Follow Me

Monday, June 2, 2014

Bisa Karena Terbiasa




-Muhasabah Diri-

Bismillah..

Sedikit nyambung dengan artikel Jangan Takut Berubah.

A : "Aku ga bisa B, sulit banget untuk menghindari itu."


A' : "Memang tidak mudah. Tapi perlahan jika sudah terbiasa, tentu tidak akan sesulit itu."

* ceritanya, A dan A' adalah satu orang, ada kecamuk dihatinya saat ia merasa berat terhadap sebuah perubahan yang ingin ia buat.

Perubahan apa? Apapun.
***

Ya, perubahan yang membuat kita merasa "tidak bisa" karena ada situasi dimana kita tidak konsisten terhadap perubahan itu. Sedikit contoh yang mungkin pernah atau sedang kita alami antara lain : berubah untuk tidak berjabat tangan dengan non-mahram, untuk tidak berkhalwat, untuk tidak berikhtilat, dan untuk tidak foto bersama "dia".




Tidak berjabat tangan dengan si "dia"

Sulit, sukar, susah. Kita adalah orang yang suka sekali mencari teman baru. Lalu kita tahu, hukum berjabat tangan dengan non-mahram. Tahu, bahwa Rasulullah bahkan tidak pernah menyentuh tangan wanita non-mahram ketika beliau shalallahu 'alaihi wasalam membaiat mereka (1). Tahu, bahwa jika kepala kita ditusuk dengan pasak besi, itu lebih baik, lebih baik dari menyentuh tangan yang bukan mahram kita (2).


Dan terlepas dari perbedaan pendapat tentang itu, kita lalu menetapkan prinsip pada diri. "From now on, I would never shake someone's hand who is not my mahram".

Lalu masalah demi masalah muncul. Sulit. Ya, ketika seseorang mengulurkan tangannya kepadamu, haruskah aku menolaknya?

Atau keadaan lain, semua orang menjabat tangan, lalu aku jadi ragu, apa kata temanku jika aku menolak berjabat tangan? Sombong?

Dan kesulitan lainnya, yang membuat kita terdesak untuk melanggar prinsip yang kita coba tetapkan dihati kita.

Tidak berkhalwat

Yang satu ini senada dengan yang diatas. Kita tadinya tak tahu. Merasa biasa saja berduaan dengan non mahram selama bukan untuk yang aneh-aneh. Kemudian kita tahu bahwa salah satu pembuktian iman kita kepada Allah. (4)

kita lalu menetapkan prinsip pada diri. "From now on, I would try to avoid khalwat fot the shake of Allah".

Kemudian, kok jadi susah ya? Nggak bisa deket - deket lift, karena ada peluang untuk berkhalwat. Selain itu, ternyata menghindari khalwat itu tidak cuma di dunia nyata, tapi juga di dunia maya.

***

Wah ternyata udah panjang. Hehe. Untuk tidak Ikhtilat , dan tidak berfoto dengan "dia", dan solusi/motivasinya in syaa Allah akan ada di tulisan berikutnya.

Tulisan ini ditujukan utamanya untuk diri, yang masih belajar untuk membiasakan perubahan baik yang masih sangat sukar untuk dilakukan dengan konsisten. Oh ya, penulis juga bukan ahli dalam membahas hal ini, penulis cuma googling dan mengurtip disini. Silahkan dikoreksi jika ada yang salah.

Allahua'lam bishowab.

***



(1) Hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

‘Urwah bin Az Zubair berkata bahwa ‘Aisyah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata,

"Jika wanita mukminah berhijrah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka diuji dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina ….” (QS. Al Mumtahanah: 12). ‘Aisyah pun berkata, “Siapa saja wanita mukminah yang mengikrarkan hal ini, maka ia berarti telah diuji.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berkata ketika para wanita mukminah mengikrarkan yang demikian, “Kalian bisa pergi karena aku sudah membaiat kalian”. Namun -demi Allah- beliau sama sekali tidak pernah menyentuh tangan seorang wanita pun. Beliau hanya membaiat para wanita dengan ucapan beliau. ‘Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menyentuh wanita sama sekali sebagaimana yang Allah perintahkan. Tangan beliau tidaklah pernah menyentuh tangan mereka.  Ketika baiat, beliau hanya membaiat melalui ucapan dengan berkata, “Aku telah membaiat kalian.” (HR. Muslim no. 1866).


(2) Hadits Ma’qil bin Yasar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir 20: 211. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

(3) Baca selengkapnya di sini. Hadist di nomer (1) dan (2) juga diambil dari link yang sama.

(4) Hadits riwayat Ahmad dalam kitab Musnad hadits no. 14692


من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يخلون بامرأة ليست معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان
Artinya: Barangsiapa yang bermain pada Allah dan hari akhir maka hendaknya tidak berkhalwat dengan perempuan bukan mahram karena pihak ketiga adalah setan. (diambil dari sini)


No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya