Follow Me

Wednesday, April 19, 2017

8/30 Day Writing Challange

#blogwalking

Bismillah.

Senang itu.. salah satu alasannya, kalau ada blog yang rajin di update, setiap hari satu tulisan, meski ga panjang. Sejak blogwalking ke Teh Hajah tentang resume kajian WhatsApp, saya sudah yakin.. kemungkinan tetehnya akan ikut gerakan 30DWC. Jadi, aku juga.. menyiapkan diri jadi pembaca. Dan Alhamdulillah, sudah hari ke-8/30 banyak dapet manfaat dari tulisan-tulisan teh Hajah. Meski gatau day 2-nya kenapa ga di publish.

Anyway.. langsung aja ke kutipannya. Semua diambil dari blognya Teh Hajah Sofyamarwa.

Selama aku disini, aku seringnya sekedar bertegur sapa dengan tetangga, haha hihi yang seperlunya saja. Sebagai ibu yang punya anak balita manajemen waktuku masih belum baik, rasanya aku lebih banyak berkutat di rumah. Sampai aku berpikir, nanti kalau aku meninggal, tetanggaku akan bersikap seperti apa ya? Rasanya kok aku belum memberikan manfaat apa-apa selama disini.
Alhamdulillah kegiatan belajar iqra nya sudah berjalan selama sepekan di rumahku setiap sore. Sejauh ini sangat menyenangkan dan bikin aku jadi merasa harus belajar tahsin lagi. Coba cari-cari lagi buku materi tahsin, cari-cari video tahsin Ust Abu Rabbani, serta meminta suamiku mengoreksi bacaan qur’anku (bagian ini cukup dramatis mengingat gurunya adalah suami sendiri hihi). 
Pada mukadimah kitab al-Mu’allimin karya Ibnu Sahnun, disebutkan bahwasanya al-Qadhi Isa bin Miskin membacakan Al-Quran kepada anak-anak dan cucu-cucunya, ‘Iyadh berkata “Setiap habis ashar, dia memanggil kedua putrinya dan putri saudaranya untuk mengajarkan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan kepada mereka. Hal ini juga dilakukan oleh penakluk Shaqliyah, Asad Ibnul Furat kepada putrinya yang akhirnya memiliki pengetahuan sangat tinggi. 
Disadur dari kitab Tarbiyyatul Aulad (2/167) yang kukutip dari buku Prophetic Parenting hal. 334.
Nah, sekarang kembali pada kamu, suamiku. Pada bungkusan darimu yang berisi setengah dari apa yang sudah kau makan. Mungkin orang-orang bingung mengapa hanya setengah saja kau berikan padaku. Tapi aku begitu paham bagaimana rasanya menahan diri untuk tidak menghabiskan satu buah pisang aroma --misalnya, kesukaanmu. Bukankah lebih mudah menghabiskannya saja, dripada harus menyisakan setengah buatku? Ya, aku begitu paham rasanya. Sama sekali tidak sepele. Mencoba berbagi dengan sesederhana yang dipunya, mencoba mengingat yang dirumah ketika sedang berada di luar. Berbagi, biarpun sedikit.
Sudah cukup bagiku.
Barakallahu, lelaki imamku :)
Abu Salamah. Abu Salamah adalah orang yang pertama hijrah, setahun sebelum masa bai’at aqabah yang kedua (kubra). Sudah mempunyai istri dan anak, namun berhijrah sendiri. Saat istrinya mau menyusul, keluarga sang istri protes. Bagi mereka hijrah adalah kepentingan Abu salamah saja, Tidak merasa masuk di akal mereka, mengapa mereka harus hijrah dari rumahnya di mekkah menuju tempat dimana mereka tak punya apa-apa (Madinah). Akhirnya sang istri di bawa oleh keluarganya. Tahu kondisi begitu, sekarang keluarga Abu salamah tersinggung, “kami tidak akan meninggalkan anggota keluarga kami bersama wanita yang diambil secara paksa”, maka setelah “berebut” akhirnya anak Abu Salamah dibawah keluarganya. Jadi Abu salamah hijrah sendiri, Istri kembali pada keluarganya, sedangkan anaknya di bawa keluarga suaminya.
Ummu salamah setama kurang lebih setahun, sehari-harinya menangis, tentu saja, sendirian berpisah dari suami dan anaknya. Pada akhirnya ada kerabat yang kasihan dan menyuruh Ummu salamah untuk ikut hijrah.
..... Waktu duha, dan ia keluar melewati kami, membawa sebungkus keresek hitam. Lisannya tak berhenti berkata, sepertinya seluruh otaknya terus bekerja untuk mrmbuat kami yakin padanya.

Aku tetap berusaha sopan, dan sepertinya maksudnya kini sudah tercapai. Isi keresek hitam itu kemudian berpindah padaku, dan ia pulang dengan membawa selembaran uang kertas. Bertukar.

Ia berhasil.
- Teh Hajah, dalam tulisannya Bertukar
 ....
Iman. Mari kita tengok kembali kadar keimanan kita. Yang tak bisa dilihat, namun cukup bisa dirasa. Yang tak bisa diukur, namun bisa kita uji. Yang seharusnya bergetar saat namaNya disebutkan. Yang seharusnya menjadi energi dari setiap aktivitas fisik kita.

- Teh Hajah, dalam tulisannya Daya Gerak
Hiu dan Elang
hiu
Ada yang tahu kah, kenapa hiu bisa jadi salah satu hewan paling mematikan dan menakutkan di lautan ?

Tayangan Rimba Pemburu di televisi siang tadi membuatku terkejut. Ternyata dibalik kegagahan seekor hiu spesies tertentu, terdapat fakta-fakta menarik yang membuatku jadi paham : bahwa proses tak pernah mengkhianati hasil.
- Teh Hajah, dalam tulisannya Belajar Makna Proses dari Ikan Hiu
.....
"Kendati terlihat kejam, perilaku tersebut berguna untuk menjamin bahwa akan selalu ada anakan yang bisa bertahan hidup sampai besar dalam kondisi makanan langka & tidak cukup untuk membesarkan beberapa anakan sekaligus." --Rep. Eusosialis Tawon
Masyaallah, menarik ya ?
Maka elang-elang yang berhasil kita lihat itu, sudah memulai seleksi alamnya sejak kecil. Meskipun tak dikaruniai akal, namun sudah punya insting alamiah untuk mempertahankan eksistensi diri.

Semoga kita sebagai manusia bisa memaksimalkan potensi akal, fisik, dan jiwa untuk terus bisa berkarya dan berupaya menjadi yang terbaik dengan cara-cara yang terbaik dan mulia :)
- Teh Hajah, dalam tulisan Anak Elang Emas yang Bertahan Hidup
***

Padahal cuma kopas, kok berasa capek ya? Hihi. Kalau ada tulisan menarik, link-nya ada di judulnya, untuk baca lengkapnya. Semoga kedepannya, blog ini isinya bukan cuma kopas. Tapi diisi banyak hal lain yang bermanfaat, meski tidak sebergizi blog lain.

Oh ya, aku ga akan copas sampai day 30 kok. Cuma ingin bagi-bagi alamat blog yang mungkin menarik untuk kalian baca. In case blog ini sepi dan isinya membosankan, bisa pindah.. Langganan baca-nya ke sana aja, atau ke blog-blog lain yang lebih bermanfaat. Ok?

Bye... 5!

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya