Follow Me

Thursday, October 10, 2019

Menjadi Nyamuk

Bismillah.

#gakpenting

Sebuah curcol ga penting tentang kejadian unik saat blogwalking.

***

Aku masih sama, masih suka baca banyak blog orang lain diam-diam. Dari yang kenal, sampai yang sama sekali tidak kenal. Kadang aku sendiri lupa, kapan dan mengapa aku follow blog tersebut. Yang aku tahu, tulisan di blog tersebut masuk ke feed daftar bacaanku.

Ada sebuah blog yang Oktober ini rajin diisi, aku melihat postingannya berturut-turut di daftar bacaanku. Jarang-jarang ada blog personal yang sering diisi. Biasanya mayoritas satu pekan sekali, atau sebulan sekali, atau bahkan setahun sekali. Isi tulisannya oktober ini sedikit banyak menggambarkan perasaannya. It shows her negative vibes. Tapi bukan berarti benar-benar negatif, selalu ada sisi positif yang berusaha ia tulis. Seperti judul blognya "Back to live, to learn and be happy". URLnya singkatan namanya, serta dua buah angka, entah itu angka istimewa yang sengaja ia pilih, atau itu angka yang dibuat otomatis oleh blogger. Aku sendiri tidak tahu.

2 Oktober kemarin, ia posting sebuah tulisan berjudul "Kuatkan pundakku". Berbeda dengan tulisan lain yang biasanya berbahasa indonesia. Tulisan berjudul bahasa indonesia tersebut justru isinya full english. Seperti puisi tapi bukan puisi. Kalimat yang ia buat, isinya, membuat hatiku tergerak untuk menulis komentar.

Perempuan tersebut menuliskan,

"I hit rock bottom of self confidence,
I have nothing to tell me what I am, who I am and what I can do,
This feeling is spiraling down to nowhere
Yet, I have nobody to tell,
Nobody help and ask, nobody...."

Aku baru saja hendak menuliskan komentar pendek, sependek kata "semangat". Atau kalimat doa agar pundaknya kuat, dan langkahnya dimudahkan. Tapi aku terkejut membaca ternyata sudah ada yang berkomentar.

Aku seketika terdiam dan membaca komentar dan komunikasi antara pemilik blog dan pemberi komentar. Kemudian aku mengurungkan niatku untuk komentar. 'Sepertinya... aku akan merusak suasana kalau ikut komentar'.

***

Komentar yang sudah ada di sana isinya memang bukan kata-kata penyemangat. Hanya sebuah kunjungan balik. Penulis komentar bercerita, bahwa ia membaca tulisan lama di blognya dan menemukan perempuan pemilik blog itu berkomentar. Ia pikir, ia perlu untuk mampir dan terkejut ternyata masih ada yang begitu aktif menulis di blog.

Lalu percakapan mereka pun berlanjut. *dan aku seolah menjadi nyamuk yang diam-diam membaca.

Si pemilik blog juga lupa pernah komentar apa, kemudian ia memberikan alamat instagramnya.

Si komentator menjawab lagi, bahwa komentar si pemilik blog sudah lama. Hampir lima tahun yang lalu. Ia juga mengatakan sudah follow instagram pemilik blog.

Dan percakapan terhenti.

***

Yang namanya blogwalking itu, ketika kita baca satu blog, seringkali kita jadi berkunjung ke blog lain. Dan membaca komentar dua orang itu, aku kemudian mengunjungi blog si komentator.

Aku membaca sebagian tulisan di sana, sedikit mengerutkan dahi karena isinya agak berat dan terlalu 'gelap'. Aku memutuskan untuk tidak memfollow blog tersebut. Tapi ada satu hal yang aku syukuri karena Allah menuntunku ke blog tersebut. Ada satu tulisan di sana yang mengobati sedikit rinduku pada Bandung, pada Salman *bukan nama orang hahaha, nama Masjid ^^ just in case someone read it the wrong way.

Juni 2019 ternyata ia berkunjung ke Bandung, berhenti di Balubur *baltos, kemudian berjalan ke masjid Salman. Ia menuliskannya dengan baik. Aku bisa membayangkan berjalan kaki ke ITB dari Baltos. Melalui jalan ganesha, yang saat itu sepi karena H-1 lebaran. Katanya sih begitu, aku sendiri belum pernah jalan-jalan di sekitar ITB H-1 lebaran. Biasanya maksimal sepekan sebelum lebaran aku sudah pulang kampung.

Panjang kayanya, kalau aku harus menceritakan ulang yang dituliskannya. Anyway, tulisan itu rasanya seperti cahaya lampu kecil di malam hari. Blog itu mungkin tempatnya memaparkan pikiran-pikiran yang tidak bisa terus ia pendam di otaknya. Tapi meski sebagian besar isinya gelap, aku masih membaca banyak lampu-lampu kecil di sana. Salah satunya di tulisan tentang kunjungan ia ke masjid Salman, sehari sebelum lebaran tersebut.

Sama, seperti blog perempuan yang tulisannya hampir kuberi komentar. Di akhir tulisannya, aku bisa sedikit lebih tenang. Karena aku yakin, pundaknya sebenarnya sudah kuat. Hanya saja, ia manusia, sama sepertiku. Yang terkadang butuh menyalurkan negative vibes-nya dalam kata, bukan untuk sekedar mengeluh. Justru untuk menguatkan diri, serta mengepalkan tangan dan bersiap kembali berjuang.

Perempuan itu mengakhiri tulisannya dengan sebuah doa, yang kuaminkan dalam hati.
I know i am stronger than what i really think, i have made my life this far, without being fallen to disgrace or darkness,May God still guiding me to a better life, better mind and heart
***

Untuk siapapun, menulislah meski isinya curahan hati kenegativan di pikiran dan hatimu. Tapi... ada tapinya. Jangan menulis di 'jalan raya'. Agar tidak menebarkan virus. Tulis di tempat sepi, di blog anonim tanpa pengunjung tetap, atau di buku diary, atau di note hp.


Terakhir,
Channeling our negative emotions will release all the negativity and will result in positivity. - Medeline Djajasaputra
Semangat!!


***

PS: Yang mau tahu link blognya PM ya hehe. Kalau ditulis di sini, bisa ketahuan soalnya kalau ternyata nyamuk yang lewat di sana adalah aku. wkwkwk.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya