Follow Me

Tuesday, July 22, 2025

E-Book yang Selesai Kubaca Tahun 2023 (part 1)

July 22, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Singkat cerita, karena membaca tulisan lama berupa list dan sedikit banyak tentang e-book yang kubaca tahun 2022, aku berniat meneruskannya, kali ini 2023. Semoga nanti 2024 juga. Langsung aja. Oh ya, mayoritas e-book kupinjam dan baca di iPusnas, ada juga yang dapat dari penulisnya.

 

***

Your Journey to be The #UltimateU2  

(foto dan keterangan buku diambil dari sini
Judul: Your Journey to be the #Ultimate U2
Penulis: Rene Suhardono
Penerbit: Kompas
Bahasa Indonesia
ISBN: 978-979-709-758-5
Dimensi: (19x13) cm
 
 

 

 

 

Awal baca buku ini udah dari 2022 kayanya, tapi anehnya gak tercatat tanggal persis kapan aku mulai membacanya. Entah mungkin karena dulu aku belum menjadikan channel di telegram sebagai log baca ebook-ku. 13 Mei 2022 tercatat aku sudah membaca 45 halaman, dan melanjutkan baca 8 halaman, lalu mencatat kutipan ini,

 

JALANI apa pun keunikan yang Anda miliki.

LAKUKAN apa pun yang Anda ingin lakukan.

KERJAKAN apa pun yang Anda pikir paling Anda pedulikan.

COBA apa pun yang Anda rasakan paling menggambarkan jati diri Anda sesungguhnya.

Kalau masih banyak pertimbangan lain yang menyulitkan, kenapa tidak Anda tuliskan, gambarkan, nyanyikan, ceritakan dan teriakkan?

#daribuku *Your Journey to be the #UltimateU2* - Rene Suhardono, Kompas 

 

Sebelum tahu sosok beliau sebagai penulis, atau coach, aku terlebih dahulu familiar dengan beliau lewat komunitas Nouman Ali Khan Indonesia (NAK ID). Aku lupa persisnya, tapi ada instansi yang mengundang ustadz Nouman, nah Rene Suhardono hadir juga di awal, acara via zoom, trus mengetahui beliau seorang penulis, aku cari bukunya di iPusnas, ketemu, dan akhirnya baca.

 

Salah satu keunikan buku ini adalah di tiap akhir tulisannya ada satu dua kalimat berbahasa latin. Lewat buku ini, aku jadi tahu ternyata ada juga buku yang di dalamnya tulisan banyak mix bahasa, antara bahasa indonesia dan bahasa inggris. Selama ini, di pikiranku, sebaiknya buku itu dalam satu bahasa. Kalaupun perlu ada bahasa lain, jangan terlalu banyak. Tapi mungkin karena target buku ini adalah untuk mereka yang punya kemampuan bahasa inggris, jadi ya relate aja.

 

Oh ya, kalau gak salah, salah satu keunikan buku ini, di tiap akhir bab ada semacam quote atau mindmap, dengan banyak nama-nama baru, entah siapa, mungkin anak didiknya coach Rene, atau orang-orang sukses yang sudah menemukan the Ultimate U. [1]

 

Beberapa kutipan lain dari buku tersebut yang aku catat,

 

What's the meaning of life? Trying to answer it = part of life's meaning. - Rene Suhardono

 

You have freedom to choose a life that matters for you. The first step is to know what matters for you and make your choices accordingly. Fides quarens intellectum. - Rene Suhardono

 

Buku ini cocok untuk siapapun yang sedang berusaha untuk bertumbuh, menjadi diri yang lebih baik hari ke hari. Kutipan terakhir masih dari buku tersebut, sebelum bahas e-book kedua yang selesai kubaca tahun 2023.

 

"Orang pertama yang harus diyakinkan untuk membuat pilihan untuk berubah adalah diri sendiri.

Being awesome is about making a difference.

Tiap orang punya kapasitas melakukan perubahan berbeda-beda.

.
.
.

Kapasitas apapun yang ada dalam tiap orang pasti bermanfaat, berharga dan bermakna." [2]

#daribuku *Your Journey to be the #UltimateU2* - Rene Suhardono, Kompas 

 

***

 

Love and Happiness 

 

sumber screenshoot: Goodreads
  

Judul: Love and Happiness
Penulis: Yasmin Mogahed
Penerbit: Mizan
Bahasa Indonesia 

 

Buku ini kupinjam setelah selesai membaca buku karya penulis yang sama berjudul Reclaim Your Heart dan Shattered Glass. Aku tahu ada buku kumpulan quote dari beliau yang diterbitkan Mizan. Meski penggemar buku beliau, jujur aku tidak terlalu banyak mengikuti materi yang beliau sampaikan di video-video.


Buku ini visual isinya berwarna, kombinasi warna pink dan biru. Oh ya meski selesai dibaca tahun 2023, buku ini sebenarnya sudah mulai kubaca sejak 29 Desember 2022. Satu kutipan pertama dari buku ini yang kucatat saat membaca halaman 7-15 di akhir tahun adalah,

 

Janganlah cemas

Pertolongan Allah datang sesuai dengan kesulitan yang kau hadapi.

Semakin kuat rasa sakitmu, semakin manis penghiburan-Nya. 

Semakin berat ujianmu, semakin besar ganjaran yang akan kau terima.

Semakin besar lukamu, semakin kuat penyembuhan-Nya.

Semakin dalam lubang yang ada dalam dirimu, semakin banyak isi yang bisa kau tuangkan.

#daribuku *Love and Happiness - Yasmin Mogahed*, Mizan 

 

Jujur, setiap membaca tulisan beliau, aku selalu membayangkan, bagaimana rasanya jika membaca kutipan asli yang ditulisnya dalam bahasa inggris. Jika suatu hari berkesempatan dapat akses baca versi aslinya, aku tidak akan ragu untuk membaca ulang buku ini.

 

Beberapa kutipan lain dari buku ini yang kucatat,

 


Buku ini cocok untuk pembaca yang lebih suka tulisan ringan. Untuk yang sedang berjuang mencari kebahagiaan lagi, dan yang butuh kata-kata yang bisa menepuk pundakmu pelan saat kebisingan dan masalah dunia membuat kepala dan hatimu hendak meledak.

 

Dua kutipan terakhir dari e-book kedua yang selesai kubaca di tahun 2023

 

"Pandangan kita salah. Kita takut pada badai karena tidak melihat Sang Pelindung. Kita takut pada gelombang laut merah karena tidak melihat Dia yang bisa membelah lautan.

Bukan badai yang harus kita takuti... melainkan jarak kita dengan Sang Pelindung."

#daribuku *Love and Happiness - Yasmin Mogahed*, Mizan

 

masih di topik yang sama,

 

"Semua rasa sakit, keputusasaan, ketiadaan harapan, berasal dari pandangan yang hanya berfokus pada makhluk, dan bukan pada Sang Pencipta.

Tanyakan pada dirimu sendiri: apa yang dilihat hatimu?" - Yasmin Mogahed

 

***

 

Sekian dua e-book pertama yang selesai kubaca di tahun 2023. Ada dua e-book lain. In syaa Allah aku tulis di part 2.

 

Terakhir, pesan untukmu. Terkadang kita perlu waktu untuk kembali menengok kebelakang dan mencatat buku yang sudah kita baca. Bukan untuk merasa tinggi hati hanya karena menyelesaikan satu dua buku. Tapi untuk menilik ulang, pelajaran apa yang kita ambil dari membaca buku tersebut. Bagaimana? Tertarik membagikan cerita tentang buku yang sudah selesai kau baca? Ayo, jangan tunda. Tulis sekarang dan bagikan. Blog, atau sosial media. Atau bahkan pada teman yang bisa diajak ngobrol tentang buku. Tetap semangat membaca. Mulai dari satu halaman. Semoga bisa istiqomah. Aamiin.

 

Wallahua'lam. 

 

*** 

Keterangan:

[1] Saat menulis bagian ini, aku coba pinjam lagi buku tersebut di iPusnas, tapi anehnya, ketersediaannya sudah gak ada, jadi gak bisa dipinjam. Yang ada cuma scrapbook The Ultimate U dan buku Journey to be the Ultimat3U 

[2] Saat aku menukil/mengutip buku, lalu kau temukan tiga titik berturut-turut, entah horizontal/vertikal, artinya di sana sebenarnya ada kalimat/paragraf pemisah, tapi yang ingin kukutip cuma bagian tersebut. Menjadikannya dua kutipan berbeda bagiku kurang pas, karena keduanya bisa menjadi satu kutipan yang bersambung dan powerful menurut pendapatku. You'll find that kind of quote in my previous post.

Friday, July 18, 2025

Banyak yang Bisa dan Harus Ditulis

July 18, 2025 0 Comments

Bismillah.

 



Ada begitu banyak yang bisa dan harus ditulis. Tapi mengapa jari dan hati, justru ingin bercerita saja tanpa arah dan topik yang jelas.

 

Ada banyak hal yang harus ditata terlebih dahulu, untuk kemudian bisa fokus dan mengerjakan yang harus ditulis. Jadi izinkan aku melakukan free writing di sini. Aku tahu, ini bukan diary. Tapi, izinkanlah. Sesekali.

 

*** 

 

Aku ingin melanjutkan buat konten di instagram betterword_kirei. Bahannya sudah ada. Sejak awal menguatkan tekad menulis tentang palestina, aku sudah berniat untuk tidak sepenuhnya menulis hal baru. Aku ingin "mengimpor" tulisan di sini. Sebagai pengingat bahwa yang terjadi di Palestina, sudah terjadi juga di tahun 2012,2013,2014 saat aku awal-awal mulai menulis tentang palestina di sini. Meski bukan secara mendalam, meski mungkin hanya di satu kalimat. 

 

 

Alhamdulillah 4 tulisan sudah diimpor ke IG. Dan tulisan kelima, ini.. tulisan yang cukup berat. Entah berapa kali aku berhenti hanya memikirkannya. Menuliskannya ulang saja baru di kepala, belum sempat aku mencoba menuliskan ulang dari sudut pandang situasi di tahun ini. Ini dua tulisan lama, yang hendak aku buat konten di instagram betterword, (mohon doanya, semoga Allah memudahkanku untuk segera melaksanakan niat dan gak omdo ><) : Tentang foto yang berpulang.

 

https://betterwordforlife.blogspot.com/2013/09/foto-yang-sudah-berpulang.html

https://betterwordforlife.blogspot.com/2014/09/foto-yang-sudah-berpulang-2.html

 

Aku masih ingat saat itu, aku yang masih melabeli diri sebagai ekstrovert, aku yang masih begitu aktif di sosial media (Facebook), aku yang masih berapi-api semangat dakwahnya. Saat itu mataku terbuka tentang penderitaan muslim di Suriah dan Palestina, beberapa akun dan fanpage terkait aku add dan follow, aku share juga berita tersebut. Ya, berita dengan foto-foto jenazah, mereka yang berpulang, mereka yang syahid. Di facebook saat itu belum ada sistem sensor, jadi merah darah syuhada terlihat jelas, bukan video memang hanya foto. Tapi karena aku banyak share, beberapa orang menegurku. Kakak tingkat, bahkan dosen. Saat itu, aku sadar, mungkin aku salah cara untuk mengingatkan. Mungkin seharusnya yang aku share hanya informasinya saja, tanpa perlu ada foto yang melihatnya membuat orang menutup mata karena memang gambar-gambar itu nyata dan mengerikan. Pun aku dikirimi fatwa ulama. Maka aku menyalinnya dan menuliskannya di blog ini. Sejak itu, aku fokus ke berita atau informasi yang isinya dukungan dan pengingat donasi saja. Share cuma foto anak-anak Palestina saja, yang karena kepolosan dan kebersihan hatinya masih bisa tersenyum meski penjajahan menjadi santapan sehari-hari, ya tahun itu sudah terjadi, dan tahun ini masih terjadi.

 

Waktu berjalan, kita sekarang ada di 2025. Era komunikasi dan sosial media makin maju. Kalau dulu yang bersuara dan berisik hanya sedikit, kini begitu banyak. Foto dan video mereka yang berpulang tersebar dan harus disebar, karena jika tidak dengan gambar dan video tersebut, orang-orang tenggelam dalam algoritma bubble-nya, melupakan bahwa di bagian bumi lain, ada yang untuk makan saja, untuk tidur saja, tidak bisa. Genosida jelas-jelas sedang terjadi, dan dunia seolah masih diam dan tak bergeming. TT

 

Aku melihat bahwa fatwa ilmu fikih yang dulu mungkin berlaku, kini berubah. Sebagaimana kita melihat para ulama yang menjadi garda terdepan untuk terus mengingatkan kita untuk tidak tenggelam dalam bubble algoritma sosial media, dan sadar, bahwa saat kita asik scrolling TT Allahummaghfirli.. Ada yang diburu peluru dan bom meski usianya masih begitu muda, meski usianya sudah begitu senja, meski tangan dan kakinya sudah diamputasi karena luka bom yang sebelumnya, atau tembakan yang sebelumnya, yang meski kekurangan gizi dan fisiknya lemah masih digempur dan hendak dimusnahkan hanya karena hatinya masih begitu tangguh dan kuat menggenggam iman. Ah, dimanakah dirimu? Mengapa hanya ingat saat menulis ini, lalu beberapa detik, menit jam berlalu, dan kita kembali tenggelam dalam senjata bermata dua bernama sosial media, youtube, AI, dan urusan remeh temeh yang selalu kita keluhkan. Lupa bahwa kita seharusnya punya andil, minimal ikut bersuara, atau memberikan bantuan harta, atau mengufukkan doa, atau mendidik diri agar menjadi muslim yang lebih baik yang dengan itu bisa membangunkan iman mayoritas muslim yang kini persis seperti gambaran dari Rasulullah, seperti buih di lautan, banyak, namun cepat menghilang, tak meninggalkan bekas, tak memberikan impact. (Rabbana dzalamna anfusana TT jika tidak Allah mengampuni dan memberi kita rahmah, sungguh kita akan sangat rugi).

 

Menulis ini saja jujur takut. Takut cuma menulis, kemudian lupa dan kembali tenggelam. TT

 

***

 

Aku ingin menulis di blog ini, beberapa hal. Dua diantaranya, tentang belajar bahasa baru pakai AI. Juga merekap ebook yang selesai kubaca tahun 2023 (cuma 4, tapi baru bisa nulis tentang 1 buku, 1 lagi harus diselesaikan biar bisa selesai part 1). Aku juga ingin menulis tentang open letter di Slowly, dan bagaimana itu membuka begitu banyak pertukaran surat yang sesuai jadi lebih nyambung.

Aku juga ingin menulis di medium anonim. Ada tulisan bersambung yang ingin kulanjutkan. Ada beberapa tulisan suratku di Slowly yang ingin kusalin dan publish. 

Aku juga harus membalas 6 surat yang mengantri untuk dibalas di Slowly. satu atau dua saja per hari. harusnya cukup.

Tapi diantara yang banyak dan bisa kutulis, aku tahu ada yang terlebih dahulu harus dituang, sebuah penyumbat. Bisa ditulis di sini dalam bentuk abstrak, atau di diary jika ingin lebih lugas dan denotatif. Lagi, tentang definisi move on, kukira sudah move on, kenapa orang masih saja menganggap aku belum move on ya? Apa memang aku belum move on? Tentang alasan hari-hari dilalui tanpa semangat, ternyata mungkin karena itu. Tentang menyimpan kesedihan di hati, katanya gak boleh, tapi sebagian egoku ingin membangkang kenapa gak boleh? Toh... dan beberapa kisah nyata nabi, sahabat/sahabiyah,... tapi kan aku belum selevel itu imannya, tapi.. bukankah manusiawi? Hmmm.

 

***

 

Selesai sudah free writingnya. Sebenarnya isinya sesuai di judul. Ada banyak yang bisa dan harus ditulis. Tapi terkadang hati begini, begitu banyak kata dan pikiran yang simpang siur. Tidak mudah untuk menuangkannya dalam tulisan sesuai dengan gelas-gelasnya. Tehnya di cangkir teh. Kopinya di mug kopi. Air es dinginnya di gelas bening, es campurnya di mangkok, dst. Ada yang harus ditata dulu, diluapkan dulu, baru kemudian ditata. Ada mimpi menulis yang masih terus ditunda. Entah karena memang belum pantas, atau karena aku terlalu banyak menghabiskan waktu mengurus distraksi dan bukan fokus ke visi.

 

Kututup dengan kutipan yang belum lama ini kusalin di slowly dengan bantuan translator AI langgananku di whatsapp.

 

Tapi keberanian untuk berkata tidak ini bergantung pada kekuatan kita untuk berkata ya pada tujuan/fokus hidup kita. Stephen R. Covey, dalam buku 7 Habits menuliskan,
"Anda harus bisa memutuskan prioritas utama Anda dan memiliki keberanian --dengan menyenangkan, sambil tersenyum, tanpa rasa menyesal-- untuk berkata "tidak" pada hal lain. Anda bisa melakukannya dengan memiliki kata "ya" yang lebih besar dan menggebu-gebu dalam diri Anda."

 

Baca juga: artikel dari blog ini, sumber diatas (tulisan 2020) 

 

 Barangkali ada yang penasaran sama hasil terjemahan

 

"One thing that makes people live in a trap of feeling forced is the inability or fear of saying no. When we become "Yes Man", choosing to follow others' choices and get swept away by the crowd, we often feel compelled. On the contrary, by daring to say no, we can avoid situations and conditions that make us feel forced. But this courage to say no depends on our strength to say yes to our life's purpose/focus. Stephen R. Covey wrote in his book '7 Habits': 'You have to decide what your priorities are and have the courage – pleasantly, with a smile, without regret – to say no to other things. You can do this by having a bigger, burning 'yes' within you.'" 

 

Mari tutup dengan kafaratul majlis dan surat al ashr.

 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.


sumber gambar


Wallahua'lam.

Monday, July 14, 2025

Disconnect (2)

July 14, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

Beberapa waktu yang lalu membaca tulisan lama di blog ini berjudul Disconnect. Mungkin karena baca itu, jadi teringat lagi emosi yang disimpan waktu itu. Lalu qadarullah mengalami beberapa kendala komunikasi serupa. Perasaan ketidakterhubungan hanya karena merasa percakapan satu arah, tanpa ada tanda tanya balik. Lalu puncaknya beberapa hari yang lalu menerima surat di Slowly tanpa tanda tanya. Satu, dua sampai empat hari kubiarkan surat itu di inbox, sambil merangkai emosi dan kalimat, topik apa yang selanjutnya harus kuusulkan agar percakapan kembali menjadi percakapan dan bukan sebuah interview atau interogasi. Dan pagi ini, selain memberikan tanda tanya baru dan mengajukan topik obrolan baru, aku memberanikan diri mengeluarkan unek-unekku terkait perasaan 'disconnect'.

 

Dan inilah yang aku tuliskan, dalam bahasa inggris.

 

***

 

Hmm.. There's something I want to say. But please don't be offended.

 

Actually, when I first read your latest reply I feel a little bit disappointed. Because I can't find any question mark there. It happens a lot. And not only in Slowly. And I'm a little bit sensitive about it lately.

 

As an Introvert who gather energy to open up and connect with new people. It's sad when I saw that the conversation flow as if it's one way. It's not even an interview, but trying to always be the one who ask is kinda... Hmm. It's a complicated feeling.

 

I usually take time to neutralize that complicated feeling before sending a response to whatever communication it is. Whether it's in Slowly or in chat. But I usually still can keep the conversation going. As I have a high curiosity and I'm told that I have a good empathy. Making more questions is not difficult for me. And trying to think what's on their shoes is also not difficult.

 

Most people just more introvert than me. Answering questions from stranger and trying to open up for them is already taken a lot of their energy. So they don't have time to think asking questions. And I think most people, just like me, wanted to be heard/listened, but that in their life there's not many occasions that they can tell people about themselves. So when a question come, they just focus on answering. And giving response or answer is also their way to continue the conversation.

 

Anyway, I just want to let out this complicated feeling. I'm sorry if somehow I hurt your feeling. It is not only about your letter. More of me trying to let out that stacked of emotion after some similar cases where I feel "disconnected" just because I didn't get any question mark. Perhaps, I'm just having a high expectations that people are just like me, someone who easily ask questions. 

 

 - Isabella Kirei a.k.a Blue on Slowly 

 

***

 

Membaca kembali tulisan impulsif di atas membuatku pusing. Bukan karena isinya, lebih ke tatanan bahasa inggris yang kacau dan kalimat yang tidak efektif. Padahal, tujuan utamaku menggunakan akun Slowly, selain untuk kirim-mengirim surat, adalah untuk melatih kemampuan menulis bahasa inggrisku. Tapi kalau setiap kirim surat, aku gak cek grammarnya, gak dibaca ulang dan coba diedit, kan tujuannya jadi gak tercapai ya? Syukurlah, minimal dengan proses menyalin tulisan seperti ini, aku jadi ingat lagi.

 

Terakhir, kututup postingan ini dengan pertanyaan untukmu. Apakah kamu juga pernah merasa seperti aku? Perasaan tidakterhubung, perasaan aneh saat orang yang kau ajak "bicara" (komunikasi tertulis entah itu chat/surat) tidak balik bertanya? Apakah cuma aku yang overthinking, dan jadi bingung, haruskah menghentikan obrolan, atau haruskah mencari topik lain? Bagaimana dengan orang-orang ekstrovert? Apakah hal seperti ini harusnya memang tidak dipikirkan ya? Yaudah sih, kalau masih mau ngobrol lanjut tanya aja. Dan kalau tidak, bisa cari orang lain yang mungkin lebih punya waktu dan lebih tertarik untuk mengobrol topik tersebut. Ceritakan dalam tulisan dan publikasikan dalam blogmu ya. Atau bisa jawab di komentar juga. Boleh anonim juga.

 

Sekian. Bye~

 

Wallahua'lam.

 

***

 

PS: Saat menulis "I have a good empathy", ini sebenarnya agak gimana, takut kesannya sok empati gitu haha. Tapi di sisi lain, aku bisa menulis seperti itu, karena dulu pas tes Talent Mapping, memang poinku di empati lumayan tinggi. Semoga gak overclaim hehe. Mohon doanya, semoga beneran bisa jadi orang yang bisa berempati dengan banyak orang, dan semoga hal itu bukan cuma bikin emosiku mudah naik turun, tapi juga bisa membuatku menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang lebih bijak. Aamiin.

Thursday, July 10, 2025

Apakah Itu Ada?

July 10, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

 

Apakah writer’s block itu ada?

Apakah luka batin itu ada?

 

Dua pertanyaan itu hadir dari dua orang berbeda, lewat medium berbeda (tulisan dan lisan).

 

Aku ingin menjawab, ya, secara fisik memang tidak ada. Tapi keberadaannya tidak bisa dinafikan hanya karena mata yang tidak bisa melihat.

 

Di sisi lain, aku memahami cara berfikir sang penanya. Sebenarnya bagi mereka, pertanyaan itu hadir bukan untuk benar-benar bertanya, atau mengajak debat pada yang berbeda pendapat dengan mereka. Mereka hanya ingin memberikan mindset berbeda, bagi mereka jika keberadaan dua hal tersebut tidak dibesar-besarkan, hanya dianggap sebagai salah satu dari hal yang harus kita hadapi dan selesaikan, maka itu akan lebih baik. Ya, karena jika kita menjauh dan menyadari bahwa dua hal tersebut tidak sebesar yang kita pikirkan, maka akan lebih mudah untuk mencari solusinya.

 

Tapi sebagai seseorang yang sensi dan masih bergelut dengan dua hal tersebut, ingin rasanya menjawab dengan nada sensi dan penuh emosi. Hanya karena ia tidak tampak, bukan berarti ia tidak ada. Mudah untuk bicara ketiadaan dua hal tersebut saat tidak sedang mengalaminya. Namun bagaimana jika suatu saat dihadapkan pada dua tantangan tersebut? Apakah masih bisa mengatakan bahwa dua hal tersebut tidak ada? I don't know. I hope they don't meet that kind of invisible wall or invisible scar. Nobody wants to get stuck and get left behind because of things inside their mind/heart. *lah kok switch bahasa hehe. Mari aku ulangi haha.  **yang kaya gini harusnya gak usah ditulis ya? Tapi biarlah, kan ini blog personal, bukan di Medium.

 

Tidak ada orang yang menginginkan terjebak dan tertinggal hanya karena pagar-pagar dalam kepalanya, atau luka-luka taknampak dalam hatinya. Lebih mudah untuk mencari jalan yang lain, saat kau masuk ke jalan buntu di dunia nyata. Lebih mudah untuk menyembuhkan luka karena tergores pisau saat masak dibanding menyembuhkan luka karena tergores pisau lidah di masa lalu. Tapi setiap orang memiliki ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dengan hal-hal material/fisik yang jelas tampak dan bisa dilihat mata fisik. Namun ada pula yang diuji dengan hal-hal tak nampak yang berada di dalam kepala dan hatinya. Penting untuk bertukar pandangan untuk saling membantu. Karena ujian juga saling berganti. Seperti ujian dalam bentuk kesusahan berganti dengan ujian kesenangan, begitu pula sebaliknya. Perbedaan ini, jangan sampai membuat kita memandang rendah ujian orang lain.

 

Let's walk together hand in hand helping each other. 

 

Wallahua'lam.

 

***

 

PS: Aku tahu dua orang yang bertanya tidak ada maksud merendahkan yang mengaku sedang mengalami kedua hal tersebut di atas, mereka hanya ingin membantu, agar rang yang mengalaminya, sejenak menjauh dan melihat dari tempat tinggi, melihat dari sudut pandang orang ketiga, bahwa dua hal tersebut tidak sebesar yang ada dipikiran/hatinya. Bahwa ada begitu banyak hal-hal baik di luar sana yang bisa membuat orang-orang yang tersendat lama di depan writer's block

Wednesday, July 9, 2025

Responses on Medium bagi pengguna Medium di Web

July 09, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* gak penting. cuma sebat alias ngomongin Medium dari belakang di platform blogger haha *peace

 

***

 

Ini bukan yang pertama aku ngomongin tentang Medium di sini. Ya, mau gimana lagi, dimana lagi mau diluapkan kalau bukan di blog personal. Obrolan tentang blog di diary tampaknya lebih gak faedah. Ya, siapa tahu google nemuin tulisan ini, dan ya, ada yang mengerti.

 

Salah satu yang nggak aku suka dari Response on Medium adalah tampilannya, oke, memang awalnya seperti komentar pada umumnya, bisa dibaca di akhir tulisan. Tapi, kalau sudah lebih banyak lagi, nanti akan dimunculin tuh sidebar response, di sebelah kanan. 

 

tebak, yang mana scrollbar page, yang mana scrollbar response? [1]

 

 

Ya, kanan, dan kanan itu.. artinya akan ada 2 scroll bar yang bertarung, menyebabkan aku gak bisa baca semua response dari postingan tersebut. Sekedar coba klik scroll bar yang response aja gak bisa. Kalau pake page down, yang ke scroll cuma halaman dari tulisannya, bukan response-nya.

Sebagai orang yang sudah terbiasa lebih banyak baca komen daripada caption, sebel lah.. rasa kurioritas kita diputus. Masa kaya gini harus pindah dan buka aplikasi di hp. Mana aplikasi Medium di hp ada, tapi belum diupdate. Hmm. Ya sudahlah.

 

***

 

Mumpung lagi bahas Medium. Satu lagi yang bikin aku males buka medium. Gak ada sistem archive yang memudahkan untuk cek tulisan lama. Kalau mau baca tulisan lama, yang harus scrolling terus, kaya di sosial media aja. Wajar sih, kan ini dulu sama kaya yang buat twitter ya, jadi ya.. I get it. Tapi kan Medium itu ya semacam blog juga. Hmm.

 

Anyway. Sekian. Mohon maaf atas postingan nirmanfaat ini.

 

Semoga cuma aku aja yang mengalami ketidaknyamanan ini. Fokus aja pada manfaat dan kebaikan Medium, dan teruslah menulis, membaca, berbagi tepukan dan respon di Medium!

 

Bye~  

 

***

 

Keterangan :

 

[1] bukan mau jawab pertanyaan di caption screenshoot, cuma mau kasih link tulisan yang membuat aku impulsif menulis ini.

https://medium.com/komunitas-blogger-m/kompetisi-blogwalking-baca-kasih-tepukan-dan-komentar-5660e4205da3

btw it's a good idea, blogwalking dan meninggalkan komentar bisa menjadi interaksi saling mendukung antarpenulis di Medium.

Sunday, July 6, 2025

Afirmasi Positif Tidak Selalu Positif

July 06, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

#NukilBuku 

 

Aku baru-baru ini melanjutkan baca buku "Yang Belum Usai" - Pijar Psikologi. Dari sana, ada satu informasi yang baru aku ketahui, ternyata afirmasi positif tidak selalu positif karena.... 

 

***

 

Jadi sebelumnya aku sudah sedikit banyak tahu, kalau kata-kata positif tidak selalu berdampak positif. Kata-kata "Semangat!" justru bisa buat gak semangat, atau kata "Yang sabar ya..." justru malah bisa bikin kita emosi. Terutama kalau itu datang dari orang lain, orang lain yang kita pikir sama sekali tidak tahu dan tidak mengerti apa yang kita alami/rasakan. 


Sebelum bahas tentang afirmasi positif yang tidak selalu positif. Penulis menjelaskan tentang teori afirmasi.

 

Teori afirmasi diri ini pertama kali dikenalkan oleh Steele. Premisnya menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk mempertahankan persepsi positif (maupun negatif) tentang diri sendiri. Maka dari itu afirmasi ini akan membantu kita untuk merasa lebih baik. 


Afirmasi positif sendiri adalah kata-kata positif yang digunakan untuk menangkal pemikiran yang tidak kita pikirkan. Ini salah satu solusi untukmu yang sering terjebak dengan negative thinking. Afirmasi juga dapat membantu kita untuk membentuk identitas diri dengan cara mempertahankan harapan dan narasi tentang diri. 

 

Nah dari buku tersebut, aku baru tahu, tentang penelitian afirmasi positif untuk dua jenis target. Oh ya, afirmasi positif ini bukan dari orang lain, tapi afirmasi positif yang dilakukan diri sendiri sambil menghadap cermin. Targetnya ada dua, orang yang punya kepercayaan diri tinggi. Dan orang yang punya kepercayaan diri rendah.

 

(hasil penelitian)...ternyata afirmasi positif yang dilakukan sama sekali tidak berfungsi pada individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Justru, afirmasi tersebut malah membuat mereka menjadi merasa lebih buruk.
.
.
.
Mereka (yang memiliki kepercayaan diri rendah) merasa seakan membohongi diri sendiri ketika bercemin, dan mengatakan hal berbeda dari yang ia percayai.

.
.
.
Yang paling penting adalah kalimat afirmasi harus sesuai dengan nilai personal yang kita pegang dalam melihat diri sendiri.

#daribuku "Yang Belum Usai" - Pijar Psikologi 

 

Lalu, apa solusinya?

 

Going neutral before going positive

...Hal terbaik yang mungkin bisa kita lakukan adalah mengenali dan menerima perasaan negatif tersebut.

 

Disebutkan juga,

 

Dengan memilih kata-kata netral terlebih dahulu, kita tidak memaksakan diri menjadi super positif yang justru lebih sering membebani.

Afirmasi netral dapat membantu kita untuk lebih aware dengan kapasitas diri dan bersikap positif dengan bijaksana

 

 Ada beberapa contoh kalimat afirmasi netral yang bisa dipilih yang disebutkan di buku ini.

 

 

Dari pelajaran itu, kita harus cek lagi kata-kata afirmasi positif yang ingin kita biasakan pada diri. Cek juga apa kabar rasa percaya diri kita di bagian tersebut. Setelah yakin bahwa afirmasi positif itu tidak terdengar seperti kebohongan, baru praktekkan. Tapi jika masih terdengar seperti dusta, coba direvisi menjadi kalimat afirmasi yang lebih netral. 

 

***

 

Jujur aku bukan tipe yang menggunakan afirmasi positif dan praktek ngomong ke diri sendiri di kaca. Tapi apakah ada afirmasi yang sering dilakukan? Tentu saja di dalam otak, saat sedang bermonolog dengan diri. Hanya terkadang, kalimat afirmasi, baik itu positif maupun netral yang dibuat diri sendiri ada kalanya tidak cukup kuat memberi efek. Saat ini terjadi, biasanya aku memilih untuk mencari kata-kata yang lebih kuat. Kata-kata yang diabadikan dan dijamin ke-relate-an dan kekuatannya untuk menundukkan hati manusia. Ada yang tahu apa? Apa lagi kalau bukan kalamullah, ayat-ayat Al Quran.

 

Seperti saat kita merasa sendiri, dan tidak ada yang peduli atau mengerti diri kita. 

 

فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ 

وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

كَلَّآ ۖ إِنَّ مَعِىَ رَبِّى سَيَهْدِينِ  

 

Wallahua'lam.

 

***

 

Keterangan: Bagian tentang Afirmasi di buku "Yang Belum Usai" ditulis oleh Isnaini Rahmawati

Saturday, July 5, 2025

Grup WhatsApp Untukmu yang Ingin Membentuk Habit Baca

July 05, 2025 0 Comments

Bismillah. 

 

Awal grup ini dibuat adalah untuk membantuku agar semangat baca buku tiap hari meski cuma satu lembar. Grupnya di khususkan untuk perempuan. Kenapa? Karena jujur, aku takut ada interaksi-interaksi yang tidak diinginkan kalau ada laki-laki, entah modus atau apa. Jadi kalau ada yang laki-laki dan butuh semacam support system kaya gini, silahkan buat sendiri dan ajak teman-temanmu untuk gabung.

 

Awalnya ada peraturan di grup ini untuk laporan sebelum jam 5 pagi, ada rekapan juga, dan ada hukuman juga buat yang 7x berturut-turut gak lapor untuk dikeluarkan dari grup. Boleh gabung lagi kalau udah lewat 1 bulan. Tapi aturan ini aku hapus, karena dalam waktu beberapa bulan ini aku sudah merasa tidak mampu untuk merekap tiap hari. Akhirnya, aku putuskan untuk membuka grup ini ke banyak orang. Aku share link-nya ke beberapa grup baca yang dulu aku pernah ikut challange, dan grup alumni yang isinya akhawat semua. 

 

Kubagikan juga undangan untuk bergabung ke sini.

 

 ***

 

🚺 [Girls Only Support Reading Group] 📚📚

Bismillah.

Barangkali ada yang punya target baca tiap hari, atau baru ingin memulai kebiasaan membaca, atau butuh pengingat untuk ngingetin baca buku.

Ayo gabung ke grup khusus perempuan, laporan baca.

https://chat.whatsapp.com/JcBDKKPti1WKtM71zq3xaz

 

***

 

Oh ya, kalau udah request to join, nanti akan aku japri dulu untuk kenalan nama+domisili, dan aku jelasin dikit tentang format dan contoh laporan bacanya. Semoga dengan ini gak ada kasus yang pura-pura jadi perempuan. (dulu pernah sekali kecolongan soalnya, tapi alhamdulillah ybs keluar sendiri karena gak betah di grup yang isinya cuma laporan baca, gak banyak interaksi/diskusi terkait buku).

 

Nanti.. kalau sudah besar grupnya, dan ada yang mau bantu-bantu buat jadi pengurus, mungkin dari grup ini bisa jadi komunitas baca. Bisa buat acara offline/online, baca bareng-bareng dan sharing insight dari buku yang dibaca.

 

Oh ya, sebenarnya kalau misal kamu perempuan dan mau cari komunitas baca, bukan sekedar grup laporan baca, aku saranin gabung the.ladybook. Itu programnya udah bagus dan udah kebangun komunitasnya. Qadarullah aja aku tiap ahad pagi sudah ada kegiatan offline, gak kaya dulu masih bisa gabung kegiatan baca dan diskusi buku tiap ahad pagi di @the.ladybook (cek aja di instagram). Kalau kamu lebih suka ikut challange baca di waktu-waktu tertentu, ini juga ada banyak banget, yang dulu aku pernah ikutin @menjadi.arketipe @akademiliterasi.id @22haribacabuku. Ada banyak banget sebenarnya cuma emang sistemnya program/projek. Beda sama grup WhatsApp ini, karena udah dari 2020 ada, dan sampai sekarang masih ada terus. Yang mau pamit keluar juga gak dipersulit kok hehe. 

 

Anyway, untukmu yang butuh temen baca, jangan ragu untuk gabung komunitas, atau ikut challange baca. Membaca itu memang kadang lebih nyaman sendiri, tapi saat semangat turun, atau kita terbawa arus dan sibuk dengan derasnya informasi di sosial media, komunitas ini yang bisa bantu kita untuk mengingatkan, bahwa ada buku-buku yang menanti kita untuk dibaca.

 

Sekian. Bye~ 

Friday, July 4, 2025

Sulitnya Menemukan Komunitas Blog yang Cocok

July 04, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

12 Juni yang lalu, setelah mengucapkan selamat tinggal dengan berat hati ke komunitas blog 1m1c (1minggu1cerita), aku memulai perjalanan baruku mencari komunitas blog baru.

 

Baca juga: Goodbye to 1m1c

 

Komunitas Blogger dot Com 

 

Komunitas pertama yang kutemukan adalah Komunitas Blogger [dot] Com, hasil pencarian pertama di google.

 

 

Pendaftarannya lumayan mudah dan sederhana, tinggal ikutin step by step-nya aja. Email, user id, password, verifikasi email. Standar. Cuma sayangnya, komunitas ini sistemnya lebih mirip forum. Yang jujur aku gak terlalu familiar, dulu pas forum lagi rame kaya kaskus dll, aku juga gak pernah masuk kedunia forum. Jadi deh, di sana, aku cuma masuk dan mengirim post perkenalan.



 

Sebenarnya kirim post perkenalan ini termasuk hal wajib, karena untuk bisa edit profil di forum tersebut, harus lebih dulu mengirim 4 post. Sebenarnya kalau secara fungsi tidak sesuai dengan harapan karena aku cari komunitas untuk mengingatkan dan rajin nulis blog. Tapi secara umum, ini komunitas yang bagus, karena bisa baca-baca dan saling tanya jika ada kesulitan terkait blog. Tapi mungkin ketimbang komunitas, lebih cocok jika diberi nama Forum Blogger dot com, tapi mungkin karena forum adalah bentuk komunitas juga ya? Anyway.. aku masih akan jadi member, cuma mungkin butuh waktu untuk punya bahan yang di post ke forum dan akhirnya bisa mengedit profil di sana.

 

Blogger Perempuan Network (BPN)

 

Komunitas kedua yang aku coba daftar adalah BPN. Logonya sudah lumayan familiar, karena sering liat dari blogwalking beberapa member 1m1c.  

 

Untuk pendaftarannya harusnya sih sederhana. Seperti biasa, tapi sayangnya, aku bahkan belum sampai tahap jadi member karena masalah aktivasi.

 


 

Aku pikir biasanya link aktivasi kan biasanya otomatis dikirim ke email, anehnya aku cari-cari di email, sampai ke folder spam gak ada. Trus aku usaha kan dm ke instagram BPN. Sudah dibalas, katanya sudah aktivasi, saya jawab tanya balik, berarti sudah bisa login? Terus tidak ada balasan. Saya coba login juga tidak bisa. Oh ya dm-nya IG BPN awalnya balasan otomatis kaya di WhatsApp Bussiness gitu sebelum akhirnya dibales. Aku sebenarnya bertanya-tanya, apa karena kebanyakan member ya? Soalnya kalau di web tulisannya sih more than 3500 female bloggers registered. Bertanya-tanya juga, adakah yang pernah coba daftar dan mengalami trouble yang sama denganku? Tapi pertanyaan-pertanyaan itu aku endapkan saja, aku melanjutkan perjalananku mencari komunitas blog lagi.

 

Kumpulan Emak Blogger (KEB)

 

 

Sekilas hampir mirip sama BPN, karena sama-sama perempuan, tapi ini pakai diksi emak, kata lain dari ibu dan huruf K di depan bukan mewakili Komunitas, melainkan Kumpulan. Pilihan yang tepat karena untuk diksi emak, kayanya lebih pas pakai diksi kumpulan.

 

Untuk pendaftarannya sedikit berbeda, karena harus isi formulir dulu sebelum dapat username dan password.

 


 

Singkat cerita formulir sudah aku isi, sudah follow sosial media KEB juga (twitter, ig). Aku masuk ke poin ke 2, menunggu konfirmasi dari makmin. Dan... ya, masih menunggu, entah konfirmasinya nanti diberitahukan lewat email, atau lewat WhatsApp. Unfortunately, karena udah agak males setelah pengalaman dm ke BPN, aku gak melakukan upaya aktif apapun untuk memberitahun makmin kalau aku udah isi form pendaftaran. *di sini salahku sih. But anyway, anggap saja mungkin kita belum berjodoh. Barangkali suatu saat tiba-tiba aku dapat konfirmasi, nanti aku kasih tahu di kolom komen.

 

Mamah Gajah Ngeblog (MGN)


Daripada muter-muter cari yang komunitas blog yang baru, mending gabung aja ke komunitas blog yang sudah tahu dari lama. Memang gak semua orang bisa jadi member, karena memang komunitas ini terbentuk karena kesamaan almamater. Tapi selain itu, komunitas ini akhirnya jadi pilihanku. Proses daftarnya juga super cepat. Cuma isi form, nanti di akhir dikasih link whatsapp community, dari situ aku minta join ke grup membernya. Sudah deh. Dan setelah baca-baca web dan sosial medianya, aku salut banget sama komunitas blog "kecil" ini. Ada program tantangan tiap bulan dengan tema berbeda dan host berbeda, ada juga tulisan seri tiga bulan dengan tema pilihan. Dan satu lagi yang paling berkesan, ada e-book hasil karya MGN dong.. Waa^^ seketika aku langsung jatuh hati. Kenapa gak dari dulu gabung ya? Hehe.

 


 

 

***

 

Sekian kisah perjalanan mencari komunitas blog. Mohon maaf kalau ada yang baca sampai akhir dan akhirnya kecewa, karena aku gak kasih solusi buat blogger umum yang sedang kesulitan cari komunitas.

 

Untukmu yang masih cari komunitas blog, atau komunitas apapun terkait hobi atau minatmu, percaya deh, meski butuh usaha lebih, pasti nanti ketemu. Kalau pun belum ada, barangkali itu tanda kamu harus buat sendiri. Sepertiku yang harus merelakan pergi dari komunitas baca The Lady Book karena kendala jadwal, dan akhirnya alhamdulillah masih bisa dapat support system membaca dengan membuat grup WhatsApp "Membaca Tiap Hari" (ini in syaa Allah aku ceritakan di postingan berikutnya ya).

 

Aku, juga masih punya mimpi buat grup/komunitas menulis setiap hari, dengan tujuan untuk menerbitkan buku solo. Pasti kan banyak tuh yang minat, cuma emang perlu energi lebih dan cari orang-orang yang punya semangat sama. Sebenarnya untuk menulis buku, ada banyak banget fasilitas dari penerbit indie yang memberikan fasilitas challange menulis buku + tawaran terbit, tapi karena beberapa kali coba ikut dan gagal, pun gak terlalu tertarik nerbitin di penerbit ybs, jadi deh, akhirnya cuma meninggalkan draft buku setengah jadi. Daripada tantangan dengan pace cepat seperti 30 hari/1 bulan. Aku lebih ingin buat/cari komunitas nulis buku yang fokus di habit atau membiasakan dulu tiap hari nulis/ngedit draft untuk buku. Begitu.. Padahal tadi udah nulis diksi "sekian" tapi malah jadi panjang bahas komunitas lain.

 

Anyway. Tetap semangat dan teruslah melangkah menjadi lebih baik. Cause better word will make a better life. Semangat menulis dan semangat blogging. Semangat berkarya membagikan kata baik, meski sederhana. Meski kita bak bulan yang tidak sempurna.

 

Baca juga: Be the Moon 

 

Wallahua'lam. 

 

Tuesday, July 1, 2025

Buku Apa yang Sedang Kau Baca Saat Ini?

July 01, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* full curhat 

 

Aku membaca tulisan lama di 2020, dan membaca apa yang kutuliskan di sana tentang membaca buku.

 

Well I still don't have reading strategy yet.

Masih sepelan siput, tapi ga mau menyerah untuk belajar lagi mencintai baca buku (:

Let's read everyday even just one page.

 

Tiga kalimat itu membuatku bertanya-tanya, apa kabar diriku sekarang, masihkan mau belajar lagi mencintai baca buku?

 

***

 

Judul di atas sebenarnya ditulis untuk menyindir diriku, "Hey Bella, buku apa yang sedang kau baca saat ini?" Biar aku nyadar, kalau sudah lebih dari sebulan aku tidak membaca buku apa-apa. Baca sih, satu dua halaman. Tapi itupun.. tidak ada jejak di catatan rekam history bacaku. Tertulis catatan terakhir 26 Mei, membaca 5 halaman buku "Hampa", kemudian baru baca lagi 29 Juni yang lalu. What a record. Bad one. 

 

Grup wa Baca buku tiap hari juga terbengkalai, tapi alhamdulillah membernya sih masih banyak yg setor laporan baca. Adminnya aja yang ngilang. Jazakumullah khairan buat member yang sudah istiqomah baca dan tanpa sadar mengingatkan yang lain untuk baca buku juga tiap mengirim laporan di grup.

 

Selain diingatkan untuk kembali membaca buku dari grup tersebut. Aku juga diingatkan untuk segera memulai lagi kebiasaan baca buku tiap hari saat import tulisan ke Medium. Apa kabar challange insight 10 halaman? Mulai lagi yuk! Jangan sampai gara-gara import tulisan ke Medium, orang mengira kamu masih rajin membaca, padahal aslinya sekarang sudah berhenti lama, mogok, dan butuh untuk diperbaiki niat dan usahanya biar bisa jalan lagi. Katanya mau belajar mencintai ulang baca buku? Bukankah salah satu hal yang bisa dilakukan saat digital detox adalah membaca? Jadi... tunggu apa lagi bell! Jangan ikuti nafsu ingin menunda dan memilih tenggelam dalam arus informasi sosial media. Kalau konsumtif dalam hal lain itu harus dihindari, berbeda dengan ilmu. Buku, ayo baca buku lagiii...

 

Udah ah, malu nulisnya. Anyway, jika ada yang baca sampai akhir, dan punya tips atau mau kasih semangat untuk baca buku, boleh tinggalkan jejak di komentar. Boleh anonim kok~

 

Sekian. Kututup tulisan ini dengan pertanyaan di judul, buku apa yang sedang kau baca saat ini? Maukah kau menceritakannya dalam tulisan, dan mengirimkan link tulisannya ke sini? Barangkali cerita tentang buku yang sedang kau baca itu bisa menumbuhkan tunas baru untukku memulai lagi perjalanan mencintai kembali membaca buku.

 

Bye~

 

Wallahua'lam.