Follow Me

Tuesday, May 5, 2020

QJ Ramadhan #4: Keberanian Untuk Memaafkan

Bismillah.
#quranjurnal

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلْبَغْىُ هُمْ يَنتَصِرُونَ

Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. [Surat Asy-Syura (42) ayat 39]

وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍۢ سَيِّئَةٌۭ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. [Surat Asy-Syura (42) ayat 40]

***



Saya akan menulis quran journaling hari ini agak berbeda dengan sebelumnya. Tema quran journaling hari ketiga tentang courage (keberanian). Ayat yang dipilih adalah Asy-Syura ayat 39 dan 40. Sumber referensi yang dibagikan oleh Tim Quran Journaling Indonesia adalah berikut ini:

• Tafsir Al-Misbah: https://www.youtube.com/watch?v=KKK5oeEmff4
• Tafsir Ibnu Katsir: http://www.ibnukatsironline.com/tafsir-asy-syura dan http://www.ibnukatsironline.com/tafsir-asy-syura-ayat-
• Five Great Lessons From The Sunnah About True Courage
(artikel) https://www.onepathnetwork.com/five-great-lessons-from-the
• Kesabaran Sumaiyyah dalam Mempertahankan Iman (Wanita Pertama yang Syahid dalam Isla (artikel) https://kisahmuslim.com/932-kesabaran-sumaiyyah-dalam-mempertahankan-

Awalnya saya membuka dari referensi paling bawah, kisah tentang syahidah pertama Sumayyah radhiyallahu anha. Kemudian tentang 5 pelajaran keberanian dari hadits, meliputi keberanian dalam teguh beriman, keberanian menyatakan kebenaran, keberanian untuk mengontrol amarah diri, keberanian untuk menerima cobaan dan kegagalan, serta keberanian menghindari penyesalan. Di kepala saya, saya berpikir untuk memfokuskan menulis journal quran hari ini tentang keberanian untuk memaafkan, meski kita berhak dan memilliki untuk membalas. Tapi referensi diatasnya (tafsir Ibnu Katsir) mengubah rencana itu. Dari pada langsung fokus pada ayat 39 dan 40, saya ingin mundur ke belakang dan melihat dua ayat itu dari gambar besarnya terlebih dahulu.

Dua link tafsir Ibnu Katsir online membahas tentang ayat 36-43. Delapan ayat yang berkesinambungan, dan menarik untuk dicatat insight darinya. Ayat 36 membahas tentang dua nikmat, nikmat dunia yang sejak janin kita merasakannya, dan nikmat akhirat. Dan Allah memberitahu kita bahwa nikmat di sisi-Nya, jauh lebih baik dan lebih kekal. Nikmat di dunia, Allah berikan kepada semua makhluknya, tumbuhan, hewan, manusia (kafir, muslim, munafik). Namun nikmat akhirat, yang lebih baik dan lebih kekal, hanya diperuntukkan untuk orang-orang beriman. Orang beriman yang seperti apa? Allah jelaskan lebih detail kriterianya.

Lilladzina amanu wa 'ala rabbihim yatawakkalun, bagi orang-orang yang beriman, yang hanya bertawakkal pada Rabbnya. (ayat 36)

Walladzina yajtanibuna kabaa-iral itsmi wal fawahisy, dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji (ayat 37)

Wa idza ma ghadibuhum yaghfirun, yang ketika mereka marah, mereka segera memberi maaf. Kata yaghfirun segera dirangkai tanpa 'tsumma', artinya mereka tidak menunda-nunda memberi maaf. Mereka tidak membiarkan hatinya terkotori dengan perasaan amarah yang berlarut-larut apalai rasa dendam. (ayat 37)

Walladzinastajabu lirabbihim, dan orang-orang yang menjawab seruan tuhannya. Saat Allah berfirman dalam quran, "Ya ayyuhalladzina amanu", mereka menjawab "sami'na wa atha'na". Kami mendengar, dan kami taat. (ayat 38)

Wa aqamusholah, dan mendirikan shalat (ayat 38)

Wa amruhum syura bainahum, dan menyelesaikan urusan dengan musyawarah diantara mereka (ayat 38)

Wa mimma razaqnahum yunfiqun, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka (ayat 38)

Kemudian kita masuk ke ayat 39 dan 40.

Walladzina idza ashobahumul badghyuhum yantashirun, dan orang-orang yang apabila mereka dizhalimi, mereka membela diri. (ayat 39) Allah membolehkan, bahkan memerintahkan kita untuk membela diri jika dizhalimi.

Ayat 40 menjelaskan, bahwa Allah memperbolehkan kita membalas sebuah kezhaliman dengan hal yang setimpal. Allah mensyariatkan qishash, karena Allah Maha Adil.

"Maka keseimbangan merupakan hal yang disyariatkan, yaitu hukum qisas, sedangkan yang lebih utama daripada itu hanyalah dianjurkan, yaitu memaafkan seperti yang disebutkan pula dalam ayat yang lain melalui firman Allah Swt.:

{وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ}
dan luka-luka (pun) ada qisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. (Al-Maidah: 45)" [1]

Faman 'afa wa aslaha fa ajruhu 'alallah, barangsiapa yang memaafkan, dan berbuat baik, maka pahalanya dari Allah. (Ayat 40)

Innahu la yuhibbu dzalimin, dan Dia tidak menyukai orang-orang zhalim. (Ayat 40) Allah tidak menyukai orang-orang yang mendzalimi kita, dan kita boleh membalas dengan hal yang setimpal. Namun Allah mencintai orang-orang yang pemaaf. Bahkan kata "maaf" disebut dua kali, yang pertama saat marah, kemudian segera memaafkan (yaghfirun), sedangkan yang kedua, didzalimi, boleh dan bisa membalas, namun memilih memaafkan ('afaa) dan berbuat baik. Jika sebelumnya (ayat 37) memaafkan dengan menutup kesalahan orang yang membuat kita marah. Kali ini lebih berat lagi, lebih membutuhkan keberanian dan dada yang lapang. Karena yang berikutnya memaafkan seolah tidak pernah didzalimi, faman 'afa wa aslaha fa ajruhu 'alallah.

Karena memaafkan adalah sebuah keberanian, sebuah hal yang tidak mudah, Allah menjanjikan pahala dariNya, yang artinya besar dan banyaknya terserah Allah. Baik itu penebus dosa, penghapus dosa kita, maupun kemuliaan dari-Nya.

"وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا"

Tidak sekali-kali Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba dengan sifat pemaaf, melainkan kemuliaanlah (yang diperolehnya). [1]

***

Bulan Ramadhan, kita disarankan membaca doa memohon ampunan dan maaf-Nya. Allahumma innaka affuwun, tuhibbul afwa fa'fuanna. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi maaf, Engkau suka memberi maaf, maka maafkanlah kami. Seperti besarnya kita berharap maaf dari Allah, mari berdoa juga, semoga Allah berikan kita keberanian untuk memaafkan kezhaliman orang lain. Seperti Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya. Karena kita tahu dan yakin, bahwa Allah akan memberikan pahala atas maaf kita. Fa ajruhu 'alallah.

Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang merasakan kenikmatan di sisi-Nya, kenikmatan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal dari kenikmatan dunia. Semoga Allah memberikan kita keberanian untuk memaafkan, meskipun kita berhak dan bisa untuk membalas kejahatan. Semoga Allah memaafkan dosa-dosa kita. Allahumma innaka affuwun, tuhibbul afwa fa'fuanna. Aamiin.

Wallahua'lam bishowab.

9 Mei 2019 | 4 Ramadhan 1440H **postingnya jam 10 Mei jam 00.14

[1] hhttp://www.ibnukatsironline.com/

#quranjournal #refleksiramadhan #betterword

***

Keterangan: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya