulis. Pertama, lihat pioneer atau mentornya. Kedua, cek programnya. Ketiga, pilih yangs sesuai dengan ritme menulis kita.

Kalau merasa belum sanggup mengikuti komunitas yang salah satu programnya menulis setiap hari selama sekian hari, kita bisa memilih komunitas lain. Misalnya dengan bergabung komunitas Sabtulis, yang programnya membangun habit menulis satu kali sepekan setiap hari sabtu. Atau bisa juga ikutan komunitas 1M1C (satu minggu satu cerita) yang membebaskan menulis hari apapun. Kalau kamu ingin fokus berburu kompetisi menulis, bergabunglah dengan komunitas yang programnya fokus ke kompetisi. Kalau kamu merasa kesulitan untuk menerima materi di HP dan lebih cocok hadir jiwa dan raga, bisa gabung di komunitas offline, seperti Aksara, FLP, atau Soto Babat.

Bergabung di Satu atau Banyak Komunitas?


Apakah cukup bergabung di satu komunitas saja? Atau justru bergabung dengan banyak komunitas akan membuat kita tidak fokus? Kalau saran saya, coba satu dulu. Kalau satu itu, komunitasnya aktif, dan kamu bisa mengikuti, baru tambah dengan komunitas yang lain. 

Eits, tapi ini beda cerita ya, kalau komunitas yang lebih banyak memberi materi tanpa menuntut program kerja tertentu. Kalau tipe komunitas yang seperti ini, kamu bisa bergabung di banyak tempat. Pastikan saja, materi tersebut benar-benar kamu baca, bukan hanya menumpuk di archive WhatsApp atau Telegram

***

Gimana? Masih ragu untuk bergabung ke komunitas menulis? Masih merasa nyaman menulis sendiri?

Pilhannya ada di kamu. Kalau kamu sekarang lebih nyaman menulis sendiri. Tidak mengapa. Tapi kalau kamu merasa membutuhkan komunitas, agar tidak kesepian hehe, jangan malu untuk bergabung.

Pastikan tetap menulis~ meski sederhana. Semangat^^

Jangan lupa sering cek niat. Jika niatnya benar, dan caranya benar, in syaa Allah berpahala. J

Allahua'lam.

***

Keterangan:

Tulisan ini diikutkan dalam gerakan #Sabtulis (Sabtu Menulis). Gerakan membangun habit menulis, minimal sepekan sekali setiap hari sabtu. Membahasakan gagasan, rinai hati, kisah, puisi, dan apapun yang bisa dieja dalam kata.

Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu. Komunitas menulis baru, yang saya ikuti.~

Special mention: Aksara Salman ITB, unit literasi yang paling melekat di hati dan otak. Grup WhatsApp Sharpen The Saw, grup kecil yang berisi 24 muslimah (yang aktif sekitar 10 tapi hehe) yang sama-sama ingin belajar menulis. Juga KMO Club Batch #15 kelompok 2, yang aku tertatih mengerjakan program Sarapan Kata, tapi projek selanjutnya membuat mataku berbinar lagi. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya