-muhasabah diri-
Ini yang aku pelajari, dari bidadari-bidadari surga yang sedang menghafal AyatNya. Mereka, yang mencoba memantaskan diri untuk menjadi penjaga Al Quran.
***
Sebuah pertanyaan standar sering kali aku lontarkan kepada
mereka, yang aku ketahui sedang menghafal Al Quran.
“Sudah berapa juz?”
Dan yang ditanya, selalu diam. Atau mengalihkan pembicaraan.
Tak mau sekedar sebut bilangan, atau bahkan sekedar range. Dan aku yang
bertanya, biasanya tidak meneruskan pertanyaan. (baca: tidak memaksa supaya
pertanyaanku dijawab).
Dan barulah diri mengerti kenapa mereka diam dan tidak
menjawab, saat bertemu seorang calon hafizhah di Masjid Darut Tauhid. Ini
perihal hati, yang sangat dijaga oleh calon hafizhah. Begitu inti jawaban yang
beliau paparkan. Ini tentang niat yang bisa bengkok, dan ujub diri yang bisa
muncul. Yang tentu saja, bisa serta merta membakar habis amal mereka.
Betapa penting kelurusan niat dalam sebuah amalan. Begitu penting.
Terutama bagi mereka yang belajar memantaskan diri menjadi seorang penjaga Al
Quran (hafizh/hafizhah). Begitu penting, namun seringkali kita lupakan. Hingga dengan
mudah, kebaikan demi kebaikan yang kita lakukan. Meluncur saja di lisan. Padahal
belum tentu amal tersebut diterima. Dan jikapun diterima, maka hangus sudahlah
karena ria.
Semut hitam di atas batu hitam di kegelapan malam. L begitu tersembunyi dan
tak terlihat oleh mata.
:( Ya Allah,, bantu hamba belajar tentang niat yang lurus, tentang ikhlas, tentang
amalan-amalan yang seharusnya hanya terlihat olehMu. Tak untuk diucap, ditulis,
atau sekedar terbersit di hati hingga membuat ia hangus terbakar ria. :(
***
Berbeda dengan mereka, yang selalu memilih untuk diam dan
mengalihkan pembicaraan saat ditanya berapa juz. Aku lebih sering menjawab. Karena
toh satu juz saja aku masih terbata. -.-
Ya Allah, aku ingin menjadi salah satu dari hambaMu yang kau
beri amanah untuk menjaga Al Quran. Hafizhah. Mudahkanlah Ya Allah. Aamiin.
Wallahua’lam
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya