Follow Me

Monday, April 27, 2020

QJ Ramadhan #2: Iri Hati; Pencuri Kebahagiaan

Bismillah.
#quranjurnal


وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Surat An-Nisa (4) ayat 32]

***

Merasa hidup tidak bahagia? Rasanya, setiap hari ada saja yang kurang, ada saja yang membuat sedih, kesal, kecewa dan ingin mengeluh. Bisa jadi, alasan kita saat ini sering tidak bahagia, karena kita berteman dengan pencuri kebahagiaan, atau lebih parah lagi, kita hidup bersamanya. Namanya, iri hati, pekerjaannya mencuri kebahagiaan. Hobinya berangan-angan terhadap apa yang tidak dimiliki diri, namun dimiliki orang lain.


Ayat An Nisaa ayat 32 berbicara tentang salah satu penyakit hati, yang bisa membuat hidup kita tidak bahagia. Allah menurunkan ayat ini, setelah salah seorang sahabiyah bertanya kepada Rasululllah tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Ia ingin juga pergi berjihad dan meraih syahid. Namun ia bukan laki-laki yang diwajibkan berjihad. Lalu dengan ayat ini, Allah menjawab perasaan yang mengusik hati manusia, saat melihat ada hal yang tidak kita miliki, namun orang diberikan karunia tersebut.

Sebuah ayat, yang seharusnya juga menjawab perasaan kita, yang terkadang merasa risih saat melihat karunia yang didapatkan orang lain, entah itu tentang studi, pasangan, keluarga, harta, bahkan juga tentang amal orang lain.

Asbabun nuzul ayat ini mengingatkan perasaan saya saat masih belum menerima fitrah perempuan yang setiap bulan harus kedatangan tamu. Terutama, saat kondisi iman butuh asupan, ingin shalat, tapi tidak boleh. Momen-momen itu selalu jadi momen curhat ke ibu, terutama saat pertama kali merantau. Kesibukan mahasiswa baru, homesick, membuat kondisi badan stress, datang bulan menjadi tidak teratur. Emosi mudah meluap-luap karena efek hormon. Rasanya sakit, iman yang rasanya anjlok, pokoknya tidak karuan. Tapi suara ibu diujung telpon berulang menghibur saya. Bahwa hal itu sudah fitrah, bahwa Allah Maha Adil, Allah tidak pernah menginginkan hambaNya keburukan.

Sampai perlahan saya mulai belajar menerima fitrah, bahwa Allah memang melebihkan perempuan dalam hal berbeda, seperti Allah melebihkan laki-laki. Jika jihadnya laki-laki adalah pergi berperang di medan perang, perempuan punya medan jihadnya tersendiri. Perempuan "berjihad" dirumahnya dengan ketaatan kepada suami, atau kepada orangtua (jika ia belum menikah), juga saat ia berjuang melahirkan anak, yang juga bisa mengantarkannya pada mati syahid.

Seperti Allah memberikan karunia berbeda pada laki-laki dan perempuan, begitu pula secara individu. Setiap orang memiliki keunikan tersendiri, jalan hidupnya, rezekinya, potensi dan bakatnya. Dan perbedaan itu bukan diciptakan untuk mengisi hati dengan perasaan iri. Bukan. Allah sudah berfirman, wala tatamannau. Ketika Allah melarang kita akan sesuatu, artinya ada kemudharatan yang dibawa hal tersebut. Iri hati dapat menjadikan kita kufur nikmat, hidup kita pun menjadi tidak bahagia, karena kita sibuk berandai-andai dan menyalahkan keadaan.

Allah memberikan kelebihan karunia atas satu sama lain, salah satunya agar kita berusaha dan berdoa.

Allah Maha Adil, saat kita bekerja, dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu, tidak akan menyia-nyiakan usaha kita. Hasilnya memang Allah yang menentukan, namun apapun yang kita dapatkan, in syaa Allah yang terbaik untuk kita. Ilmu kita terbatas, sedangkan Allah tahu apa yang lebih baik untuk kita, baik untuk dunia dan akhirat kita.

Allah juga dekat, dan Maha Mendengar. Bukan perasaan iri yang harus kita pupuk saat melihat kelebihan orang lain. Melainkan berdoa, dan meminta padaNya. Sesungguhnya Allah menyukai bila hambaNya meminta padaNya. Saat kita berdoa dan meminta padaNya, kita merendahkan diri di hadapanNya. Kita memohon agar hati kita tidak terjangkit iri hati. Kita juga mengakui bahwa kita manusia yang memiliki banyak keinginan. Dan sedikit usaha kita, mungkin tidak akan mengantarkan kita pada hasil, kalau bukan atas pertolongannya.

Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk menilik hati dan membersihkannya dari kotoran iri. Ramadhan juga bulan yang sangat istimewa untuk berdoa. Karena tepat setelah ayat tentang Ramadhan, Allah berfirman bahwa IA dekat, dan IA mengabulkan doa orang-orang yang berdoa.

Ya Allah, jika hatiku mati, maka hidupkanlah kembali. Jika hatiku dipenuhi penyakit hati (iri, hasad, ujub, dll) makan sembuhkanlah hatiku. Ya Mujibul Du'a, kabulkanlah doa-doa kami, baik berupa keinginan-keinginan kecil maupun cita-cita besar yang terlihat terlalu tinggi untuk diwujudkan. Engkau Maha Mengetahui, maka berikanlah yang terbaik untuk dunia akhirat hamba. Ampuni dosa-dosaku, dan lindungi hamba dari panasnya api neraka. Aamiin.

Allahua'lam.

***

7 Mei 2019 | 2 Ramadhan 1440H

#quranjournal #refleksiramadhan #betterword

***

Keterangan : Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya