Tiga cerita dari tiga orang berbeda, sekilas semuanya seolah sama, berbicara tentang kesendirian dan keinginan untuk segera 'pindah kelas'. Tapi ketiganya, bukan cerita yang sama. Cara mereka menyampaikannya, sudut pandang masing-masing, juga aura vibe yang menyertainya, berbeda. Tidak sama.
Tiga cerita hadir, dari tiga orang yang berbeda. Yang pertama berisi banyak pertanyaan, dan keluhan. Emosi negatif yang dibawa kata dan kalimat dalam cerita tersebut sering membuatku ikut pening. Sesekali, aku beri jeda agar tidak selalu segera merespon, karena menjaga agar tidak sampai terbawa emosi negatif tersebut, berusaha tetap netral namun tetap berempati.
Tiga cerita hadir, dari tiga orang yang berbeda. Yang kedua tanpa pertanyaan, dan dengan solusi. Kalau cerita lain biasanya meminta respon, kali ini bentuknya lebih mirip monolog yang membutuhkan pembaca. Muatannya menetralkan cerita pertama. Aku yang membaca jadi ikut tersenyum karena senang, ia mengizinkanku merasakan juga manisnya kesimpulan yang ia ambil dari kegundahan yang pernah dan masih sedang ia alami.
Tiga cerita hadir, dari tiga orang yang berbeda. Yang ketiga singkat padat dan tanpa basa-basi. Mungkin lebih tepat disebut sebagai pernyataan dan pertanyaan daripada cerita, saking pendeknya. Aku pun menjawab dengan singkat, sembari dalam hati berharap, semoga jawaban singkat tersebut bisa membantu. meski sedikit.
***
Aku termasuk orang yang jarang dicurhatin, tapi kadang dalam 'diam'-ku ada yang mau membuka suara dan menyapaku, kemudian bercerita. Dan uniknya, seringkali yang bercerita bukan cuma satu orang, kadang dua, atau seperti kali ini tiga orang. Topiknya pun seringkali serupa. Membuatku bertanya-tanya, apa pesan yang ingin Allah ajarkan padaku, dengan hadirnya cerita tersebut? Sikap apa yang baiknya kulakukan, agar bisa menjadi pendengar pembaca yang baik? *curhatnya via chat soalnya hehe
Aku termasuk orang yang jarang dicurhatin, maka setiap cerita yang kudengar dan kubaca menjadi istimewa di mataku. Karena aku tahu, bahwa tidak semua orang mudah bercerita. Banyak yang memendam dan mengubur ceritanya sendiri, membiarkan tumpukan emosi meninggi dan menyesaki otak dan dada.
Aku termasuk orang yang jarang dicurhatin, maka setiap cerita yang kudengar dan kubaca menjadi istimewa di mataku. Terima kasih telah bercerita, meski aku masih 'terbata' untuk mendengar/membacanya.
Terakhir, semoga setiap cerita menemukan 'akhir' yang indah, meski sebelum ke sana harus bertemu mendaki klimaks dan menuruni anti klimaks. Semoga setiap cerita, mengantarkan kita pada Rabb yang menuliskan garis hidup kita dengan skenario terbaik. Semoga setiap cerita mengajarkan kita bagaimana agar selalu berbaik sangka pada-Nya.
Allahua'lam.
***
Keterangan: Tulisan ini diikutkan dalam gerakan #Sabtulis (Sabtu Menulis). Gerakan membangun habit menulis, minimal sepekan sekali setiap hari sabtu. Membahasakan gagasan, rinai hati, kisah, puisi, dan apapun yang bisa dieja dalam kata.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya