#fiksi
"Aku ingin jatuh hati lagi, pada orang yang baru", ucap seseorang sembari menatap layar hp dengan goresan pendek di bagian kanan atas.
Telinganya tersumbat earphone, mungkin ia sedang mengobrol dengan sahabatnya via telpon. Sampai lupa ini tempat umum. Aku yang duduk di belakangnya mau tidak mau ikut mendengarkan.
Aku mencoba fokus pada pekerjaanku di laptop, tapi sebagai seorang yang audio, dan menyukai fiksi, tiba-tiba aku ingin menuliskan percakapan imaji jika yang diajak bicara adalah aku.
Kamu cuma perlu membuka hati, dan melihat sekitar. Pasti ada yang bisa sosok yang menarik hatimu. Jatuh cinta itu memang sering tanpa rencana. Tapi bisa juga direncanakan.
"Justru itu, karena aku ingin segera berhenti jadi pengagum rahasia seseorang."
Keningku berkerut, sudah lama sekali aku tidak mendengar istilah itu.
Hei! Kamu kan laki-laki, move on dari fase tersebut adalah dengan menghilangkan kata "rahasia"-nya. Melangkah maju, kemudian ditolak. Lalu melanjutkan perjalanan. Atau jika mujur, mungkin diterima. Lalu tersenyum puas.
Ia terkekeh pelan, sepertinya tawa sarkasme. Entah nasihat, komentar atau canda apa yang ia dengar dari sebelah sana. Satu dua, mungkin sampai lima detik, kemudian hening.
Mungkin tawa itu berubah jadi tangis, entahlah. Aku sudah tidak peduli. Kugeledah tasku, mencari earphone, memutuskan untuk fokus bekerja saja.
Belum sempat kusumbat telingaku,
"I'll sent her a long letter. As a goodbye message."
Tanganku terhenti di udara, dekat telinga. He has a british accent. Sepersekian detik aku sempat ragu ingin mendengarkan lagi, atau tidak.
"I know she always check her email."
Itu kalimat terakhir yang kudengar saat aku menutup laptop, kemudian memilih untuk berpindah meja.
***
Langit sudah sedikit oranye, saat dokumen kerjaanku selesai dan kukirim. Kupandangi meja, ada dua gelas yang sudah kosong, dan satu piring kecil dengan remah-remah sandwich.
Aku berjalan ringan sembari memikirkan nasi hangat di rumah untuk disantap. Pikiran tersebut buyar saat tanpa sengaja mataku beradu dengan sosok yang tadi tanpa sengaja kudengarkan percakapan telponnya. Aku segera menunduk, mempercepat langkah untuk menggapai pintu kaca. Klik, baru kubuka sedikit, aku terhenti lagi.
"Permisi" ucap seseorang dari belakang, memintaku tidak menghalangi jalan. Kugeser badanku menjauhi pintu. Pemilik suara itu lewat, kupandangi punggungnya menjauh. Satu, dua... Mungkin hingga lima detik sebelum akhirnya aku memukul dahiku pelan agar sadar dengan apa yang sudah kuperbuat.
Kuhampiri meja terdekat, kubuka laptop sembari menggumam kesal pada diri.
Kubuka email, sebuah balasan masuk dari atasanku.
"Ini cerpen di halaman terakhir, lanjutannya gimana? Wkwkwk"
The End.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya