Bismillah.
#blogwalking
-Muhasabah Diri-
Berhubung sudah lama tidak menulis, ijinkan kali ini aku menulis dengan gaya bahasa bercerita, dan banyak curhat. ^^ Tak apa, toh tidak untuk disetorkan ke 1m1c dan linknya tidak akan di share ke sosmed.
Aku sebenarnya merasakan kuantitasku menulis di laptop menurun. Sekalipun kesempatan berada di depan laptop lebih dari cukup, aku lebih sering memilih melakukan hal lain yang sifatnya konsumtif ketimbang produktif. Atau kalaupun akhirnya menulis, lebih sering menulis di dokumen word berjudul "my new blog". Oh ya, jangan tertipu dengan judulnya, karena isi dokumen tersebut bukan draft untuk blog ini, atau blog manapun. Dokumen tersebut hanya berisi tulisan yang ingin kusimpan sendiri, tanpa pernah ada niatan di publish.
15 September yang lalu, aku memiliki niatan untuk membiasakan lagi menulis postingan dengan tagar #blogwalking, agar blog ini tidak hanya diisi setiap setoran 1m1c, tapi juga diisi tulisan #blogwalking. Tulisan ini, adalah wujud langkahku, agar niatan itu ga berhenti di wacana. Cause I don't want to be a liar who only talks but never walks.
Ada sebuah tulisan di blog yang berjudul 37 Degree (I won't give the link though). Tulisan yang ingin kukutip ini isinya agak sensitif. Aku takut pemilik blognya tidak berkenan tulisannya disebar, tapi isi tulisannya, aku ingin mencatatnya di sini, untuk pengingat diri.
She wrote in her blog, September 12th,
Seorang teman lama mengirim pesam singkat melalui wa beberapa waktu lalu.
Saya sibuk, buat keluarga. Kalau kamu, sibuk buat siapa?
Kayaknya sih bercanda. Tapi lama sekali notif wa nya saya buka, menunggu sesak yg ada di hati mereda.
Saya sibuk teh buat siapa? Keluarga juga belum punya. Tidak seperti dia, yg sudah punya anak dan istri.
Kalau sibuk karena Allah? Siapa yg jamin kesibukan itu diterimaNya sebagai ibadah. Sadar diri lebih banyak khilafnya juga.
Lebih 2 pekan wa-nya baru saya buka, pas hari raya Idul Adha. Saya coba menerima apa yg DitetapkanNya untuk saya saat ini seperti sebelum-sebelumnya. Berusaha memaafkan.. tapi tidak mudah menghilangkan bekas luka. Setiap ada pesan dari si teman, saya masih malas membalas wa-nya. Pesan yg dulu juga, tidak saya balas sama sekali. Apakah ini sama saja dengan mendiamkan lebih dari 3 hari? Bukankah tidak boleh dalam Islam mendiamkan ‘saudara’ lebih dari itu? Saya hanya masih sibuk.. sibuk mendamaikan hati sendiri dengan keadaan. Semoga Allah yg Maha Mengetahui isi hati, berkenan Memakluminya.
***
Bagaimana perasaanmu saat membaca tulisan di atas? Apa yang ada di pikiranmu? Aku... sebagai orang yang sering diberi label 'sensitif', sejujurnya ingin ikut marah, pada sosok yang ia sebut teman. Friend? Isn't that question a form of gaslighting? Maksudnya apa coba? Bercanda...? Dengan merendahkan orang lain agar ia merasa 'tinggi'? Itu reaksi pertamaku.
Hal kedua, setelah emosi agak reda, aku bermain role play di kepalaku. Bagaimana jika kejadian itu terjadi padaku. Apa yang akan aku lakukan. Apakah mengabaikan pertanyaannya? Atau aku justru menyerang balik. Bertanya apa maksudnya, mengajak debat, dll. Tapi setelah itu, pikiran tersebut terhenti, terdistraksi kesibukan dan lain-lain.
Beberapa hari kemudian, saat luang, tulisan di atas muncul lagi dibenak. Sibuk untuk siapa?
Seperti yang dituliskan penulis, idealnya memang dijawab "Sibuk untuk Allah". Tapi jawaban itu akan menagih kejujuran kita, menuntut pembuktian dalam rutinitas hari-hari kita.
Aku bertanya-tanya, bolehkah kujawab, "sibuk untuk diri sendiri". Bukankah kebanyakan manusia egois? Kita sibuk untuk diri sendiri, untuk memperbaiki diri, agar tidak mati dalam keadaan "buruk rupa". Kita sibuk untuk diri sendiri, unyuk menyelamatkan diri agar tidak jatuh ke api neraka, yang siksaannya begitu mengerikan. Kita sibuk, bukan supaya dianggap sibuk oleh mata-mata manusia lain. Kita sibuk,bukan untuk dipuji sukses oleh kacamata netizen.
Kamu, sibuk untuk siapa?
Kali ini pertanyaan tersebut bermalam di otak tanpa kaitan dengan blog tersebut. Pertanyaan itu bukan lagi tentang pertanyaan yang seorang ajukan pada penulis blog 37 degree yang nama dan wajahnya tidak aku hafal. Kali ini pertanyaan itu berputar pada diriku.
"Bella, kamu sibuk untuk siapa?"
Hold on. Let me change the question. "Bella, are you even busy?" And I get speechless.
Aku sebenarnya bisa mengelak dan berdalih jika yang mengajukan pertanyaan itu orang lain. Aku punya list aktivitas untuk menunjukkan aku 'sibuk'. Tapi masalahnya, yang bertanya dan menjawab adalah diriku sendiri. Pertanyaan itu dariku, dan untukku. Dan karena itu, aku ingin jujur.
Sekarang ini, aku rasa, aku sedang diuji dengan nikmat waktu luang. Dan aku, jatuh bangun untuk bisa lulus dan naik tingkat di ujian tersebut. Hei, bukankah kamu baru menyelesaikan membaca buku "Menata Kala"? Sudahkah kamu merasakan manis manfaatnya dalam laku? Sudahkah bunganya mekar, dan berbuah amal? Atau kau, masih serupa keledai yang membawa tumpukan buku di punggungnya? Isn't it too harsh? Comparing yourself to a donkey? No, it's not. Cause it's me questioning myself. Tentu berbeda jika kalimat tersebut kudengar dari orang lain untukku, aku... kemungkinan akan melemparkan pedang sensiku kan?
***
Blogwalking kali ini mengajakku bertanya pada diri, "Bella, kamu sibuk untuk siapa?" Untuk Allah? Bisakah kamu menjawab seperti itu? Apakah bisa, jawaban ideal itu menjadi kejujuran dalam setiap waktu yang bergulir?
Bicara tentang waktu, kita seharusnya teringat satu surat kan? Surat cinta yang berisi kabar gembira dan peringatan dari-Nya. Kuakhiri tulisan ini dengan paragraf yang kubaca di grup TMT.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan pengecualian yang tidak merugi. Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman, dan beramal shalih, dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran. Aamiin.
"Pertama, mengingatkan supaya tidak lupa mengunci pintu rumah. Kedua, supaya ditambahkan doa kafaratul majlis dan surah Al-'Ashr. Ustadz Nouman bilang baca Al-'Ashr itu sunnah yang terlupakan. Setiap para sahabat selesai bertemu dan hendak berpisah, selalu baca surat Al-'Ashr." - Heru Wibowo, Ketua NAK Indonesia
Allahua''lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya