Follow Me

Sunday, June 15, 2014

Dua Ratus Empat Puluh Empat



Surat Untuk Papah



Bismillah..
Papah apa kabar? Sehat? Semoga Allah selalu menjaga kesehatan Papah. Papah juga harus jaga kesehatan. Tinggalin apa yang buat papah ga sehat. Papah pasti bisa!
Maaf pah, malem ini Bella belum tidur padahal udah jam 23.37. Tadi sekitar jam sembilan, aku liat poster lomba nulis #SuratUntukBapak, dalam rangka  Hari Bapak Internasional. Melihat poster itu, semua memori tentang papah berdatangan satu-satu. Kemudian selapis kaca menghias mata Bella. Surat ini ditulis 244 kilometer dari rumah kita.

Seorang Enterpreuner Sejati

Papah menurut Bella adalah sosok Ayah yang tegas, pintar, sekaligus kocak. Papah menurut Bella adalah sosok enterpreuner sejati, papah ga pernah berhenti mencoba. Jiwa enterpreneur itu masih kulihat sampai sekarang, meski katamu sekitar empat belas tahun yang lalu, usia 40 bukan lah saat masih coba-coba usaha. Itulah papah, buku-buku yang papah coba susun, itu adalah bukti semangat enterpreunermu.
Dan papah tahu? Apa yang sekarang menjadi fokus papah juga adalah salah satu bentuk perdagangan yang sangat menguntungkan. Allah berfirman dalam Al Qur’an,
bahwa orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan rugi,agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka karunia-Nya. Sesungguhnya
Semoga papah diberi keistiqomahan dalam berniaga dengan Allah.

Seorang Ayah Juga Suami yang Baik

Papah adalah sosok ayah dan suami yang hebat! Tiga anakmu ini, papah bimbing dengan baik. Papah ajarkan agar selalu semangat dalam sekolah, tanpa perlu memikirkan biaya. Papah ajarkan kami untuk bercita-cita tinggi. Ada banyak pelajaran yang papah kasih ke kita, baik itu papah yang tersurat maupun tersurat, baik yang terucap maupun tak terucap.
Papah dan mamah punya keunikan masing-masing, sangat berbeda, namun senada dalam beberapa hal. Papah tahu kapan harus menyela dengan canda saat mamah terlihat begitu emosi. Papah tahu kapan mamah perlu waktu sendiri untuk diam. Papah tahu, kapan harus melakukan semua sendiri (termasuk masak, buat kopi dan mencuci), dan kapan meminta mamah untuk mengambilkan makan.  Papah tahu, bagaimana cara meyakinkan mamah untuk merestuiku kuliah di Bandung, di kota nan jauh dari Purwokerto.


Papah Tidak Sempurna Tapi Berusaha Menjadi yang Terbaik
I know you did. Papah tahu ada hal-hal yang masih perlu papah pelajari, lalu papah belajar. Sungguh pah, Allah akan balas bacaan terbata-bata dengan pahala dua. Papah tahu ada sifat-sifat yang perlu diperbaiki, lalu papah mau mengakui. Aku ingat, ingat saat papah cerita, mengapa mamah cocok berdagang di pasar, kata karena mamah sifatnya penyabar, sedang papah tidak. Aku ingat, saat papah cerita, “Jeleknya papah nih ya, kalo di situasi...” begitu katamu. Papah tak malu mengakui kekurangan papah di depan anak papah ini. Papah pasti berharap kelak aku dapat mengambil pelajaran dari sana.

Maaf Pah
Maaf. Satu kata ini kiranya tak cukup kuulang seribu kali untuk mamah dan papah.
Aku teringat saat pengumuman kelulusan SMP, aku mengecewakan papah. Parahnya, aku justru berburuk sangka pada papah. Papah, maaf karena Bella ga bisa memberikan yang terbaik saat itu. Maaf, karena menyangka macam-macam saat papah memilih pulang dahulu dan minum kopi. Maaf.
Maaf, atas semua hal yang papah kasih dan Bella justru mengecewakan papah. Maaf atas jarangnya aku bertanya kabar papah. Maaf atas enam semester Bella kuliah di ITB. Maaf, karena saat dirumah, seringkali tak langsung beranjak saat papah memanggil Bella. Maaf. Maaf.

Terimakasih Pah
Jazakallahu khayran katsiraan. Ga ada yang bisa Bella kasih ke papah atas tanda terimakasih. Kalaupun ada, itu ga seberapa dibanding jasa papah.
Terimakasih, karena telah sabar mendidik aku sejak lahir sampai sekarang. Terimakasih atas obrolan-obrolan kita. Terimakasih atas siang hari yang hujan dan kau membacakan puisi kahlil gibran, “anak mu bukan lah anakmu, karena raganya milikmu tetapi tidak dengan jiwanya”. Bukan kutipan yang persis dengan versi asli, tapi kutangkap maksudmu. Terimakasih atas kepercayaanmu, sehingga aku bisa kuliah di sini. Terimakasih atas kesabaran dan pengertianmu, saat aku mengecewakanmu, meski berkali-kali. Terimakasih atas semua saran dan nasihat, juga atas doa papah. Terimakasih untuk semuanya.

Terakhir
Ini penghujung surat Bella untuk Papah. Izinkan aku tetap menjadi anak kebanggaanmu, anak yang menjadi teman ngobrol meski saat ini kita berjauhan. Izinkan aku tetap menjadi anakmu, di surga kelak.

Bella

***

Surat ini dibuat, bukan karena hari ini istimewa, namun karena papah istimewa setiap hari. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya