I thought it'd be unnoticed.
***
Aku kira tidak ada yang sadar. Toh hanya beberapa hari. Aku pikir tidak akan ada yang mencariku.
Tapi Allah menuliskan skenario indah, yang mengingatkanku lagi pada indahnya persahabatan karena Allah.
3 Oktober. Seorang ukhti mengirim pesan. Bertanya kabar. Satu, dua, sampai lima hari berlalu. Tapi pesannya masih centang satu. Artinya pesan itu bahkan belum masuk ke kotak pesanku.
7 Oktober. Ia bertanya di grup, barangkali ada yang memiliki nomer hpku yang lain. Barangkali aku ganti nomer hp dan ia tidak tahu. Ternyata yang lain pun hanya memiliki satu nomer hpku. Ya, nomer yang itu, yang belakangnya 193.
Atas izinnya, siang itu aku menyalakan kembali hpku, setelah beberapa hari sengaja dimatikan karena beberapa alasan.
Malamnya, kubaca pesannya, kubalas dengan perasaan senang karena terhubung kembali dengannya.
Ia menceritakan padaku kepanikannya, kekhawatirannya, karena beberapa hari berlalu dan pesan yang ia kirim untukku masih centang satu. Aku ikut terharu membacanya, karena aku kira tidak akan ada yang menyadari. But she knows. I thought nobody would notice, but she noticed it. Somehow.
Lalu obrolan mengalir. Dan dari percakapan itu aku baru tahu, bahwa sekitar tiga bulan yang lalu ibunya berpulang ke rahmatullah. Setelah lama berjuang dalam fisik yang sakit. Seketika itu hatiku ikut sakit sekaligus malu. Seharusnya aku tahu kabar itu lebih cepat, seharusnya aku lebih inisiatif untuk menjalin silaturahim.
Ia bercerita lagi, tentang kesulitannya saat itu. Rasanya, begitu banyak kejadian dalam waktu itu. Ia yang berkali-kali izin cuti karena mengantar ibunya bolak-balik ke rumah sakit. Rekan kerja yang mengira ia mangkir, karena alasan ia pergi "itu-itu saja". Ia yang hampir resign, karena hari H saat ibunya menghadap Allah, ia begitu panik dan segera meluncur ke Cirebon tanpa banyak persiapan. Bahkan hp, hpnya tertinggal dan tidak terbawa.
Aku bertanya padanya, trus sekarang gimana? Udah clear kan di tempat kerja? Aku membayangkan ia mengangguk sembari membaca balasan pesannya. Malam itu ia baru pulang kerja, pasti ia lelah, ingin kutepuk pundaknya pelan. You've gone through it. You've done it. Kamu sudah melaluinya dengan baik. Allah akan menghadiahkan padamu ganjaran atas setiap ujian yang berhasil kau lalui. Entah berupa gugurnya dosa-dosa atau bertambahnya pahala dan juga naiknya derajatmu di mata-Nya.
Percakapan malam itu diakhiri dengan kalimat yang membuatku tersenyum tipis,
"Kalau mau main Bandung, berkabar ya ..."
Dalam hati aku berdoa, semoga kelak Allah mengizinkan kita bertemu lagi, di Bandung, kota tempat kita bertemu dulu. Atau di belahan bumi manapun.
Semoga Allah melindungi, semoga Allah menaungi hidupmu dalam keberkahan. Barakallahu fik.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya