Follow Me

Monday, May 3, 2021

A Feedback

Bismillah.

Siang ini, install aplikasi formApps *yang begini harusnya di skip, tapi gapapa ya, lagi ingin cerita. Karena sedang di luar, ga buka laptop, tapi ngerasa butuh untuk buat google form untuk evaluasi 'sesuatu'. Harusnya minta feedback evaluasinya di awal pekan kemarin. Tapi qadarullah keskip, jadi harus dilakukan hari ini. It's better late than never, isn't it?

Dan setelah disebar, salah satu feedback yang masuk adalah ini... dan pas baca rasanya, sesuatu...


Reaksi pertama: mengakui. iyaaa. aku emang masih kurang di sini..

Reaksi kedua: *egonya muncul* tapi kan... konsep "di sini" aku memang harus lebih banyak diam dan mendengarkan. Agar yang lain saja yang lebih banyak berbicara.

Reaksi ketiga: ini pas banget nih, buat bahas nulis di blog. hehe.

***

I actually feeling really grateful *forgives me for the broken grammar. Let me just wrote in english, cause it's getting personal.

I felt grateful, cause she noticed me, how I tend to close any chance to talk about myself. Even if I speak, I usually making it more abstract. I know it's one of my weakness. It takes time for me to really open up. To comfortable talking more and let people know me, or let them come into my life. 

I think it's one of my bad habit. I have that concept a long time ago. Back then, I felt betrayed by a -many- friend. So I make my own wall, my own border. But... the sad part is, sometimes I feel frustated at myself. Why can't I open up to the closed one? To my family, or my closed friend. It becomes a habit, to just tell them the good side, the happy news. I'd rather write down my own feeling, or my thoughts in a diary, or in this blogs.

It's not that I don't trust them, or I want to make a gap between me and them. It's just me. It's my bad. I have a difficulties in this issue, and I need to work on it.

***

Semoga nanti, setelah Ramadan, ada waktu dimana yang lain bisa bertanya, dan aku akan dengan senang hati menjawab. Karena tanpa pertanyaan, aku hampir selalu lebih memilih untuk menjadi sosok yang misterius. Sejak dulu memang begitu. Lalu ada sesuatu, dan terlebih saat ini.

Mungkin, mungkin itu juga.. bisa jadi alasan tambahan, mengapa aku tidak suka bicara tentang diri. Aku terlalu takut untuk membuka kartu tentang diriku. Ada yang ingin kusembunyikan, sebuah retakan yang belum kurekatkan dengan emas. Aku terlalu takut, jika mereka melihat sisi gelap itu, will they see me as I am? Or will they just see the mistakes, and forgets who I am. Hmm.. and who in this worlds would want to be labeled by their mistakes? No one. Neither do I.

***

Terakhir, meski anonim, sepertinya aku bisa menebak siapa yang menulisnya. Dan pada penulis feedback tersebut, aku ingin menjawab,

Aamiin. Kamu juga, wa anti fajazakillahu khayran. ^^



No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya