Surat Untuk Papah
Bismillah..
Papah apa kabar? Sehat? Semoga Allah selalu menjaga
kesehatan Papah. Papah juga harus jaga kesehatan. Tinggalin apa yang buat papah
ga sehat. Papah pasti bisa!
Maaf pah, malem ini Bella belum tidur padahal udah jam
23.37. Tadi sekitar jam sembilan, aku liat poster lomba nulis #SuratUntukBapak,
dalam rangka Hari Bapak Internasional.
Melihat poster itu, semua memori tentang papah berdatangan satu-satu. Kemudian
selapis kaca menghias mata Bella. Surat ini ditulis 244 kilometer dari rumah kita.
Seorang Enterpreuner Sejati
Papah menurut Bella adalah sosok Ayah yang tegas, pintar,
sekaligus kocak. Papah menurut Bella adalah sosok enterpreuner sejati, papah ga
pernah berhenti mencoba. Jiwa enterpreneur itu masih kulihat sampai sekarang, meski
katamu sekitar empat belas tahun yang lalu, usia 40 bukan lah saat masih
coba-coba usaha. Itulah papah, buku-buku yang papah coba susun, itu adalah
bukti semangat enterpreunermu.
Dan papah tahu? Apa yang sekarang menjadi fokus papah juga
adalah salah satu bentuk perdagangan yang sangat menguntungkan. Allah berfirman
dalam Al Qur’an,
bahwa orang-orang yang selalu
membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian
dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi,agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
kepada mereka karunia-Nya. Sesungguhnya
Semoga papah diberi keistiqomahan dalam berniaga dengan
Allah.
Seorang Ayah Juga Suami yang Baik
Papah adalah sosok ayah dan suami yang hebat! Tiga anakmu
ini, papah bimbing dengan baik. Papah ajarkan agar selalu semangat dalam
sekolah, tanpa perlu memikirkan biaya. Papah ajarkan kami untuk bercita-cita
tinggi. Ada banyak pelajaran yang papah kasih ke kita, baik itu papah yang
tersurat maupun tersurat, baik yang terucap maupun tak terucap.
Papah dan mamah punya keunikan masing-masing, sangat
berbeda, namun senada dalam beberapa hal. Papah tahu kapan harus menyela dengan
canda saat mamah terlihat begitu emosi. Papah tahu kapan mamah perlu waktu
sendiri untuk diam. Papah tahu, kapan harus melakukan semua sendiri (termasuk
masak, buat kopi dan mencuci), dan kapan meminta mamah untuk mengambilkan
makan. Papah tahu, bagaimana cara meyakinkan
mamah untuk merestuiku kuliah di Bandung, di kota nan jauh dari Purwokerto.
Papah Tidak Sempurna Tapi Berusaha Menjadi yang Terbaik
I know you did. Papah tahu ada hal-hal yang masih perlu
papah pelajari, lalu papah belajar. Sungguh pah, Allah akan balas bacaan
terbata-bata dengan pahala dua. Papah tahu ada sifat-sifat yang perlu
diperbaiki, lalu papah mau mengakui. Aku ingat, ingat saat papah cerita,
mengapa mamah cocok berdagang di pasar, kata karena mamah sifatnya penyabar, sedang
papah tidak. Aku ingat, saat papah cerita, “Jeleknya papah nih ya, kalo di
situasi...” begitu katamu. Papah tak malu mengakui kekurangan papah di depan
anak papah ini. Papah pasti berharap kelak aku dapat mengambil pelajaran dari sana.
Maaf Pah
Maaf. Satu kata ini kiranya tak cukup kuulang seribu kali
untuk mamah dan papah.
Aku teringat saat pengumuman kelulusan SMP, aku mengecewakan
papah. Parahnya, aku justru berburuk sangka pada papah. Papah, maaf karena Bella
ga bisa memberikan yang terbaik saat itu. Maaf, karena menyangka macam-macam
saat papah memilih pulang dahulu dan minum kopi. Maaf.
Maaf, atas semua hal yang papah kasih dan Bella justru
mengecewakan papah. Maaf atas jarangnya aku bertanya kabar papah. Maaf atas enam
semester Bella kuliah di ITB. Maaf, karena saat dirumah, seringkali tak
langsung beranjak saat papah memanggil Bella. Maaf. Maaf.
Terimakasih Pah
Jazakallahu khayran katsiraan. Ga ada yang bisa Bella kasih
ke papah atas tanda terimakasih. Kalaupun ada, itu ga seberapa dibanding jasa
papah.
Terimakasih, karena telah sabar mendidik aku sejak lahir
sampai sekarang. Terimakasih atas obrolan-obrolan kita. Terimakasih atas siang
hari yang hujan dan kau membacakan puisi kahlil gibran, “anak mu bukan lah
anakmu, karena raganya milikmu tetapi tidak dengan jiwanya”. Bukan kutipan yang
persis dengan versi asli, tapi kutangkap maksudmu. Terimakasih atas
kepercayaanmu, sehingga aku bisa kuliah di sini. Terimakasih atas kesabaran dan
pengertianmu, saat aku mengecewakanmu, meski berkali-kali. Terimakasih atas
semua saran dan nasihat, juga atas doa papah. Terimakasih untuk semuanya.
Terakhir
Ini penghujung surat Bella untuk Papah. Izinkan aku tetap
menjadi anak kebanggaanmu, anak yang menjadi teman ngobrol meski saat ini kita
berjauhan. Izinkan aku tetap menjadi anakmu, di surga kelak.
Bella
***
Surat ini dibuat, bukan karena hari ini istimewa, namun karena papah istimewa setiap hari.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya