Follow Me

Monday, July 22, 2019

Cuma Perantara

Bismillah.


Kadang, kita memang cuma perantara, cuma jalan dan bukan tujuan.

***

Ga, aku ga bahas tentang jodoh hehe. Untuk membahas tentang itu aku masih menghindari hehe.

Aku hendak membahas tentang pertolongan dari Allah. Dan bagaimana aku merasa hanya jadi perantara, jalan. Bukan orang yang memberikannya. Bukan.

***

Senin pekan kemarin (15 Juli), aku berencana ke Bandung. Niatannya memang untuk bertemu seorang ukhti, berharap dengan bertemu dengannya aku bisa membantunya. Karena memang selama ini aku cuma bisa mengamati dari jauh, berkomunikasi lewat chatting yang isinya hal-hal remeh, dan jarang membahas hal-hal yang urgen atau penting. Entah ia yang enggan terbuka, atau aku... yang begitu cuek, atau aku... yang belum bisa tegas.

Janji itu cuma berakhir janji. Aku qadarullah tidak jadi ke Bandung. Beberapa kali melobby orang tua, bercerita pada Ibu bahwa aku ke Bandung bukan untuk main. Termasuk menjelaskan mengapa aku memilih tanggal itu. Karena berangkatnya bisa bareng adik yang juga ada agenda di Bandung tgl segitu. Tapi usahaku minta izin ditolak, dengan berbagai alasan. Salah satunya, karena kemungkinan aku pulang sendirian. (*dalam hati aku berbisik, 'padahal dulu juga kadang pulang sendiri dari bandung ke purwokerto') Jadi banyak curhat ya? Hehe.

Intinya aku tidak jadi ke Bandung, tapi ukhti tersebut jadi ke Bandung tanggal 15. Aku meminta maaf padanya, karena ia harus menghabiskan hari di Bandung sendirian. Cuma bisa menemani dibalik layar hp dan membaca deretan kalimatnya di chat, menjawab dan merespon dengan kata. Bukan hadir secara langsung.

***

Siang itu (15 Juli) aku sebenarnya masih ingin berada di Bandung. Membayangkan mendengarkan ceritanya langsung. Berharap aku bisa membantunya.

Sampai akhirnya Allah menunjukkan padaku, bahwa aku cuma perantara, aku cuma jalan. Ada orang-orang lain yang dikirim Allah untuk membantu ukhti tersebut. Orang-orang yang memang lebih mampu dan lebih tepat untuk melakukannya.

"Barusan di ceramahi ama dokternya. Soal kondisiku yang lagi bingung galau arah hidup.", begitu ketiknya dalam thread chat kami.

"Tentang apa?" tanyaku, lalu ia bercerita panjang lebar.

Seketika itu aku takjub lagi pada indahnya rencana Allah. Bahwa Allah tahu, aku memang hanya boleh jadi perantara dan jalan. Saat itu, lebih baik begitu. Itu peran yang tepat untukku.

***

Ukhti itu menuliskan sebuah kisah yang ia dengar dari seorang dokter. Kisah yang menjadi nasihat lembut dalam proses perjuangan hidupnya.

Kadang kita ga tahu. Bisa jadi justru bukan dari tangan kita Allah kasih bantuannya. Kita mungkin cuma bisa usaha dan doa. Selanjutnya Allah gerakkan bantuan itu tersalur lewat tangan orang lain. Mungkin memang lebih baik hari itu aku ga jadi ke Bandung. Aku cuma diminta Allah untuk membuat janji bertemu dengan ukhti tersebut di Bandung. Aku cuma perantara, jalan, agar ukhti tersebut pergi ke Bandung hari itu. Agar ia bertemu orang-orang yang lebih tepat untuk menyerahkan bantuan dari-Nya.

Yang perlu ukhti tersebut temui di Bandung bukan aku. Karena bisa jadi, dan memang aku dalam posisi tidak mampu memberu nasihat yang lembut dan berkesan di hati.

Pun saat ukhti tersebut bertemu orang selanjutnya. Yang memberinya langkah-langkah menuju solusi permasalahannya.

Aku kembali bergumam pada diri, yang perlu ukhti tersebut temui di Bandung bukan aku. Karena memang aku tidak mampu memberikan solusi, atau menunjukkan padanya langkah-langkah menemukan solusinya.

***

Aku, mungkin cuma perantara, cuma jalan. Tapi aku tidak sedih. Aku justru senang. Karena Allah lebih tahu yang terbaik untuknya. Seperti yang pernah kutuliskan sebelumnya,

Semoga Allah melindungimu... hanya doa, doa dan doa yang bisa kupanjatkan untukmu. Karena aku yakin Allah Maha Mendengar, semoga doa singkat ini sampai padamu. Jika bukan aku yang bisa membantumu, maka Allah akan mengirimkan kepadamu orang lain yang lebih punya kemampuan untuk membantumu. Jika bukan aku yang menghiburmu, maka Allah yang akan mengirimkan kepadamu kabar gembira, entah lewat rintik hujan, biru langit, burung-burung yang terbang, atau lewat apapun untuk menghibur hatimu.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya