Follow Me

Wednesday, February 26, 2014

Belajar Lewat Berdebat


-opini-

Bismillah...

( 83 )   (Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh

***

Sebutlah di sebuah grup jejaring sosial yang damai, sebuah gagasan dikemukakan.

In syaa Allah, mulai 1 Maret 2014, akan ada sesi debat suatu tema. Dua pekan sekali in syaa Allah. Sesinya terdiri dari :
1. Pembukaan dari moderator --> 5''
2. Sesi 1 Pemaparan (Pro 10'', Kontra 10'') --> 20''
3. Sesi 2 Diskusi (Pro komentari kontra dan begitupun sebaliknya) --> 25''
4. Sesi 3 Pelemparan komentar bebas dari pemirsa/penyimak --> 10''
4. Sesi Konklusi dari Dewan Pakar --> 30''
yang maju ke depan untuk melakukan diskusi hanya 8 orang (4 pro dan 4 kontra).
nanti akan dijadwalkan secara random di hari H pemiilihan siapa yang akan majunya.
Dan tema 1 maret ini adalah...



***

Honestly...

Bedebat?

Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)

Dengan ayat?

Diriwayatkan dari Abu Umamah r.a., ia berkata: “Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم .bersabda, ‘Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk kecuali karena mereka gemar berdebat. Kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat, ‘Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.’ (Az-Zukhruf: 58).” (Hasan, HR Tirmidzi [3253], Ibnu Majah [48], Ahmad [V/252-256], dan Hakim [II/447-448]).

Diriwayatkan dari Ziyad bin Hudair, ia berkata, “Umar pernah berkata kepadaku, ‘Tahukah engkau perkara yang merobohkan Islam?’ ‘Tidak! Jawabku.’ Umar berkata, ‘Perkara yang merobohkan Islam adalah ketergelinciran seorang alim, debat orang munafik tentang Al-Qur’an dan ketetapan hukum imam yang sesat’.” (Shahih, HR Ad-Darimi [I/71])

Kapasitas?

Jangankan untuk berdebat, bahkan untuk membahas tafsir atau makna dari ayat Al Quran, merasa masih jauh banget kapasitas diri... Teringat sebuah video dari Nouman Ali Khan, tentang kita... yang sebaiknya tidak meremehkan pendapat para ulama terdahulu.


"I have no qualification to debate about it..."

***

They answer...

Bedebat?

ini salah satu tools bagi kita untuk mengembangkan wawasan keislaman kita.

Dengan ayat?

kalau orang muslim ya harus pakai dalil. yg ga boleh pakai dalil debat parlemen biasanya, yg suka dilomba2in.

Tidak ada pertentangan dalam Al-Quran. Namun boleh saja membahas suatu hal dengan dua pendapat berbeda, dan keduanya berlandaskan dalil.

Misalnya dalam hal "Apakah Jin bisa merasuki tubuh manusia?"

Orang-orang yang mengatakan bisa, mereka menggunakan dalil, "Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila."(2:275)

Adapun orang-orang yang mengatakan ga bisa, mereka pakai dalil, "Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri."(14:22)

Jadi yang dibahas adalah bener ga penafsiran dari ayat2 di atas melahirkan pendapat pro dan kontra? Penafsiran kedua ayat (baik pro maupun kontra) harusnya dibahas oleh kedua kelompok, supaya bisa menjelaskan keterpaduan ayat-ayat yang terkesan bertentangan tsb.
 

Kapasitas?

harapannya kalian mngkajinya secara kontemporer. Bila perlu wawancara bnyak narasumber ttg sikap ini. Dan yg lebih menarik juga adalah kita semua bsa lebih bnyak punya referensi berbagai tafsir. Mangga dicari sendiri hikmah-hikmahnya. Konklusi gk akan ekstrim cndong ke pro dan kontra tapi lebih pada sikap prooritas dan beberapa syarat untuk ksus tertentu. Selamat mengonstrkusi pemikiran. Semoga kita termasuk org yg berakal.

***

Meski lewat tulisan dan di grup, jujur masih greget untuk ngelanjutin.
Tidak ada pertentangan dalam Al-Quran. Namun boleh saja membahas suatu hal dengan dua pendapat berbeda, dan keduanya berlandaskan dalil.
Bolehnya membahas kan? Kalau berdebat? Hiks. Maaf, menurutku kalimat di atas masih kurang menjawab pertanyaan "Bolehkah mendebatkan dalil Al Quran?". Oke, yang didebatkan bukan dalilnya, namun yang perbedaan pendapat dalam suatu hal. Tapi benarkah, boleh diperdebatkan? Kalau dibahas, oke.. saya setuju.

Tadinya mau ditulis di sana, tapi takutnya, justru jadi ajang debat. Hehe. Akhirnya ditulis disini aja. Dan akhirnya memilih menulis :

Jujur masih kurang sependapat tentang metode ini. Allahua'lam. Saya merasa masih jauh banget dari kapasitas untuk membahas perbedaan pendapat dalam penafsiran Al Quran. Sekalipun di akhir ada sesi Konklusi dari Dewan Pakar. Berharap yang terbaik untuk metode baru ini.

"Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh. (26:83)
Terakhir, boleh saran? Hehe. Gimana kalau namanya bukan debat ya? Mengkaji saya. *emang pernah ada yang nama-in debat? Teknisnya juga dibedain lah sama debat. Gimana ya? Mungkin di bagian saling ngomentarin dihilangkan. Langsung tanya jawab saja. Eh, sama aja ya? Kesannya tetap mendebat? ---bingung sendiri. Ada yang punya ide lain?

Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya