-Muhasabah Diri-
Pernahkah kamu bertanya-tanya tentang jalan kebenaran? Kemana dan dimana kaki kita harus melangkah? Jalan yang membantumu untuk memaknai hidup yang benar. Jalan yang menunjukkan kita hal-hal yang membahayakan dirimu. Jalan yang membuatmu dapat melihat dengan jelas, mana yang benar dan salah, mana yang baik dan buruk. Jalan keselamatan.
Pernahkah kamu merasa menemukannya, kemudian bertanya-tanya... adakah jalan kebenaran yang lain? Apakah cuma satu? Atau ada yang lain juga?
***
Pertama... saat pertanyaan itu hadir, itu bahwa kita manusia, yang memiliki kuriositas, yang berpikir. Kita bukan makhluk hidup yang menjalani hidup mengikuti arus saja.
Tapi, adakah kita tahu... bahwa sebagian jawaban dari pertanyaan itu bisa kita temukan di Al Fathihah?
Shirathalladzina an'amta 'alaihim. The path of those who you showered favor upon. The word 'shirath' which I translated as path is actually one of many words in arabic that you can used for a path. But shirath is used for a path that is the only road that go somewhere. If you imagine there are two places, let's say there are 2 islands, the water too turbulent you can't take a boat from one island to another, there's really no other road, there's only one bridge that goes from this island to that island. And there's no alternative possible. There's no other way you can get there. Then that one singular path is called sirath. Sirath has a few qualities, it is a wide path, it is a straight path, it is the only path possible. If we used other words from Arabic, like sabil or thariq or fajj. These words are for roads that you can maybe have an alternative path.
- Nouman Ali Khan, Quran For Young Adults Day 6 Session 1
Kita tiap hari memohon pada Allah untuk ditunjukkan jalan yang lurus, jalan kebenaran. Jalan orang-orang yang Allah beri nikmat.
Kita mungkin saat kecil menghafal Al Fathihah lewat kebiasaan mendengar bacaan shalat orang-orang dewasa. Atau diajarkan di TPQ. Kemudian kita mulai tahu artinya, lewat membaca terjemahannya. Kemudian, kita berusaha mempelajari maknanya, penjelasannya, 'mukjizat' di dalamnya. Kita mulai mengerti bahwa pemilihan kata dalam Al Quran selalu presisi. Mengapa Allah memilih kata shirat, bukan sabil, atau thariq, atau fajj. Karena Allah hendak memberitahu kita, bahwa Allah menurunkan satu, hanya satu jalan kebenaran.
Shirath is a path that is singular. There is no plural. It's pretty cool in Arabic that some words they are structure in a way that actually they don't have a plural form. Like sabil has a plural subul. Thariq has a plural thuruq or tharaiq. You know, fajj has a plural fijaj. It has multiple plural, meaning a path-paths, like you put an s in the end. Road and roads. But shirath is a kind of strange word in Arabic that actually doesn't even have a plural. No plural exist for it, because it doesn't make any sense. Because it's the only road that goes. So you can't have multiples of it. Now from that we learn that actually Allah has revealed one truth. Allah has revealed one truth. There's only one true path. So there's no such things as multiple truths. There's no such thing.
- Nouman Ali Khan, Quran For Young Adults Day 6 Session 1
***
Bagaimana untuk seseorang yang tidak pernah membaca Al Fathihah, jangankan menghafalnya, jangankan tahu artinya. Bisakah ia menemukan jalan kebenaran? Sanggupkah ia menemukan jalan kebenaran yang hanya satu itu?
Menulis pertanyaan di atas mengingatkanku akan berbagai hal. Pertama, tentang doa yang selalu dikabulkan. Bahwa Allah, selalu mengabulkan doa hamba yang meminta petunjuk.
Baca juga: Doa yang Pasti Dikabulkan
Aku teringat Nabi Ibrahim 'alaihi salam, yang lahir dan besar di lingkungan pembuat berhala. Bagaimana ia terusir karena menggunakan akalnya. "Mengapa harus menyembah, patung yang bahkan tidak bisa bicara? Yang bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri?" Seperti saat masyarakat bertanya siapa yang menghancurkan patung-patung? Dan Ibrahim dengan cerdas meminta mereka bertanya pada patung terbesar, satu-satunya patung yang tidak hancur.
Tapi itu kan nabi... ada yang diam-diam berkata begitu? Hehe. Atau aku saja?
Aku juga teringat pemuda al kahfi. Mereka bukan nabi. Tidak mengenal al fathihah, tidak tahu caranya shalat. Mereka lari dan bersembunyi untuk menyelamatkan iman mereka. Kemudian berdoa, bersama, memohon rahmat dan petunjuk-Nya.
Aku juga teringat kisah-kisah mualaf yang selalu membuat takjub. Perjuangan masing-masing untuk mencari jalan kebenaran dan mengenal Allah, kemudian berani melakukan perubahan hidup yang tidak kecil.
Ustadz Yusuf Evan, entah sudah berapa kali aku mengulangi mendengar kisahnya. Masjidnya begitu dekat. Namun pencariannya menuju jalan kebenaran begitu panjang dan berliku. Kisahnya mungkin bisa di filmkan. Entah cara story tellingnya yang menarik, atau.. aku saja, yang terpikat kisahnya. Aku membayangkan kecelakaan mobil yang dialaminya, atau saat ia ditodong pistol di atm jaman baheula *yang tidak berpintu. Saat ia masuk masjid pertama kali di hari jumat, prasangkanya saat masuk dan mendengar khutbah berbahasa arab yang disampaikan dengan berapi-api. Saat ia membaca terjemahan quran, atau saat ia kembali ke masjid namun ternyata dikunci.
Teringat juga nama Irene Handono. Teringat juga kisah Ustadz Felix Shiaw. Dan tentu saja teringat kisah Robert Davilla.
Kita hanya perlu meminta petunjuk padaNya, berdoa padaNya, lagi dan lagi. Bahkan yang sudah islam, Allah syariatkan untuk shalat, yang setiap rakaatnya membaca al fathihah. Karena memang manusia membutuhkan petunjuk seperti ia butuh minum. Kita membutuhkan petunjuk tidak hanya sekali, tapi berkali-kali, lagi dan lagi, terus... sampai waktu kita di dunia habis.
***
Jalan kebenaran. Menulis tentang ini sebenarnya berat. Apalagi jika aku harus jujur melihat ke cermin dan menatap jeli kondisi diri. Diakhiri saja ya.
Ihdinashirathal mustaqim shirathalladzina an 'amta 'alaihim ghairil maghdubi 'alaihim waladhallin.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaih.
Allahua'lam bishowab.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya